BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Segala
puji bagi Allah, yang telah menjadikan hamba-Nya untuk hidup
berpasang-pasangan. Laki-laki mencintai perempuan dan perempuan merindukan
laki-laki dan selanjutnya mereka diikat dengan tali pernikahan. Dengan menikah
maka mereka dapat mempunyai anak dan keturunan.
Shalawat dan dalam semoga
dilimpahkan kepada Rasul-Nya, yaitu Nabi Muhammad, para sahabat dan keluarganya
sampai hari kiamat.
Menurut ajaran agama Islam,
anak-anak itu adalah amanah Allah kepada Ibu/Bapak. Setiap hari amanah haruslah
dijaga dan dipelihara; dan setiap pemeliharaan mengandung unsur-unsur kewajiban
dan tanggung jawab. Bila orang tua salah dalam mendidik anak, maka kesalahan
itu akan menyebabkan kerusakan yang nyata, kela-laian yang serius, penghianatan
terhadap amanah itu, dan merusak suatu bukti bahwa orang tua tersebut lemah
dalam hal agama.
Rumah tangga merupakan lembaga
pendidikan yang pertama untuk tempat mendidik anak. Rumah merupakan cikal bakal
terbentuknya masyarakat yang terdidik. Dalam rumah tangga yang harmonis, yang
didasarkan atas taat kepada Allah dan Rasulnya, yang dilandasi oleh cinta dan
kasih sayang, maka akan dapat melahirkan generasi muda yang berkualitas dan
saleh. Dan anak saleh merupakan dambaan semua orang tua yang bertakwa.
Anak sebelum dididik melalui bangku
sekolah dan masyaraka, terlebih dahulu dididik dalam rumah dan keluarga. Sudah
barang tentu, dalam proses pendidikan itu akan terekam segala gerak-gerik orang
tuanya, baik dalam aspek sosialnya maupun dalam beribadahnya. Karena itu orang
tua mempunyai tanggung jawab yang sangat besar terhadap anak-anaknya.
Apabila orang tua telah mendidik
anak-anaknya dengan baik dan benar, lalu anaknya menjadi anak yang saleh, maka
orang tua tersebut akan mendapat pahala yang besar di sisi Allah.
Rasulullah bersabda:
“ Apabila anak adam
(manusia) meninggal dunia, maka putuslah amalnya, kecuali tiga: sedekah jariah,
ilmu yang bermanfaat dan anak saleh yang mendoakan orang tuanya. “
Sebaliknya
apabila orang tua salah dalam mendidik anak-anaknya, atau orang tua mengabaikan
pendidikan anak-anaknya, lalu anak tersebut menjadi anak yang durhaka, maka
orang tua tersebut akan memikul dosa yang besr disisi Allah.
Rasulullah
bersabda:
“ Kamu semua adalah
pemimpin dan setia pemimpin akan dimintai pertanggung jawaban atas
kepemimpinannya. “
Seorang
kepala negara adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggung jawaban atas
kepemimpinannya. Seorang suami adalah pemimpin dalam keluarganya dan akan
dimintai pertanggung jawaban atas kepemimpinanya. Seorang istri adalah pemmpin
atas rumah suaminya dan anak-anaknya dan dia akan dimintai pertanggung jawaban
atas kepemimpinanya.
Rasulullah bersabda:
“ Setiap anak
dilahirkan dalam keadaan suci. Maka orang tuanyalah kelak yang menjadikannya
yahudi,nasrani,atau majusi” (HS.Bukhari)
Hadist
diatas menekankan begitu penting peranan orang tua dalam membentuk pribadi
anaknya. Pendidikan yang salah akan mencetak anak yang salah langkah yaitu
kafir atau durhaka; demikan juga dengan pemberian pendidikan yang benar, akan
mencetak akan yang saleh/shalehah. Memang benar jika ketika Rasulullah ditanya
tentang peran orang tua, beliau menjawab:
“ Mereka adalah yang
menyebabkan surgamu atau nerakamu” (HR. Ibnu Majah)
Apakah
kita siap ketika mendapati anak kita melakukan kerdurhakaan terhadap kita,
sembari mereka mengatakan : “ Wahai ayah
dan ibu, sesungguhnya engkau telah menyia-nyiakan di saat aku masih kecil, maka
aku sia-siakanmu dimasa tua!”. Naudzubillah...
Mendidik anak memerlukan perjuangan
dan pengorbanan. Namun perjuangan itu tidak akan sia-sia karena di mata Allah,
apa yang kita lakukan dinilai sebagai jihad. Kita tidak perlu merasa iri
terhadap para suami, yang bisa berkiprah mencari nafkah diluar rumah. Sebagai
istri dan ibu, dengan suami mempunyai tanggung jawab sendiri-sendiri, yang
masing-masing benilai jihad di mata
Allah SWT.
B.
RUMUSAN
MASALAH
1. Bagaimana
pengetiaan, tipe, ciri, dan etika kepemimpinan orang tua.
2. Bagaimana
peranan wanita dalam rumah tangga.
3. Apa
kiat-kiat yang harus dilakukan dalam kepemimpinan rumah tangga.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
KEPEMIMPINAN
ORANG TUA
Kepemimpinan
orang tua terdiri dari dua kata yaitu kepemimpinan dan orang tua. Buku
psikologi sosial dijleaskan bahwa: “ Kepemimpinan adalah keseluruhan dari
keterampilan (skill) dan sikap (atitude) yang diperlukan oleh tugas pemimpin”
(Gerungan, 1991:128). Sedangkan menurut Oday Tead seperti yang dikutip oleh
Cahyono dalam buku Psikologi Kepemimpinan dijelaskan bahwa: “ Kepemimpinan
adalah merupakan kombinasi dari serangkaian
perangai yang memungkinkan seseorang
mampu mendorong orang lain untuk menjelaskan tugas-tugas tertentu”
(Cahyono, 1984:14) dari kedua pendapat tersebut, maka yang dimaksud dengan
kepemimpinan adalah keseluruhan dari keterampilan dan sikap yang diperlukan
oleh tugas perihal pemimpin atau arah memimpin yang merupakan kombinasi dari
serangkaian perangai yang memungkinkan seseorang mampu mendorong orang lain
untuk menjalankan tugas-tugas tertentu. (DR. Kartini Kartono, 1979)
Kepemimpinan ialah suatu bentuk dominasi yang didasari kemampuan pribadi yang
mampu, sanggup mendorong ayau mengajak orang berbuat sesuatu.
Dalam
kamus besar bahasa indonesia dijelaskan yang dimaksud dengan orang tua adalah :
“ orang tua adalah ayah, ibu kandung, dan orang-orang yang dianggap tua” ( Krisdalaksana, dkk,706). Ahli lain
mengatakan dalam bukunya Bimbingan keluarga dijelaskan bahwa “Orang tua adalah
bapak/ibu yang memiliki wewenang dan anggung jawab untuk membesarkan
anak-anaknya” (Kartono, 1998:2). Dari kedua pendapat tersebut, maka yang
dimaksud dengan orang tua adalah ayah dan ibu kandung yang memiliki wewenang
dan tanggung jawab untuk membesarkan anak-anaknya.
Kepemimpinan
merupakan suatu hal yang sentral dalam suatu kelompok, apakah kelompok dalam
organisasi, partai, instansi, maupun rumah tangga. Dalam suatu kelompok
tersebut masing-masing individu memainkan peran masing-masing dan disinilah
diperlukan suatu kepemimpinan yang dapat mengaturnya agar apa yang diharapkan
dapat tercapai. Sehubungan dengan hal ini dalam buku psikologi kepemimpinan dijelaskan
bahwa: “Kepemimpinan timbul disebabkan oleh tiga hal yaitu : a) Pemimpinan dan
pemekaran kelompok, (b) Pemimpin dan krisis dan (c) Pemimpin dan kegagalan
pemimpin” (Cahyono, 1984: 25-27).
1. Pemimpin
dan Pemekaran Kelompok
Mana kala suatu
kelompok berkembang menjadi besar, lebih luas dan lebih kompleks, pada saat
itulah ikut berkembang pula suatu kepemimpinan. Hal yang demikian bisa
dimengerti mengingat dengan semakin luas dan kompleksnya sesuatu kelompok bisa
jadi berakibat pula dengan semakin sehubungan dengan hal ini.
2. Pemimpin
dan Krisis
Buku Psikologi
Kepemimpinan dijelaskan bahwa :
Timbulnya kepemimpinan
bisa juga disebabkan oleh suatu situasi dimana upaya pencapaian tujuan kelompok
mengalami hambata, atau situasi dimana ekstensi kelompok menghadapi
ancaman-ancaman yang serius diluar.
3. Pemimpin
dan Kegagalan Pemimpin
Pemimpin-pemimpin baru bisa juga
akan mucul manakala emimpin sebelumnya tidak mampu melaksanakan fungsi-fungsi
kepemimpinan secara memadai.
Selanjutnya
dalm buku Psikologi Sosial dijelaskan bahwa :
Tipe
dan Ciri-ciri Kepemimpinan Orang Tua
1. Tipe
kepemimpinan orang tua
Setiap
orang tua dalam suatu keluarga memiliki tipe kepemimpinan yang berbeda-beda,
ada orang tua cenderung otoriter, ada orang tua yang penuh dengan kompromi
dengan anak-anaknya (demokratis) dan ada pula orang tua cenderung memberikan
kebebasan pada anak-anaknya.
2. Ciri
masing kepemimpinan orang tua
Berikut
ini akan diuraikan secara singkat ciri masing-masing cara kepemimpinan orang
tua tersebut yaitu sebagai berikut :
3.2.1. Ciri
kepemimpinan orang tua yang otoriter
Buku
Menuju Keluarga Sakinah dijelaskan bahwa “ Ciri kepemimpinan yang otoriter adalah (a) Menuntut kepatuhan mutlak anak,
(b) Pengawasan ketat terhadap anak dalam segala kegiatannya, (c) Memperhatikan
hal-hal yang spele dan (d) Banyak mengeritik anak” (salam,2000 : 81).
Selanjutnya dalam buku Psikologi Pendidikan Mengutamakan Segi-segi Perkembangan
dijelaskan bahwa: “ Ciri Kepemimpinan yang otoriter adalah (a) Semua hal ditentukan
oleh gurunya (orang tuanya), (b) Tiap langkahnya ditentukan oleh pemimpin
(orang tua) , (c) Pemimpin membagikan tugas, (d) Pemimpin memuji atau
memberikan kritik secara pribadi, dia bersikap tanpa menghiraukan” (Soetoe,
1982 :39). Pendapat diata, menunjukan bahwa
kepemimpinan yang otoriter orang tua terlalu menuntut kepatuhan,
ketaatan dan banyak memberikan kritikan-kritikan kepada anak-anaknya walaupun
hal-hal yang sepele dan bahkan juga orang tua suka bertindak kejam tanpa
menghiraukan anak-anaknya.
3.2.2. Ciri
kepemimpinan orang tua yang demokratis
Kepemimpinan
orang tua yang demokratis ini, orang tua lebih banyak menyelesaikan sesuatu
dengan jalan damai, penuh dengan kasih sayang, selalu memberikan nasehat dan
dorongan pada anak-anaknya. Hal ini sesuai dengan pendapat seorang ahi dalam
Psikologi Pendidikan Mengutamakan Segi-segi Perkembangan dijelaskan bahwa :
Ciri kepemimpinan yang
demokratis adalah (a) Semua diputuskan secara bersama, (b) Aktivitas dilakukan
bersama-sama pada permulaan, pola aktivitas selanjutnya telah digariskan
apabila diperlukan bantuan, orang tua bertindak dengan memberikan beberapa
alternatif, (c) Tiap anggota keluarga bebas memilih dan pembagian tugas
dilakukan melalui perundingan dan (d) Pemimpin bersikap obyektif, adil dalam
teguran dan pujian, berusaha mengenai anggotanya (Soetoe, 1982 : 39 ).
3.2.3. Ciri
kepemimpinan orang tua yang liberal (laisez faire)
Dalam
buku Psikologi Perkembangan Mengutamakan Segi-segi perkembangan dijelaskan
bahwa :
Ciri kepemimpinan yang laisez faire/laisez
passer adalah (a) Kebebasan penuh tiap-tiap anggota kelompok, (b) Memberikan
penerangan (nasehat) bila diminta, (c) Pemimpin tidak nurut campur sama sekali,
(d) Pemimpin tidak memberikan komentar atas aktivitas kelompok atau anggota
kelompok, kecuali diminta dan tidak berusaha mencampuri hal-hal yang terjadi”
(Soetoe 1982 : 39).
Keluarga
(orang tua) merupakan lingkungan pendidikan yang pertama dan utama bagi anak
dari mana anak orang tua berperan sebagai pendidik, sebagaian besar anak tumbuh
dan berkembang didalam keluarganya dan mendapatkan pendidikan dari orang
tuanya, sehingga kemampuan, bakat,
minat, dan sikap seseorang anak banyak dipengaruhi oleh orang tua dalam
mengasuhnya.
Secara
kodrat orang tua adalah pendidik yang pertama dan utama terhadap perkembangan
jasmani dan rohani anak-anaknya dirumah. Predikat orang tua sebagai pendidik
dirumah datang secara otomatis setelah pasangan suami istri dikarunai anak.
Yang
disebut pendidik dalam pendidikan Islam adalah dirinya dan orang lain. Pendidik
dalam Islam juga disebut sebagai orang-orang yang bertanggung jawab terhadap
perkembangan peserta didiknya dengan upaya mengembangkan seluruh potensi
peserta didiknya, baik berupa potensi afektif (rasa) , kognitif (rasa),
psikomotor (karsa).
Dikutip
dari Abudin Nata, pengertian pendidik adalah orang mendididk dalam bidang
mendidik. Secara khusus pendidikan dalam persepektif pendidikan Islam adalah
orang-orang yang bertanggung jawab terhadap perkembangan seluruh potensi
peserta didik. Kalau kita melihat secara fungsional kata pendidik dapat
diartikan sebagai pemberi atau penyalur pengetahuan, keterampilan.
Orang
tua, dalam perspektif ini merupakan orang orang dewasa yang bertanggung jawab
memberikan pertolongan pada anaknya dalam perkembangan jasmani dan rohaninya,
agar mencapai tingkat kedewasaan, mampu mandiri dalam memenuhi tugasnya sebagai
hamba dan khalifah Allah SWT dan mampu melakukan tugas sebagai makhluk sosial
dan makhluk individu yang mandiri nantinya.
Orang
tua punya wewenang mutlak dalam mendidik anak-anaknya dirumah dan tidak dapat
diganggu gugat oleh orang lain. Orang tua sebagai orang dewasa pertama yang
memikul tanggung jawab pendidikan, sebab secara alami anak pada masa-masa awal
kehidupannya berada ditengah-tengah ibu dan ayahnya. Dari merekalah anak mulai
mengenal kaidah-kaidah pendidikan. Dasar-dasar pandangan hidup, sikap hidup,
dan keterampilan hidup banyak tertanam sejak anak berada di tengah-tengah orang tuanya. Orang tua dapat mengenalkan
segala hal yang merekan ingin beritahukan kepada anak atau yang anak sendiri
yang ingin mengetahuinya.
Bentuk
dan isi serta cara-cara pendidikan di dalam keluarga akan selalu mempengaruhi
tumbuh dan berkembanganya watak, budi pekerti, dan kepribadian tiap-tiap
manusia. Pendidikan dalam lingkungan
keluarganya inilah yang nantinya akan dijadikan modal dasar untuk mengikuti
pendidikan dijenjang berikutnya yaitu ketika anak memasuki pendidikan
formal/sekolah.
Pendidikan
yang dilakulan orang tua terhadap anak atas dorongan kasih sayang itu
selanjutnya dilambangkan Islam dalam bentuk kewajiban yang akan dipertangggung
jawabkan di hadapan Allah SWT. Orang tua dalam pandangan ini adalah ibu dan
bapak yang masing-masing mempunyai tanggung jawab yang sama dalam pendidikan
anak.
Orang
tua boleh dikatakan sebagai pemimpin dalam memimpin anaknya lebih-lebih seorang
bapak sebagai kepala rumah tangga. Orang tua dalam memanage pendidikan bagi
anaknya tentunya mempunyai batasan-batasan kaidah etika (kode etik) yang harus
dipenuhi sebagai klasifikasi seorang pendidik yang pertama dan utama dalam
keluarga.
Adapun
beberapa kode etik yang harus dimiliki orang tua sebagai pendidik menuru
AL-Ghazali seharusnya mencakup hal-hal sebagai berikut :
1. Bersikap
penyantun dan penyayang (QS. Ali Imran : 159)
2. Menjaga
kewibaannya dan kehormatannya dalam bertindak
3. Menghidari
dan menghilangkan sikap angkuh terhadap sesama ( QS. Al-Najm : 32)
4. Bersikap
rendah hati ketika menyatu dengan sekelompok masyarakat (QS. Al-Hijr : 88)
5. Menghindarkan
dari aktivitas yang tidak berguna dan sia-sia
6. Meninggalkan
sifat marah dalam menghadapi problem anaknya.
7. Mencegah
dan mengontrol anak dalam mempelajari ilmu yang membahayakan (QS. Al- Baqarah :
195)
8. Mencegah
anak dalam mempelajari ilmu fardhu kifayah (kewajiban kolektif, seperti
mempelajari ilmu kedokteran, psikologi, dan sebagainnya) sebelum mempelajari
ilmu fardlu’ ain ( kewajiban individual, seperti akidah, syari’ah, dan
akhlak)
Pendidikan
dimasa kanak-kanak merupakan dasar pembentukan pribadi muslim, untuk itu
penanaman agama akan dimulai sejak usia kanak-kanak sehingga sudah seharusanya
lembaga pendidikan memperhatikan masalah ini dengan penuh perhatian.
Secara
garis besar pendidikan yang harus ditekankan bagi orang tua dalam keluarga
terhadap anaknya dapat dikelompokkan mejadi tiga, yaitu :
1. Menanamkan
dan Melaksanakan Pembinaan Akidah dan Akhlak
2. Menanamkan
dan Melakukan Pembinaan Kepribadian Dan Sosial
3. Memanamkan
dan Melaksanakan Pembinaan Intelektual.
Dalam
literatur lain dijelaskan bahwa untuk mendidik anak, orang tua hendaknya harus
memperhatikan hal-hal berikut dibawah ini :
a. Orang
tua jangan bertindak keliru terhadap anaknya, misalkan : terlalu memanjakan,
terlalu keras, terlalu lemah dan sejenisnya.
b. Orang
tua harus menyediakan waktu cukup untuk bertemu anak-anaknya agar tercipta rasa
kasih sayang.
c. Kekuasaan
yang dimilik orang tua jangan dihubungkan dengan kepentingan pribadinya, sebab
hal ini dapat menimbulkan pertentangan antara anak dengan orang tuanya.
Salah satu doa yang diajarkan Allah dalam
Al-Qur’an adalah permohonan agar diberi keluarga yang harmonis. Allah berfirman
:
“
Ya Tuhan kami, anugrahkanlah kepada kami jodoh dan keturunan yang bisa menjadi
penyejuk hati, dan jadikanlah kami pemimpin bagi orang-orang yang bertakwa.”
(QS.Al-Furqan : 74)
Kalau
diuraikan, doa diatas berisi tiga permohonan, yaitu :
-
Pertama, seorang suami mengharapkan
istri yang saleh, atau seorang istri mengharapkan suami yang saleh sehingga
dapat menjadikan dirinya aman dan tenang selama hidup didunia dan akhirat.
-
Kedua, memohon anak dan keturunan yang
saleh. Keberadaan anak saleh yang mampu menjaga agama sangat penting, karena
anak yang taat dalam beragama akan menyelamatkan orang tuanya juga. Sebagaimana
sabda Rasulullah bahwa bila manusia meninggal dunia, maka putuslah amalnya
kecuali tiga hal yaitu sedekah jariah, ilmu yang bermanfaat dan anak saleh yang
mendoakan orang tuanya.
-
Ketiga, memohon agar dapat melakukan
suatu perbuatan takwa, sehingga orang orang mengikuti jalan kita.
Ibnu
Abbas berpendapat, yang dimaksud dengan pemimpin bagi orang yang takwa adalah “
mengharapkan keluarga yang menyeru dan menjalankan kebaikan, dan mengharapkan
agar ibadahnya dilanjutkan oleh anak keturunannya, dan dirinya dapat membawa
manfaat bagi masyarakat lain.”
Kiat Membina Keluarga Yang Harmonis
Supaya
keluarga kita menjadi keluarga yang baik, yang harmonis dan dapat membahagiakan
kehidupan kita di dunia dan akhirat, maka perlu ditempuh langkah-langkah
sebagai berikut:
1.
Memilih
jodoh yang saleh
Dalam memilih jodoh Rasulullah memberi petunjuk
dengan sabdanya:
a. “Barang
siapa menikah seorang perempuan karena agamanya, niscaya Allah mengharuniainya
dengan harta.”
b. “Janganlah
kamu menikahi perempuan itu karena kecantikannya, mungkin kecantikannya itu
akan membawa kerusakan bagi mereka sendiri. Dan janganlah kamu menikahi mereka
karena mengharap harta mereka, mungkin harta itu akan menyebabkan dia menjadi
sombong, tapi nikahilah dengan dasar agama. Dan sesungguhnya hamba sahaya yang
hitam lebih baik, asal ia beragama.” (HR Baihaqi)
c. “Sebaik-baiknnya
perempuan (istri) itu adalah istri yang apabila engkau memandangnya, ia
menyenangkanm; dan jika engkau berpergian, di peliharanya hartamu dan dijaganya
kehormatannya.”
d. “Dunia
ini adalah perhiasan. Dan sebaik-baik perhiasan adalah wanita yang saleh.”
e. Daari
Jabir, sesungguhnya Rasulullah telah bertanya kepadanya: “Hai Jabir, engkau
menikah dengan perawan atau janda?” jabir menjawab: “Saya menikah dengan
janda.” Rasulullah bersabda: “Alangkah baiknya jika engkau menikah dengan
perawan. Engkau dapat menjadi hiburanya dan dia pun menjadi hiburan bagimu.”
2.
Agama
harus dijadikan pegangan
Baik suami maupun istri menghadapi berbagai
persoalan yang timbul dalam rumah tangga. Karena itu, rumus pertama agar rumah
tangga harmonis adalah menjadikan agama sebagai pegangan yang kuat untuk
menyelesaikan persoalan hidup. Dalam agama Islam, kewajiban suami istri telah
diatur dengan sebaik-baiknya. Bila suami dan istri bertakwa, niscaya Allah
memberi solusi kepada mereka sehingga keluarga yang harmonis dapa mereka capai.
Dengan bertakwa, maka orang mukmin sanggup menghadapi dan mengatasi segala
kesulitan. Allah akan membukakan jalan keluar bagi orang mukmin yang bertakwa.
Dan dengan bertakwa, maka Allah memberi kemudahan kepada mereka sehingga
ketenangan dalam hidup berumah tangga dapat diraih.
Allah
berfirman :
“
Barang siapa yang bertakwa kepada Allah, maka akan menjadikan bagi dia jalan keluar,
dan memberi dia rezeki dari arah yang tak disangka-sangka. Barang siapa yang
bertawakal kepada Allah, niscaya Allah yang menjadi penjaminnya. Sesungguhnya
Allah itu sampai apa yang Dia kehendaki. Sesungguhnya Allah telah menjadikan
segala sesuatu denga ketentuan-Nya.” (QS. Ath-Thalaq: 2-3)
3.
Cinta dan kasih
sayang
Allah
berfirman:
“ Dan di antara tanda-tangda
kekuasan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri,
supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadannya. Dan Dia jadikan diantara
kamu cinta dan kasih sayang. Sesungguhnya pada yang dimikian itu benar-benar
terdapat tanda-tanda bagi kamu yang berfikir.”(QS.
Ar-Rum : 21).
Ayat
diatas menjelaskan fungsi dari pernikahan yaitu supaya tenteram. Artinya akan
gelisahlah hidup kalau hanya seorang diri karena kesepian, terpencil tidak
berteman. Lalu si kakak laki-laki mencari perempuan sampai dapat dan si
perempuan menunggu sampai datang. Maka hidup pun di padukan jadi satu. Karena
hanya dengan perpaduan jadi satu itulah akan dapat berlangsung regenerasi
manusia.
Segala
sesuatu mencari timbalanny. Cinta dan kasih sayang yang disebut dalam ayat
diatas sangat diperlukan supaya hidup rumah tangga dapat berlangsung dan
harmonis.
4.
Laksanakan
kewajiban masing-masing.
Rumah tangga akan harmonis apabiah suami berusaha
sekuat tenaga melaksanakan kewajiban-kewajibannya, dan istri pun berikhtiar
semaksimal mungkin memenuhi tanggung jawabnya. Rumah tangga akan menjadi petaka
apabila suami dan istri hanya pandai menuntut hak mereka. Kalau suami atau
istri hanya pandai menuntut hak tapi lupa akan kewajibanya masing-masing, rumah
tangga semacam ini akan menjadi sumber penderitaan.
Supaya kita mempunyai anak yang saleh, maka
disamping itu berdoa kita juga harus berusaha mendidik anak kita supaya menjadi
anak yang saleh.
Meskipun dilihat dari sudut biologis dan fitrah
kejadiannya manusia, setiap ibu-bapak dengan sendirinya akan selalu memelihara
anak-anaknya, tetapi mengingat pentingnya soal itu, maka Allah masih terus
mengingatkan tanggung jawab tersebut.
Allah
berfirman:
“
Dan hendaklah takut kepada Allah, orang-orang yang seandainya meninggalakan
dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap
kesejahteraan mereka. Karena itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan
hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar.” (QS.
An-Nisa : 9)
“
Hai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu dan keluargamu dari apa neraka
yang bahan bakarnya terbuat dari manusia dan batu.”(QS.Al-Tahrim
: 6)
Dari ayat di atas dapat disimpulkan bahwa Allah
memerintahkan kepada orang yang beriman agar memelihara dan mendidik
anak-anaknya dengan sebaik-baiknya.
Agar anak itu tumbuh
menjadi dewasa dan senantiasa mampu taat kepada Tuhannya, iklhas
beribadah kepada-Nya, maka bagi anak itu harus disiapkan tempat yang bagus dan
pemeliharaan yang sempurna setelah kelahirannya. Anak hendaknya diberi nama
yang bagus sebab nama yang akan memepengaruhi perkembangan jiwa dari anak
tersebut. Di antara pemeliharaan yang wajib diupayakan untuknya adalah
mempersiapkan kesehatannya dan kekuatan fisiknya, mempersiapkan lingkungan yang baik sehingga dia dapat
tumbuh menjadi anak yang sehat dan saleh.
Di dalam Al-Quran dan as-sunnah banyak yang
dijelaskan cara-cara memelihara dan mendidik anak sehingga anak hendaknya
dimulai ketika anak masih dalam kandungan sampai dewasa dengan cara sebagai
berikut.
Memberi nama yang baik
Berilah nama yang baik. Nama yang baik sangat mempengaruhi
pembentukan kepribadian anak dan mengangkat makna-makna yang terkandung didalam
nama itu.
Rasulullah bersabda:
“
Pada hari kiamat kamu sekalian dipanggi dengan nama-nama kamu dan nama-nama
leluhurmu. Karena itu baguskanlah nama-nama kalian.”
(HR Ahmad dan Abud Daud).
Mengenai
nama, Ibnu Qayyim memberi penjelasan sebagai berikut.
Secara
keseluruhan, maka akhlak, aktivitas dan amal perbuatan yang jelek terpengaruh
oleh nama-nama yang jelek. Sebaliknya, akhlak, dan aktivitas yang baik juga
dipengaruhi oleh nama-nama yang baik.
Rasulullah diberi nama Muhammad dan Ahmad, karena banyak
perangai yang terpuji pada diri beliau. Untuk itu, panji pujian berada di
tangan beliau, sedangkan umatnya disebut dengan ‘hammaadun’ yaitu orang-orang yang memuji Allah. Beliau juga
manusia yang paling banyak memuji Allah.
Memberi Nafkah yang Halal
Berilah nafkah yang halal dan bak pada anak-anak.
Anak adalah titipan Allah. Kita harus membesarkannya dengan harta yang halal
supaya berkah.
Allah berfiman:
“Hai
orang-orang yang beriman, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat
dibumi.” (QS. Al-Baqarah:168).
Rasulullah bersabda:
“
Satu dinar kamu nafkahkan dijalan Allah, satu dina kamu nafkahkan untuk hamba
sahaya, satu dina kamu sedekahkan kepada orang miskin dan satu dinar kamu
nafkahkan kepada keluargamu, maka yang paling besar pahalanya adalah yang kamu
nafkahkan kepada keluargamu.” (HR.Muslim).
Nafkah
untuk anak yaitu makanan, minuman dan pakaian serta biaya pendidikan. Makanan
dan minuman untuk anak hendaknya yang bergizi dan halal.
Menurut ajaran Islam, anak-anak itu
adalah amanah Allah kepada ibu-bapak. Setiap amanah haruslah dijaga dan
dipelihara; dan setiap pemeliharaan mengandung unsur-unsur kewajiban dan
tanggung jawab. Di dalam suatu hadist yang masyhur, yang menguraikan secara
umum tentang pertanggung jawaban terhadap amanah, Rasulullah bersabda :
“Tiap-tiap
dari kamu adalah pengembala, dan bertanggung jawab atas yang digembalakannya.
Imam (kepala negara) adalah pengembala dan bertanggung jawab atas rakyatnya.
Seorang laki-laki adalah pengembala, dan bertanggung jawab atas digembalakannya
(istri dan anak-anaknya). Perempuan adalah pengembala dirumah suaminya, dan
bertanggung jawab atas digembalakannya. Seorang pembantu adalah pengembala dan
bertanggung jawab dirumah tuannya. Masing-masing dari kamu adalah pengembala dan bertanggung jawab atas gembalaan
masing-masing.” (HR.Bukhari dan Muslim).
Hadist diatas menunjukan bagaimana
pentingnya pertanggung jawaban atas kewajiban yang terpikul di pundak kita
masing-masing. Sejak jabatan yang tertinggi yaitu imam (Kepala Negara) sampai
suami dan istri dan pembantu dirumah tangga, semuanya bertanggung jawab
dihadapan Allah atas tugas masing-masing.
Adapun hakekat dan fungsi amanah tentang
pemeliharaan anak-anak itu mengandung arti dan nilai yang jauh lebih dalam dan
luas daripada amanah-amanah yang lain. Sebab didalamnya berjalin dan melekat
secara langsung kepentingan manusia yang bersangkutan dalam hal ini ibu-bapak
baik dilihat dari sudut biologis maupun dari sisi sosiologis.
Rasulullah bersabda:
“ Suruhlah anak-anakmu
melakukan shalat ketika berumur tujuh tahun. Pukullah mereka bila meninggalkan
shalat bila berumur sepuluh tahun. Dan pisahkanlah tempat tidur diantara
mereka.”(HR.Abu Daud)
“Perhatikan anak-anak
kamu dan bentuklah sebaik-baiknya budi pekerti mereka.”
Dalam proses pertumbuhan anak-anak,
ibu-bapak memegang peranan yang amat penting, malah boleh di sebutkan yang
paling menentukan. Menurut ajaran Islam, anak-anak dilahirkan dalam fitrah,
yaitu berakidah tauhid dan cenderung kepada kebaikan, Rasulullah bersabda:
“ Tiap-tiap anak lahir
dalam keadaan fitrah ibu-bapaknyalah yang membentuk anak itu menjadi seorang
Yahudi atau Nasrani atau Majusi.”
Maksud hadist tersebut ialah bahwa baik-buruknya
seorang anak, baik jasmaniah maupun ruhaniah, menjadi orang yang saleh atau
fasik dan lain-lain sebagaimana dalam mendidik anak sangat penting amaka pada
tingkat pertama dan tingkat terakhir, merekalah yang memikul kewajiban dan
tanggung jawab secara langsung.
Kewajiban dan tanggung jawa itu, dalam
garis besarnya ialah mendidik dan membentuk anak-anak tersebut dalam tiga hal,
yaitu:
1. Jasmaniyah
2. Aqliyah
(pikiran kecerdasan)
3. Ruhaniah
Mengenai soal jasmaniyah, ialah berusaha
supaya anak anak itu menjadi sehat badannya jauh dari segala macam penyakit.
Adapun di bidang Aqliyah, ialah
mengusahakan supaya anak-anak itu mempunyai kecerdasan dan ilmu pengetahuan.
Adapun di bidang ruhaniah, yang
menyangkut dengan pembentukan jiwa, watak, imam, budi pekerti dan segala
sesuatu yang bersifat moral dan akhlak, inilah unsur yang mana penting. Ada dua
faktor utama yang menentukan dalam hal ini. Pertama, faktor rumah tangga yang
langsung dipegang pimpinan dan kendalinya oleh ibu-bapak sendiri. Kedua, faktor
masyarakat, karena itu supaya anak berkembang menjadi anak yang baik, maka
orang tua harus memberi contoh yang baik kepada anak-anaknya untuk shalat.
Orang tua juga harus mencarikan lingkungan pergaulan yang baik bagi
anak-anaknya. Dengan demikian anak-anaknya akan berkembang menjadi anak yang
saleh.
Didalam Al-Qur’an ada satu surat yang
bernama surat Luqman, di mana Allah memberikan contoh kepada ibu-bapak untuk
mendidik anak-anaknya, yang seperti sudah dilakukan di zaman dahulu oleh Luqman
terhadap anak-anaknya. Ada dua keterangan dari Ahli-ahli tafsir mengenai Luqman
itu. Pertama, yang menyatakan bahwa Luqman itu seorang Nabi; Kedua yang
menyatakan bahwa dia hanya seorang Ahli Hikmah. Adapun pendidikan yang
diberikan oleh Luqman kepada anak-anaknya adalah sebagai berikut.
Pertama, tauhid
Allah berfirman:
“ Dan ingatlah ketika
Luqman berkata kepada anaknya dikala dia mengajarinya; wahai anakku, janganlah
engkau menyekutukan Allah. Sesungguhnya menyekutukan Allah itu adalah
benar-benar kezaliman yang besar.”
Nasehat “ jangan
mempersekutukan Allah” (syirik) itu disebutkan dengan istilah tauhid adalah
termasuk dalam rangk Aqidah, yang merupakan landasan pokok dalam kehidupan
manusia. Maka masalah tauhid diletakkan pada nomor satu dalam urutan
rangkaian-rangkaian nasehat itu. Tauhid membentuk jiwa dan sikap hidup manusia
semata-mata percaya kepada Allah sebagai Tuhan, kepercayaan yang murni. Dengan
pendidikan tauhid, anak-anak akan mempunyai pegangan dan tidak kehilangan
kompas dalam situasi yang bagaimana pun, baik di waktu lapang maupun di waktu
sempit. Sebab mereka percaya sepenuhnya, bahwa segala sesuatu yang ditemui
dalam hidup ini, datangnya dari Yang Maha Kuasa dan akan kembali pada-Nya pula.
Kedua, berbakti kepada orang tua.
Allah berfirman:
“Dan
kami wasiatkan kepada manusia terhadap kedua ibu bapaknya. Ibunya telah
mengandungnya dalam keadaan lemah dan bertambah lemah dan mnyapihnya dalam dua
tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu. Hanya kepada-Mu
kamu kembali.”
Dalam
ayat diatas digambarkan kesusahan seorang ibu ketika mengandung anaknya. Sejak
awal kehamilan, di sudah sering muntah-muntah da semakin lemah. Sesudah anaknya
lahir, dia memelihara dan menyusui sampai dua tahun sehingga anaknya tumbuh
menjadi anak yang sehat. Lalu anak tersebut disekolahkan sehingga dapat menjadi
anak yang pandai dan mandiri, karena itu semua manusia harus bersyukur kepada
Allah dan kepada orang tuanya.
Mengingat
besarnya jasa ibu-bapak itu, maka pada ayat tersebut di atas Allah merangkai sejajar
dalam satu kalimat kewajiban bersyukur kepada Allah dan berterima kasih kepada
ibu-bapak. Perbuatan berbakti kepada orang tua merupakan salah satu cara untuk
berterima kasih kepada orang tua dan ini termasuk perbuatan yang paling baik.
Abdullah
bin Mas’ud berkata, aku bertanya kepada Rasulullah:” Amalan apakah yang paling
dicintai oleh Allah?”
Rasulullah menjawab: “Shalat pada waktunya”
Aku bertanya lagi: “Kemudian apa lagi?”
Rasulullah menjawa: “Berbakti kepada kedua orang tua.”
Aku bertanya lagi: “Jihad di jalan Allah.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Ketiga,
ibadah, seperti dalam surat Luqman itu, diterangkan: “Hai anakkku, dirikanlah shalat.”(QS.Luqman:17)
Keempat, pendidikan kemasyarakatan.
Allah
berfirman:
“Suruhlah
mengerjakan perbuatan yang ma’ruf (baik-baik) dan laranglah dari (perbuatan)
yang mungkar.
Hendaklah
ibu-bapak mendidik anak-anaknya supaya mereka membiasakan diri berbuat
kebajikan, baik untuk dirinya sendiri maupun orang lain atau masyarakat.
Kelima,
tentang pembentukan mental.
Allah berfirman:
“Dan berlaku sabarlah (teguh hati)
menghadapi peristiwa (musibah) yang menimpa engkau. Sesungguhnya (sikap) yang
demikian itu termasuk urusan yang sangat penting.
Sikap
sabar dan teguh hati mengarungi gelombang hidup terutama menghadapi musim
pancaroba, adalah satu sikap mental yang diperlukan untuk mencapai sukses dan
kemenangandalam setiap usaha atau perjuangan.
Keenam, mengenai pendidikan budi
pekerti.
Allah berfirman:
“ Dan janganlah
kamu palingkan mukamu dari manusiadan janganlah kamu berjalan dimuka bumi
dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang sombong dan
membanggakan diri.” (QS.Luqman:18)
Ini
termasuk budi pekerti dan sopan santun. Yaitu kalau sedang bercakap-cakap,
berhadap-hadapan dengan seseorang, maka hendaknya kita menghadapkan muka ke
padanya. Menghadapkan muka adalah alamat dari mengahadapkan hati. Sombong dan
membanggakan diri termasuk sikap yang di benci Allah.
Selanjutnya
Allah berfirman:
“Dan
sederhanakalah dalam berjalan dan lunakanlah suaramu. Sesungguhnya
seburuk-buruk suara ialah suara keledai.”(QS.Luqman:19)
Dalam
berjalan, jangan tergesa-gesa, karena lekas payah. Tetapi juga jangan lambat,
nanti didahului orang bersikaplah yang pertengahan.
Jangan bersuara keras tidak sepadan dengan yang hadir.
Suara yang keras hanya dipakai untuk berpidato dihadapan orang banyak atau
dipakai hendak mengerahkan orang banyak kepada suatu pekerjaan yang besar.
Tetapi bila hanya berbicara dua orang, hendaknya berbicara dengan lemah lembut.
Suara
yang paling jelek adalah suara keledai.Mujahid berkata:
“Suara keledai
itu jelek sekali. Maka orang yang bersuara keras, menghardik, sampai seperti
akan pecah kerongkongannya, suaranya jadi terbalik, maka itu menyerupai suara
keledai. Tidak enak didengar dan tidak disukai oleh Allah.”
Nasehat Luqman kepada anaknya merupakan dasar-dasar
pendidikan bagi seorang Muslim. Pokok-pokok inilah yang harus disemaikan oleh
ibu-bapak kedalam jiwa putra-putrinya semenjak masih kecil sehingga setelah
dewasa kelak. Anak-anak itu sudah terlatih dengan alat-alat dan syaraf-syaraf
yang diperlukan dalam menghadapi kehidupan, yang sesuai hasrat yang diinginkan
oleh ibu-bapak,
Satu hal yang sangat penting. Ialah penerapan
ibu-bapak sendiri, yaitu praktek-praktek dan kenyataan-kenyataan yang mereka
tunjukkan dalam perbuatan sendiri. Tidak mungkin seorang anak mempunyai Aqidah
yang kuat, menjadi orang yang taat dan berbakti kepada Allah, menjadi pejuang
menegakkan kebajikan dan memberantas kemaksiatan, mempunyai moral dan budi
pekerti yang baik, jika ibu-bapak sendiri tidak melakukan hal-hal yang demikian
dalam kehidupan mereka sendiri.
Jadi ibu dan bapak harus memberi teladan yang baik
bagi anak-anaknya. Islam sangat menekankan untuk memberi teladan yang baiak
bagi anak-anak. Sikap Islam seperti ini merupakan bentuk dari perlindungan
Islam terhadap anak-anak.
Allah
berfirman:
“Sesungguhnya telah ada pada (diri)
Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap
(rahmat) Allah dan (keselamatan) hari kiamat dan dia banya mengingat Allah.” (QS.Al-Ahzab:21)
Orang tua hendaknya mencontoh Rasulullah dan
menjadikan Rasulullah sebagai suri teladan. Dan anak-anak cenderung untuk
meniru dan mencontoh orang tuanya. Jika orang tua itu orang yang baik, maka
insya Allah anak-anaknya akan berkembang menjadi anak yang saleh.
Dalam
pelaksanannya, maka Umar telah memberikan tuntunan bagaimana mendidik anak.
Umar berkata:
“ Ajar dan didiklah anakmu sesuai
dengan zaman yang akan dihadapinya.”
B.
PERANAN
WANITA DALAM RUMAH TANGGA
Suatu peran akan membuat bahagia atau bangga apabila
yang bersangkutan memilih dengan sadar peran tersebut, serta mengetahui betapa
‘pentingnya’ peran yang disandangnya. Menilik para ibu yang tidak bahagia,
kalau mereka memilih perannya secara sadar memang ‘ya’ karena mereka memutuskan
untuk menikah, sehingga mutlak baginya akan menerima status sebagai ibu;
sehingga bisa disimpulkan, kalau penyebab ketidakbahagiaan para ibu adalah
kurang pengetahuanya tentang begitu besarnya peran yang disandang.
Ibu merupakan madrasah bagi anak-anaknya. Dari Ibu
lah anak-anak awa kali mendapatkan pelajaran pertamanya. Berhubung para ibu
mempunyai jam kerja yang panjang dirumah, tidak mustahil ibu yang lebih banyak
berinteraksi dengan anaknya. Sehingga baik atau buruk sang anak ada ditangan
ibunya. Rasulullah bersabda:
“Tiap diri kalian adalah pemimpin,
seorang wanita adalah pemimpin dirumah tangga suaminya dan anak-anaknya, dan ia
bertanggung jawab atas apa yang dipimpinya.” (HR. Muslim)
Nah,
kalau kita mengingat hadist ini, maka suatu ketika kita dimintai pertanggung
jawaban oleh Allah atas apa yang telah kita pimpin (menjaga kehormatan, harta
suami, serta mendidik anak-anak).
Anak adalah amanah dari Allah. Tidak semua perempuan
diamanahi Allah untuk bisa mengandung, melahirkan, serta merawat anak.
Bagaimana mungkin, kita yang telah dipercaya Allah akan menghianati-Nya, dengan
menyia-nyiakan amanah itu? Kita hendaknya bersyukur atas status kita sekaran,
yaitu menjadi seorang ibu. Peran yang kita sandang begitu mulia, karena semua
ibu ibaratnya menjadi pendidik sehingga bisa mempersiapkan generasi penerus
yang berkualitas.
Beberapa penelitian membuktikan betapa sangat
dahsyat peran kasih sayang ibu terhadap keberhasilan anaknya. Dengan memberikan
kasih sayang yang berlimpah (tidak berarti memanjakannya), seorang anak akan
merasa aman dan percaya terhadap ibunya. Si anak akan belajar menerima cinta
dan memberikan cintanya kepada orang lain. Dalam kondisi ‘damai’, otak pun akan
bekerja secara optimal. Anak-anak ini akan memberikan tanggapan yang positif kalau
diberi nasihat (karena rasa aman dan percaya kepada orang tuanya). Pendek kata,
anakyang mendapatkan cukup kasih sayang lebih mudah dibentuk akhlaknya.
Sebaliknya, anak yang mengalami kekurangan kasih sayang akan selalu merasa
terancam sehingga membuat pola perilaku yang selalu siap tempur, sehingga
rentan terhadap perilaku agresif. Budaya kekerasan yang kian merebak,
disinyalir karen akibat para generasi muda yang kekurangan kasih sayang orang
tua (ibu kandungnya) dimasa awal kehidupannya.
Suatu
ketika Rasulullah ditanya tentang peran orang tua. Beliau menjawab:
“ Mereka adalah yang menyebabkan
surgamu atau nerakamu.” (HR. Ibnu Majah).
Yah, memang benar hadist ini, karena salah atau
benar pendidikan yang diberikan kepada anak, bisa menjadikan anak terbentuk
menjadi pribadi yang saleh dan shalehah, sehingga siap menyongsong surganya;
demikian pula sebaliknnya, pendidikan yang salah bisa berakibat si anak menjadi
durhaka, dan dia pun siap menyongsong
nerakanya..
Jangan sampai, kita salah mendidik anak, karena
bukan hanya anak saja yang menerima adzab dari Allah, namun kita juga yang
pertama kali akan menerima adzab itu. Karena bagaimanapun juga, kitalah
pemimpin anak-anak sehingga ‘rusaknya’ anak-anak adalah hasil dari kerja kita,
naudzubillah...
Kita jangan merasa iri dengan para suami karena
mereka bisa berkiprah diluar rumah untuk berjihad mencari nafkah bagi
keluarganya. Karena apa pun yang kita lakukan di rumah akan dinilai Allah
sebagai jihad, yang pahalanya jelas surga. Rasulullah bersabda:
“Sesungguhnya wanita yang hamil,
melahirkan, dan merawat anaknya akan mendapatkan pahala seperti orang yang
berjihad di jalan Allah.”
Antara kita dan suami bisa berjihad dengan bekerja
sama mengelola keluarga. Dengan keyakinan ini, kita bisa termotivasi untuk
bersungguh-sungguh menjalankan peran kita sebagai istri/ibu, sehingga membentuk
rumah tangga yang sakinah, mawwadah, serta rahmah dapat terwujud, amin.
Status sebagai ibu rumah tangga kurang mendapatkan
penghargaan pada publik. Banyak orang yang memandang sebelah mata dan
meremehkan pekerjaan yang menunggu penyelesaian 24 jam dalam sehari, dan
diringkas menjadi tiga kata: IBU RUMAH TANGGA. Oleh karena itu, banyak wanita
yang lebih memilih bekerja dijalur rumah daripada memilih sebagai ibu rumah tangga.
Wanita yang bekerja akan mendapatkan gaji, sebagai simbol dari penghargaan atau
hasil kerjanya, dan statusnya dimata masyarakat pun lebih terangkat karena
terkesan lebih mandiri (tidak bergantung penuh pada suami).
Kurangnya penghargaan atas peran sebagai ibu rumah
tangga menyebabkan para wanita merasa kurang bahagia dengan statusnya. Perasaan
ini bisa mempengaruhi kehidupannya setiap hari, misalnya melakukan tugasnya
dengan setengah hati, suka mengeluh, suka menggerutu, dan perasaan tidak
bahagia. Perasaan-perasaan ini membuat peran ibu rumah tangga kurang optimal
dalam mendampingi suami beserta anak-anaknya.
Tugas utama ibu rumah tangga adalah sebagai
pendamping suami dan pendidik, pemelihara anak. Jadi tugas ‘maintemance’ suami dan anak bisa kita
lakukan secara profesional. Bagaimana caranya? Misalnya sebagai pendamping
suami, kita bisa bertindak sebagai patner dalam membuat suatu kebijakan dalam
rumah tangga, atau sebagai ‘manager keuangan’ rumah. Sebagai manager keuangan,
kita harus mengatur uang dari suami sedemikian rupa sehingga bisa cukup
mengcover kebutuhan sehari-hari dan untuk menabung. Kalau toh harga kebutuhan
naik, kita bisa membuat kebijaksanaan beberapa pos pengeluaran dikurangi atau
menurunkan kualitas hidangan dan pakaian. Kalau jalan ini sudah ditempuh,
ternyata masih ssah untuk bertahan, diskusikan kepada direktur (dalam hal ini
adalah suami); mungkin memang harus melakukan seusatu untuk menghadapi hal ini,
apakah istri akan mekakukan kerja sambilan tanpa meninggalkan fungsinya sebagai
ibu rumah tangga, atau suami akan menambah kerja paruh waktu. Jangan merasa
tidak mau tahu uang darimana, yang penting mengeluarkan tanpa memperhitungkan
cukup atau tidaknya, kalau kurang tahunya minta tambahan ke suami, itu sih
bukan tingkat manager, tapi tingkat pelaksana (setara pembantu). Sekarang
tinggal pilih, mau bertindak sebagai manager atau pelaksana? Ini baru salah
satu contoh peran ibu sebagai pendamping suami yang bisa kita kerjakan secara
profesional.
Selain sebagai pendamping suami, ibu juga bertindak
sebagai pendidik dan pemelihara anak. Slogan ibu adalah madrasah bagi anak
mungkin sangat tepat. Ada sebuah syair yang begitu bagus menggambarkan peran
seorang ibu:
Ibu
laksana lembaga pendidikan.
Bila
dipersiapkan dengan baik,
Ia
dapat membentuk pribadi yang lebih baik,kuat
Dan
tangguh.
Ibu
laksana taman,
Jika
dijaga kelestariannya,
Tak
selembar daun pun yang dimakan hama.
Ibu
adalah guru dari segala guru yang utama.
Dia
mampu menurunkan kemuliaan dari
Generasi
ke generasi.
Yah, itulah gambaran yang sangat tepat untuk peran
seorang ibu, dari ibulah semua anak manusia mengenal kasih sayang, dan
pelajaran pertamanya, entah adab sopan santun. Setiap anak dilahirkan suci
bagaikan kerja kosong, makam kedua orang tuanyalah yang akan menggoreskan pena
sehingga sebaik atau seburuk apapun hasinya merupakan ‘hasil karya’ orang
tuanya.
Mayoritas ‘jam kerja’ ibu dirumah sehingga para
ibulah yang banyak menghabiskan waktu untuk berinteraksi dengan anaknya. Anak
mendapatkan pendidikan pertamanya dari sang ibu. Maka ibu yang akan ‘mencetak’
sikap dan prilaku anak. Maka bertindak secara profesional merupakan suatu
keharusan, salah satunya ibu membuat kurikulum sendir. Semakin dini kurikulum
tersebut diterapkan akan semakin efektif dalam mendidik anak. Misalnya ibu bisa
memberikan teladan yang baik dalam bersikap dan berperilaku dengan cara
menetapkan ‘jadwal’ belajar. Apa saja yang diajarkan?
Sebelum mengajarkan kepada anak, kita hendaknya
melakukan apa yang akan kita ajarkan. Jangan hanya menyuruh anak, sementara
kita sendiri tidak melaksanakannya, hal ini mencetak anak yang pembangkang.
Mendidik anak sewaktu kecil laksan mengukir pada batu, sedangkan mendidiknya
setelah dewasa laksana melukis dalam air (tidak berbekas). Anak dan suami
adalah amanah dari Allah. Kita sebagai ibu / istri tidak bisa menyia-nyiakan
mereka.
“
Sesungguhnya Tuhanmu mempunyai hak atas kamu, dirimu mempunyai hak atas kamu,
keluargamu mempunyai hak atas kamu, maka berikanlah setiap yang mempunyai hak
itu haknya” (HR. Bukhari dan Muslim).
Kita harus terus mengemban amanah dan berbuat adil,
sehingga tidak ada pihak yang merasa terdzalimi. Mulai sekarang, marilah kita
kembali ke peran utama kita sebagai istri dan ibu bagi anak-anak kita. Untuk
bisa berperan secara optimal, kita harus menjalaninya dengan hati yang bahagia.
Kita awali setiap bangun pagi dengan
bersyukur. Buatlah semacam ritual beberapa menit saja. Duduklah beberapa saat
sebelum beranjak dari tempat tidur. Disini tidak hanya melafadzkan doa bangun
tidur saja yang merupakan rutinitas harian, kita harus benar-benar bersyukur
bahwa Allah masih memberi kesempatan kepada kita, bisa menikmati kesempatan
sebagai istri dan ibu (karena siapa yang bisa menjamin setiap orang bakal bisa
bangun setelah tidur?).
Lihatlah suami dan anak yang masih tertidur pulas,
amati mereka. Kita ucapkan “Alhamdulillah, hari ini Allah masih memberi
kesempatan aku untuk mendampingi kalian...” Kita juga bersyukur hari ini dalam
keadaan sehat, amati seluruh tubuh kita dan rasakan. Setelah itu semua,
Senyumlah! Karean dengan senyum ternyata bisa mempengaruhi mood kita. Cobalah dengan senyum, kita akan cenderung merasa
bahagia. Setelah mengawali hari dengan bersyukur dan senyum, mandilah sebagai
pendongkrak semangat untuk mengawali hari ini. Nah,dengan tips ringan ini,
semoga kita semua bisa mengawali hari dan berperan secara lebih bahagia.
Sedang bila mereka mati dalam kesyahidan, maka
mereka tetap hidup dan mendapatkan rezki dari Tuhan. Adapun kami yang merawat
mereka, tidak mendapatkan balasan apapun”. Kemudian Rasulullah bersabda:
“Sampaikan
kepada setiap perempuan yang engkau jumpai, bahwa taat kepada suami dan
menghormati haknya menyerupai pahala semua itu, namun amat sdikit diantara kalian yang melakukannya.” (HR.
Ibnu Abbas).
Menelaah hadits tersebut di atas, kita bisa
mengetahui bahwa ternyata sejak dahulu para perempuan telah menuntut adanya
emansipasi dalam berbagai hal. Kalau para lelaki wajib berjihad di medan peran,
maka perempuan juga ingin melakukan hal yang sama. Namun Islam telah mengatur
semuanya, sehingga kaidah keseimbangan dan keharmoni-san hidup tetap terjaga.
Walaupun perjuangan yang dilakukan kaum laki-laki dan perempuan sangatlah
berbeda, namun pahala yang dijanjikan ternyata sama. Janji Allah pasti
ditepati. Sekarang, apa lagi yang membuat mu sedih, wahai para ibu? Ternyata
pengorbananmu dirumah dihargai Allah sebagai jihad yang balasannya tak lain
adalah surga.
Untuk para ibu, kita tidak harus berperang
dengan memanggul senjata. Cukup mentaati
suami sehingga suami ridha, maka surga pun siap menanti. Allah ‘meringankan’
jihad para wanita. Rasulullah bersabda:
“apabila wanita menjaga shalatnya yang lima
waktu, berpuasa pada bulannya, menjaga kehormatannya, dan mentaati suaminya,
niscaya ia akan masuk surga dari pintu mana saja yang dia sukai.” (HR.
Ahmad)
Kita tidak perlu secara fisik bertempur, kepanasan,
kehujanan, tidak tidur, tidak makan / minum, lari-lari, memanggul senjata yang
berat, selalu waspada, dan lain sebagainya. Kita bisa berjihad sesuai koridor
yang ditetapkan Allah. Namun hal yang ‘ringan’ inipun masih dirasa berat oleh
kita. Sehingga memang benar hadits di atas, amat sedikit dari kita yang melakukannya.
Tugas ibu yang utama, selain sebagai pendamping
suami adalah sebagai pndidik anak-anaknya. Sebagai pendamping suami, apakah kita
memenuhi hak-hak suami dan menjalankan amanahnya? Rasulullah bersabda:
“Ya Umar,
adakah engkau ingin aku beritahu tentang sebaik-baiknnya simpanan surga? Yakni
wanita shalehah yang apabila suami memandangnya, ia menyenangkan. Jika diperintah
suami, ia taat. Dan jika suami tidak berada di sampingnya, ia bisa menjaga
kehormatan diri” (HR. Abu Dawud dan ibnu majah).
Abdullah
bin umar r.a mengabarkan, bahwa Rasulullah SAW. Bersabda:
“kalian semua
adalah pemimpin. Dan kalian semua akan dimintai pertanggung jawaban atas apa
yang di pimpinnya. Seorang suami adalah pemimpin di rumah tangganya, dan dia
bertanggung jawab atas apa yang dipimpinnya. Seorang wanita (ibu) adalah
pemimpin di rumah suaminya dan anak-anaknya, dan dia bertanggung jawab atas apa
yang di pempinnya.” (Muttafaun ‘Alaih)
Seorang istri sangat bertanggung jawab terhadap
hal-hal yang menyangkut kerumah tangga serta pembianaan anak-anaknya. Semua
anak terlahir ke dunia dalam keadaan suci. Banyak pakar psikologi yang
menggambarkan jiwa anak seperti kertas kosong. Maka orang tuanyalah yang
akan mencoretkan atau ‘membentuk’ kertas
tersebut. Ibu, yang notabene mengandung, melahirkan, serta menyusui, banyak
menghabiskan waktu bersmasi anak. Maka, peran ibu sangatlah besar dalam membina
ank-anaknya.
Sebagai istri, kita jangan iri dengan kiprah suami
yang bekerja diluar rumah. Jangan sekali-kali berfikir kalau kita lebih sengsara
karena harus hamil, melahirkan dan menyusui anak kita. Allah menyamakan
pengorbanan wanita yang hamil dan menyusui seperti pejuang di garis depan fii
sabilillah. Jika ia meninggal di antara waktu tersebut, maka baginya adalah
pahala mati shahid (HR. Thabrani). Pengorbanan seorang ibu sangatlah besar
dalam mengandung, melahirkan serta menyusi anaknya. Oleh karena itu, Allah
berfirman:
“dan kami
perintahkan kepada manusia bebuat baik kepada kedua ibu-bapaknya: ibunya telah
mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah dan menyapihnya dalam
dua tahun...”. (QS. Luqman: 14)
Hal
ini juga ditegaskan dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah.
Suatu ketika seseorang datang kepada Rasulullah, dan ia berkata,
“Wahai
Rasulullah, siapa yang paling berhak saya perlakukan dengan baik?” Rasulullah
menjawab “ibumu” dia bertanya lagi,
“Setelah itu siapa?” Rasuluullah menjawab, “ibumu”. Dia bertanya lagi, “Setelah
itu siapa lagi?” Rasulullah menjawab “Bapakmu”.
Penghormatan
terhadap seseorang ibu beberapa kali dibandingkan terhadap bapak. Karena ibu
lah yang telah banyak berkorban dalam keadaan yang payah.
Ibu adalah pemimpin
bagi anak-anaknya. Sebagai pemimpin, kita harus bisa memberi teladan yang baik
terhadap anak kita; melindungi, merawat, serta mengarahkan kebiasaan tabiat
anak sehinggga tercetak anak dengan akhlak yang baik. Mendidik anak pun sedini
mungkin. Pada tahap perkembangannya, anak dengan usia yang sangat dini biasanya
hanya meniru. Maka sangat penting kiranya bagi kita untuk selalu memberi contoh
yang baik dalam keluarga. Berhubung ibu sebagai pemimpin dalam urusan
kerumahtanggaan, termasuk anak-anak maka keadaan bahagia dan sedih keluarga
tersebut sangat tergantung pada ibu.
C. KIAT-KIAT YANG HARUS DILAKUKAN
DALAM KEPEMIMPINAN RUMAH TANGGA.
a. Apa yang sebaiknya harus dilakukan
seorang ibu:
1. Menjaga
hati
Kita merupakan
aktor sentral dirumah. Kalau akting kita baik, maka alur cerita dalam keluarga
kita baik, sebaliknya kalau akting kita buruk. Mengingat peran kita begitu
penting, maka kita harus pintar-pintar dalam membawakan sangat ditentukan oleh
suasana hati kita setiap harinya.
2. Menjaga
lisan
Rasulullah bersabda:
“Barangsiapa
yang beriman kepada Allah dan beriman kepada hari akhir, maka hendaklah ia
berkata baik atau jika tidak bisa, maka lebih baik diam saja.”(HR
Bukhari-Muslim)
Banyak orang mengatakan lidah tak
bertulang. Karena kelenturan tanpa tulang inilah banyak yang kita keluarkan,
baik dengan sengaja atau tidak bisa menyakiti orang lain. Kalau kita sering
menyumpahi anak? Apa kita sebagai orang tua tidak menyesal kalau ‘doa’ kita
yang berbentuk sumpah serapah dikabulkan Allah. Apa lagi ketika ‘berdoa’ kita
dalam keadaan marah atau tersakiti (termasuk orang yang teraniaya), apa tidak
mustahil ‘doa’ tersebut akan terkabul? Rasulullah , memperingatkan umatnya:
“
Janganlah berdoa jelek untuk diri kalian, dan jangan pula mendoakan jelek atas
anak-anak kalian, juga jangan berdoa jelek atas harta benda kalian. Janganlah
kalian menepati saat yang ketika Allah diminta, Dia akan mengabulkan.”(HR.
Muslim & Abu Dawud).
Kita dilarang berdoa yang jelek
untuk diri sendiri dan keluarga kita, siapa tau Allah mengabulkannya.
3. Jaga
sikap
Sikap yang wajib
kita tunjukan di depan anak adalah sikap takwa kepada Allah (selalu
menghadirkan Allah dalam rumah tangga kita), juga sikap menghormati suami.
Orang tua adalah satu team yang kompak. Di depan anak jangan sekali-kali
menampakkan pendapat yang berseberangan.
4. Jaga
perbuatan
Apapun yang kita
lakukan setiap saat merupakan pembentukan kebiasaan dalam keluarga. Ibu sebagai
manager dalam keluarga anak membuat peraturan, termasuk jadwal kegiatan
keseharian. Usahakan apapun yang kita lakukan mengandung unsur efektif dan
efisien. Kita dianjurkan untuk berhemat, karena sikap pemborosan adalah teman
dari setan.
Allah berfirman
“Sesungguhnya
pemborosan-pemborosan itu adalah saudara-saudara setan dan setan itu adalah
sangat ingkar kepada Tuhannya.” (QS Al Isra’ 27).
Salah satu perbedaan antara laki-laki dan perempuan
dari struktur tubuh adalah adanya rahim dan hal-hal yang berkaitan dengannya,
yang tidak dimiliki oleh laki-laki. Kebutulah organ tersebut bernama rahim,
seperti salah satu asma Allah yang berarti ‘sayang’ atau cinta kasih. Perempuan
diharapkan mampu memberikan kasih sayanganya, karena itu ditubuh perempuanlah
sesosok janin tumbuh, serta didekapannya seorang bayi akan berkembang.
Beberapa hal dibawah ini merupakan data betapa sangat
dahsyatnya efek kasih sayang ibu terhadap anaknya, yaitu antara lain :
1. Anak
mempunyai akhlak yang baik
2. Syaraf
otak berkembang denga sempurna
3. Mensukseskan
‘the golden age’
4. Efek
pengukuhan positif
1). Anak mempunyai akhlak yang baik
Rasulullah mencontohkan betapa beliau sangat
menyayangi anak kecil, yaitu Hasan dan Husain, cucunya. Dalam suatu riwayat
diceritakan, bahwa Beliau menimang-nimang Hasan bin Ali sewaktu masih kecil
seraya bersabda :
“
Ya Allah, sesungguhnya aku mencintainya, maka cintailah orang yang mencintai
dirinya.” (HR. Bukhori)
Disalah satu riwayat juga
disebutkan bahwa ketika Aqro’ bin Habis menyaksikan beliau mencium Hasan dan
Husein, Aqro’pun berkata :
“
Apakah kalian mencium anak-anak kecil kalian? Sesungguhnya aku memilik 10 anak
yang tidak seorang pun pernah aku cium”. Lalu Rasulullah menjawab: “Apakah aku
bisa menguasai dirimu bila Allah telah mencabut rasa kasih sayang dari dalam
hatimu?” (Muttafaqun ‘Alaih).
“Bukan
dari golongan kami orang yang tidak mengasihi anak kecil kami”. (HR.
Ahmad, Abu Dawud dan Tirmidzi)
Pada suatu kesempatan, Ibnu Abbas yang masih kecil
bermalam disisi Rasulullah, sehingga Ibnu Abbas menyaksikan Rasulullah berwudhu
dan menjalankan sholat lail. Apa yang dirasakan Ibnu Abbas waktu itu, dia bisa
bermalam bersama junjungannya dan menyaksikan ritual malam yang dilakukan
beliau. Rasulullah telah memberi contoh bagaimana berlaku baik dengan anak
kecil, yaitu dengan cara memberi contoh yang baik (Ibnu Abbas yang masih kecil
menyaksikan kegiatan ritual beliau), memperlakukan sebaik mungkin (menimang,
mencium cucunya), sehingga si anak bisa merasakan limpahan kasih sayang orang
dewasa disekitarnya. Hal ini terbukti pada zaman Rasulullah, mentalitas anak
bisa tertempa sehingga bisa mencetak generasi yang tangguh.
Kasih sayang yang kita berikan merupakan hak anak.
Jangan sampai kita merampas hak anak yang sangat mendasar ini. Seorang anak
yang merasakan limpahan kasih sayang akan merasakan rasa aman dan mengembangkan
rasa percaya terhadapnya. Dengan kedua rasa ini, anak dengan mudah belajar
untuk mencintai orang-orang disekitarnya. Anak yang mempunyai rasa cinta dengan
mudah mengembangkan sikap empati, simpati, dan toleran, yang merupakan sikap
dasar untuk membinan hubungan dengan orang lain secara menyenangkan.
Sikap-sikap baik inilah yang mendukung si anak dengan mudah menerima nasihat
dari lingkungannya, sehingga sangat mudah terbentuk akhlak yang baik.
Kasih sayang pertama dan paling utama diyerima bati
dengan merasakan dekapan, pelukan hangat dari ibunya. Oleh sebab itu, para ibu
jangan sungkan-sungkan untuk sering mungkin memeluk, mendekap, serta
menggendongnya, sehingga ada penyatuan fisik antara ibu dengan bayi. Jangan
takut mitos, si bayi akan ‘bau tangan’ atau terbiasa digendong sehingga tidak
mau dilepas oleh ibunya.
2).
Syaraf otak berkembang dengan sempurna
Setiap
manusia mempunyai otak. Kita semua mengenal bagian-bagian otak yang terdiri
dari batang otak dan otak tengah, yang sering disebut dengan reptilian brain (otak reptil), namanya
juga otak reptil maka prilaku binatang banyak dipengaruhi bagian otak yang satu
ini, lymbie system yang mengatur
masalah emosi otak dan cinta, serta cerebral
cortex, yang mengatur cara berfikir. Ketiga hal ini bekerja sangat cepat dan
saling berkaitan, sehingga kita tidak bisa menyadari bagian otak yang mana yang
saat ini sedang bekerja.
Para peneliti di
Baylor College of Medicine menemukan bahwa anak-anak yang jarang diajak bermain
atau jarang disentuh, perkembangan otaknya 20% atau 30% lebih kecil daripada
ukuran normalnya. Ini membuktikan setiap bayi memerlukan stimulasi untuk
merangsang terbentuknya pola dalam otaknya. Stimulasi ini mensyaratkan kontak
fisik dengan orang tuanya, sehingga si anak merasa aman. Bila anak telah merasa
aman, maka bagian otak lymbic (yang
mengatur emosi dan cinta) berkembang secara optimal. Emosi positif ini akan
mempengaruhi perkembangan korteks (cara berfikir) anak.
3).
Mensukseskan the golden age
Beberapa tahun ini sering sekali
kita mendengar istilah the golden age.
Istila ini mengacu pada usia keemasan anak, dimana pertumbuhan dan perkembangan
anak memerlukan stimulasi yang yang optimal sehingga bisa menghasilkan anak
yang hebat, dari segi fisik maupun mental. Rentang usia yang diyakini adalah
o-5 tahun pertama perkembangannya. Memang benar, pada usia itu anak memerlukan
‘cetakan’ atau pendidikan yang bagus, sehingga akan membentuk pola tertentu pada
sikap berfikir dan cara berperilakunya. Maka, para ibu yang menghabiskan banyak
waktu bersama anaknya, hendaknya berusaha memberikan pola pendidikan dasar
islami sehingga tercetak anak yang shaleh dan shalehah. Apa saja yang perlu
dibina untuk mensukseskan ‘the golden
age’ ini?
a). Akidah merupakan keimanan yang
mendasar.
b). Pembiasaan kegitan ritul.
Rasulullah bersapda :
“
Perintahkan anak-anak kalian shalat saat berusia berusia tujuh tahun dan pukullah, karena meninggalkannya saat berusia
sepuluh tahun” (HR. Ahmd dan Abu Dawud).
c).
Pembianaan karakter baik, yaitu semua karakter yang menjunjung tinggi nilai
kemanusiaan: jujur amanah, loyal, hemat menghargai waktu, menyukai ilmu,
berbagai dengan sesama, menghargai orang lain, menyayangi sesama, dan lain
sebagainya.
d).
Perangsangan otak kanan dan kiri. Otak manusia terdiri dari 2 belahan, yaitu
kiri dan kanan. Secara singkat, otak kiri berhubungan dengan hal-hal yang logis
dan rasional; sedangkan otak kanan berhubungan dengan seni dan perasaan.
4).
Pengukuhan positif
Ibu yang waktunya
banyak dihabiskan untuk mengasuh dan mendidik anaknya dirumah, sangat penting
perannya dalam menanamkan konsep diri pada anak. Anak akan belajar diterima
atau ditolak oleh lingkungannya, yaitu lantaran orang tua. Jika keberadaan
dirinya banyak ditolak dan dicemooh, maka anak tersebut akan belajar bahwa dirinya
tidak berharga, sehingga timbul rasa rendah diri dan minder.
Semakin
ia sering menerima perlakuan buruk dari lingkungannya, semakin ia membenci diri
dan yakin bahwa ia benar-benar tidak berharga. Perasaan ini akan selalu
terpendam dan terefleksikan dalam bentuk keputusan dan merasa gagal dalam banya
hal.
Begitu
pula sebaliknya, seorang anak yang menerima perlakuan yang baik dari orang tua,
akan merasa dirinya diterima. Ia akan belajar menghargai dirinya, sehingga
timbul rasa percaya diri. Begitu besar efek penghargaan dan atau penolakan
terhadap anak ini. Maka sebagai orang tua, kita harus banyak-banyak memberi
sambutan positif dan baik terhadap kondisinya, sehingga anak-anak belajar
menerima dan mencintai dirinya dan timbul rasa percaya diri.
Ilmu
neurologi mengatakan anak yang merasa aman dan bahagia akan mengeluarkan hormon
yang merangsang neurotransmitter
menyalurkan pesan ke korteks, sehingga anak akan lebih mudah belajar. Sedangkan
ilmuwan yang meneliti air membuktikan bahwa air bisa mendengar menerima pesan,
dan membaca. Berhubung tubuh manusia sebagian besar berunsur air, maka ‘cap’
yang diberikan kepadanya akan direaksi apakah hal ini akan membentuk heksagonal
yang baik dan merangsang pertumbuhan manusia tersebut, ataukah sebaliknya.
Sifat Penunjang Suksesnya Peran Ibu
Ibu
merupakan sentral yang mampu mewatnai kehidupan dalam rumah tangganya.
Kebahagiaan bisa diciptakan kalau seorang ibu benar-benar mengupayakan
kebahagiaan dalam keluarganya. Selain komitmen yang terjalin dengan suami,
peran ibu sangat dominan untuk menghantarkan terciptanya generasi yang
saleh/shalehah. Apa saja yang bisa mendukung suksesnya ‘peran’ yang diemban
para ibu? Ada beberapa sifat baik, apabila sang ibu berusaha menerapkannya
dalam kehidupan sehari-hari, maka rumah bukan saja berarti’house´, namun lebih cenderung kearah ‘home’ , atau lebih singkatnya akan tercipta ‘rumahku surgaku’.
Sifat-sifat tersebut antara lain:
1. Penyayang
2. Sabar
3. Mau
berkorban
4. Disiplin
5. Tegas
6. Cerdas
7. Bijaksana
8. Tawakal
Disamping
itu ada beberapa dibawah ini akan kami rangkum kiat-kiat yang dapat membantu
dalam mendidik anak.
1. Tanamkan
nilai-nilai tauhid, keimanan dan akhlak yang mulia.
Didalam
Al-Qur’an ada satu surat yang bernama surat Luqman, di mana Allah memberikan
contoh kepada orang tua untuk mendidik anak-anaknya, seperti yang sudah
dilakukan di zaman dahulu oleh Luqman terhadap anak-anaknya.
2. Biasakan
anak melaksanakan ibadah ritual, seperti shalat lima waktu, puasa dan membayar
zakat fitrah.
Rasulullah
bersabda:
“Suruhlah anak-anakmu melakukan
shalat ketika berumur tujuh tahun. Pukullah mereka bila meninggalkan shalat
bisa berumur sepuluh tahun. Dan pisahkanlah tempat tidur diantara mereka.”(HR.
Abu Daud).
3. Memberi
teladan yang baik. Orang tua harus memberi teladan yang baik bagi anak-anaknya.
Misalnya dalam beribadah. Orang tua hendaknya shalat lima waktu. Orang tua
hendaknya puasa di bulan ramadhan dan mengajak anaknya untuk berpuasa dibulan
ramadhan. Jika orang tuanya baik, insya Allah anaknya juga akan menjadi anak
yang saleh. Teladan yang paling baik adalah Rasulullah. Maka hendaknya orang
tua meneladani Rasulullah dan ia menjadi teladan bagi anak-anaknya.
Allah
berfirman:
“Sesungguhnya para diri Rasulullah
itu terdapat teladan yang baik bagi kamu, yaitu bagi orang yang mengharapkan
rahmat Allah, keselamatan pada hari kiamat dan banyak mengingat Allah.” (QS.
Al-Ahzab:21)
4. Menyuruh
anak membaca Al-Qur’an
Orang
tua hendaknya juga menyuruh anak-anaknya untuk membaca al-Qur’an dan menghafal
sebagian dari al-Qur’an.
Rasulullah
bersabda:
“Tidaklah suatu kaum berkumpul
disalah satu rumah dari rumah-rumah Allah (Masjid), untuk membaca al-Quran dan
saling mempelajarinya, melainkan diturunkan sakinah (ketenangan hati) atas
mereka, rahmat Allah meliputi mereka, para Malaikat rahmat mengililingi mereka,
dan Allah menyebut-nyebut di depan majelis Malaikat.”(HR
Muslim dan Abu Daud).
5.
Mencarikan lingkungan pergaulan
yang baik.
Faktor
masyarakat, sekolah, teman dan lingkungan sangat besar pengaruhnya pada
pertumbuhan anak. Orang tua harus mencarikan lingkungan dan teman yang baik
bagi anak-anaknya sehingga dia dapat berkembang menjadi anak yang saleh.
Rasulullah
bersabda:
“Perhatikan tetanggamu sebelum kamu
menempati rumah.”
6. Membentengi
anak dengan dzikir-dzikir yang disyariatkan. Caranya adalah dengan memberikan
tuntunan berdzikir kepada mereka bila masih kecil.
Bacaan
dzikir yang paling utama adalah tahlil, yaitu ucapan “Laa ilaha illalaah” (Tidak ada Tuhan kecuali Allah). Kalimat tahlil
mempunyai banyak keistimewaa. Mengenai keistimewaan bacaan tahlil, Rasulullah
bersabda :
“Dzikir yang paling utama yaitu
ucapan “Laa ilaha illalaah”. (HR. Tirmidzi).
Dari
hadist ini dapat disimpulkan bahwa dzikir yang paling utama adalah kalimat
tahlil. Karena kalimat tahlil merupakan kalimat tauhid yang merupakan sumber
bagi setiap agama yang berasal dari Allah.
7. Selalu
merangsang anak untuk pergi ke masjid dikala mereka masih kecil dan mendorong
mereka shalat dimasjid ketika remaja.
Rasulullah
bersabda:
“Barang siapa yang pagi dan sore
hari pergi ke masjid, niscaya Allah menyediakan baginya surga sebagai tempat
istirahat setiap pagi dan sore.”
Rasulullah
juga bersabda:
“Apabila kalian melihat seseorang
yang biasa mengunjungi masjid, maka yakinlah bahwa orang tersebut telah
beriman.”
8. Membiasakan
anak untuk melaksanakan sebagian tanggung jawab dalam kehidupan rumah tangga.
9. Memperhatikan
fase-fase perkembangan usia anak. Hal ini perlu mendapat perhatian orang tua,
sebab ketika anak menjadi dewasa, secara otomatis pemikirannya berkembang.
10. Duduk
bersama anak-anak
Hal
yang perlu diperhatikan oleh ayah, betapapun kesibukannya, ialah meluangkan
waktu khusus untuk duduk-duduk bersama anak-anaknya.
11. Berlaku
adil diantata mereka. Suatu masyarakat akan tegak karena keadilan. Kondisi
manusia tidak lurus melainkan dengan keadilan.
Rasulullah
bersabda:
”Bertakwalah kepada Allah dan
hendaknya kamu berlaku adi diatara anak-anakmu”.
12. Memberi
nafkah kepada mereka dengan baik. Cara nya dengan mencukupi semua kebutuhan
mereka sehingga mereka terpaksa mencari uang diluar rumah. Memberi nafkah
kepada anak tidak boleh berlebihan, tetapi juga jangan sampai kekurangan.
Memberi nafkah kepada anak hendaknya sesuai dengan yang dibutuhkan anak dan
sesuai dengan kemampuan orang tuanya.
Allah
berfirman:
“Dan (hamba-hamba Allah yang Maha
Pemurah itu) orang-orang yang bila menafkahkan harta mereka, mereka tidak boros
dan tidak kikir, tetapi pertengahan diantara keduanya.” (QS.
Al-Furqan:67)
13. Mengamati
keadaan mereka dan memantau mereka dari jauh. Diantaranya adalah sebagai
berikut :
i.
Memperhatikan mereka dalam melaksanakan
ibadah ritual seperti shalat, wudhu, puasa dan sebagainya.
ii.
Mengawasi HP mereka.
iii.
Menanyakan tentang kawan-kawan mereka.
iv.
Memantau apa yang mereka baca.
14. Menghormati
teman-teman anaknya yang baik.
Rasulullah
bersabda:
“Janganlah kamu mengambil sahabat
karib kecuali orang yang beriman.”
15. Menjauhkan
anak dari teman yang jahat. Tetapi cara yang ditempuh oleh orang tua harus
tetap bijaksana.
Rasulullah
bersabda:
“Perumpamaan teman yang baik dan
yang jahat seperti pembawa kasturi dan peniup bara api. Pembawa kasturi bisa
saja memberimu kasturi dengan Cuma-Cuma, atau kamu membeli kasturi itu darinya,
atau kamu mendapatkan bau yang harum, sementara peniup bara api bisa saja
membakar baju kamu, atau kamu mendapatkan bau yang tidak sedap.”
16. Memberikan
kesempatan kepada anak untuk mengoreksi diri.
Rasulullah
bersabda:
“Setiap anak Adam (manusia) pasti pernah
berbuat salah. Dan sebaik baik orang yang berbuat kesalahan adalah orang yang
bertaubat.”
Bertaubat
yaitu memohon ampun kepada Allah atas kesalahannya, menyesal di dalam hatinya
dan bertekad untuk tidak mengulangi kesalahannya.
17. Menciptakan
suasana saling memahami di antara suami-istri.
18. Memilih
sekolah yang tepat bagi anak-anaknya dan berusaha untuk memantau mereka di
sekolahnya
19. Membuat
perpustakaan rumah yang sederhana.
Rasulullah
bersabda:
“Barang siapa ingni berbahagia di
dunia, hendaknya dia berilmu. Barang siapa ingin berbahagia di akhirat
hendaknya berilmu. Dan barang siapa ingin berbahagia di dunia dan akhirat,
hendaknya dia berilmu.”
20. Mengalarkan
ilmu agama kepada anak-anak terutama Al-Qur’an dan as-sunnah.
Rasulullah
bersabda:
“Barang siapa dikehendaki oleh
Allah kebaikan baginya, maka Allah akan memberikan pemahaman kepadanya tentang
masalah agama.”
21. Mengikat
anak-anak dengan salafus saleh dalam panutan (figur) dan petunjuk. Meneladani
‘perjalanan hidup’ salafus saleh itu sesuatu yang dapat membangkitkan semangat
dalam kehidupan dan cita-cita yang tinggi. Dengan demikian ia akan mengidolakan
para salafus saleh, terutama para sahabat Rasulullah.
Allah
berfirman:
“ Orang-orang yang mendahului dan
pertama masuk Islam yaitu orang-orang Muhajirin dan orang-orang Anshar, dan
orang-orang yang mengikuti jejak mereka dengan baik, maka Allah ridha kepada
mereka dan merekan ridha kepada Allah. Allah telah menyediakan untuk mereka
surga-surga yang mengalir dibawahnya sungai-sungai, mereka kekal didalamnya. Yang
demikian itulah keberuntungan yang besar.”(QS.
At-Taubah:100)
22. Mengajarkan
kepada anak-anak agar meminta izin kalau mau memasuki kamar orang tuanyam atau
kamar saudara-saudaranya yang lain.
Allah
berfirman:
“Apabila anak-anakmu telah baligh,
hendaklah mereka minta izin kalau masuk ke kamarmu sebagaimana orang lain
meminta izin. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu. Allah Maha
Mengetahui dan Maha Bijaksana.”(QS. An-Nuur:59)
Kamar
orang tua dengan anak sudah baligh (remaja) hendaknya terpisah. Dengan demikian
ketika orang tua sedang mengadakan hubungan suami istri atau berbicara hal-hal
yang bersifat pribadi anak-anaknya tidak ada yang tahu.
23. Sesuatu
yang perlu mendapat perhatian dalam mendidik anak adalah tidak tergesa-gesa
untuk mendapatkan hasil. Oleh karena itu, kewajiban orang tua apabila ia telah
berusaha mencurahkan segala kemampuan untuk kebaikan anaknya; ia telah berusaha
memberi nasehat, memperingatkan, serta menjelaskan hal-hal positif dan negatif
kepadanya, bahkan telah mencurahkan segala potensi yang dimilikinya maka ia
tidak boleh bersikap tergesa-gesa memetik hasilnya. Justru, ia berkewajiban
bersabar dan terus-menerus berdoa untuk kebaikan anaknya, maka bisa jadi
setelah waktu tertentu si anak akan menerima semua nasehat dan peringatan
tersebut.
24. Diantara
sesuatu yang dapat membantu proses pendidikan ialah hendaknya orang tua
menyadari bahwa nasehat itu tidak akan sia-sia. Sekalipun seseorang belum
mendapatkan hasil dari usahanya memberi nasihat kepada anak-anaknya dan
hasratnya agar mereka diberi petunjuk oleh Allah serta menjadi anak-anak yang
saleh, namun hal itu bisa dijadikan alasan dihadapan Allah kelak. Sebab,
nasehat itu tidak akan siasia selama-lamanya, ia bagaikan benih yang ditaburkan
ke tanah, sedangkan Allah yang manangani penyiramannya, pemeliharanannya, dan
pertumbuhannya.
Allah
berfirman:
“Hai orang orang yang berfirman,
jagalah dirimu dan keluargamu dari apa neraka yang bahan bakarnya terbuat dari
manusia dan batu.”(QS. At-Tahrim:6).
25. Membantu
anak-anak melaksanakan atau meningatkan kebajikan.
26. Memelihara
balasan yang baik untuk anak-anak. Di antara sesuatu yang baik dilakukan oleh
orang tua ialah menghargai amal saleh anak-anaknya.
Orang
yang berilmu anak mendapatkan kedudukan yang tinggi disisi Allah. Hal ini
sesuai dengan firman Allah.
“Allah meninggikan orang yang
beriman diantara kamu dan orang-orang yang berilmu beberapa derajat. Dan Allah
Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”(QS. Al-Mujaadalah:11).
Mengingat
betapa pentingnya ilmu, maka Islam mewajibkan pemeluknya untuk rajin menuntut
ilmu. Dan ilmu yang paling utama yang harus dipelajari oleh setiap umat Islam
adalah ilmu Al-Qur’an
Rasululllah
bersabda:
” Barang siapa menempuh jalan untuk
mencari ilmu, maka Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga.”
Ali
bin Abu Thalih berkata:
”Ilmu itu lebih beharga daripada
harta. Sebab ilmu menjaga kamu. Sedangkan harta, kamu harus menjaganya.”
Abdul
malik berkata:
“Anakku, pelajarilah ilmu. Jika
pemimpin, kamu bisa mengungguli prang lain. Jika penengah , kamu bisa bersikap
benar. Dan jika menjadi rakyat, kamu bisa hidup.”
Yang
kita harapkan bukan sekedar ilmu, tetapi ilmu yang bermanfaat.
Rasulullah
bersabda:
“Ya Allah, sungguh aku memohon
kepada Engkau ilmu yang bermanfaat, rezeki yang baik, dan amal yang diterima.”(HR
Ibnu Majah dan Imam Ahmad).
Ilmu
yang bermanfaat yaitu ilmu yang dapat mendekatkan pemiliknya kepada Allah. Ilmu
tersebut dapa memberi manfaat bagi dirinya dan orang lain. Ilmu tersebut dapat
berupa ilmu agama (ilmu diniyyah) atau ilmu pengetahuan umum (ilmu kauniyyah).
Dan dengan ilmu tersebut dia akan dekat kepada Allah dan takut kepada Allah.
Allah
berfirman:
“Sesungguhnya yang taku kepada
Alllah diantara hamba-hambanya hanyalah para Ulama (orang yang berilmu).”(QS.Faathir:28)
Alangkah
baiknya kalua kita mempunyai ilmu yang bermanfaat lalu kita mengajarkan ilmu
tersebut kepada orang lain. Dengan demikian kita tetap mendapat pahala walau
kita telah meninggal dunia. Didalam hadist disebutkan bahwa bila seseorang
meninggal dunia, maka putuslah amalnya, kecuali tiga hal:
-
Pertama sedekah jariah seperti membangun
masjid dan madrasah.
-
Kedua, ilmu yang bermanfaat.
-
Ketiga, anak saleh yang mendoakan kedua
orang tuanya.
Mengajarkan Al-Qur’an dan as-Sunnah
Orang
tua harus mengajarkan ilmu agama kepada anak-anak, terutama al-Qur’an dan
as-sunnah. Dan orang tua juga harus mengajarkan ilmu pengetahuan umum kepada
anak-anaknya untuk bekal hidup sesudah mereka dewasa kelak.
Ajarkanlah
al-Qur’an dan as-sunnah kepada anak-anak, laki-laki maupun perempuan.
Pengajaran yang di berikan kepada anak-anak hendaknya sesuai dengan tingkat
kecerdasan dan usianya.
Dengan memahami
al-Qur’an dan as-sunnah, anak-anak dapat beribadah dengan baik dan benar dan
mempunyai keimanan yang lebih bersih. Bila orang tua tidak ahli dalam agama,
amaka dia dapat mengundang sorang ustadz untuk mengajarkan agama kepada
anak-anaknya.
Rasulullah bersabda:
“Barang siapa dikehendaki oleh
Allah kebaikan baginya, maka Allah akan memberikan pemahaman kepadanya tentang
masalah agama.”(HR. Bukhari dan Muslim).
Dasar
agama Islam adalah al-Qur’an dan as-sunnah. Maka hendaknya kita mengajarkan
kepada anak kita al-Qur’an dan as-sunnah. Dan untuk lebih memahamkan agama
kepada anak-anak, maka kita juga mengajarkan ilmu fikih dan ilmu tauhid. Dengan
demikian, anak kita mempunyai akidah yang benar dan dapat beribadah dengan
benar. Kalau kita bukan ulama, kita akan mengalami kesulitan dalam mengajarkan
agama kepada anak-anak kita. Karena itu alangkah baiknya kali kita
menyekolahkan anak-anak kita pada sekola Islam. Dengan demikian kewajiban kita
untuk mengajarkan agama Islam kepada anak kita dapat dipenuhi oleh sekolah
Islam.
Rasulullah
bersabda:
“Ajarilah anak-anak kalian mengenai
tiga hal; kecintaan kepada nabi kalian, mencintai keluarganya, dan membaca
Al-Qur’an. Karena sesungguhnya para pembaca Al-Qur’an itu berada dibawah
naungan singgasana Allah di hari kiamat di mana tiada naungan kecuali
naungan-Nya bersama para Nabi dan orang-orang pilihan-Nya.”(HR.
Thabrani dan Ibnu An-Najjar).
Memilihkan sekolah yang tepat untuk
anak.
1. Pilh sekolah yang benar-benar Islami.
Pilih
sekolah yang mengutamakan mutu pendidikan dengan konsep Isam. Dari sisi
penerapan keagamaan di sekolah tersebut dapat di ketahui sejauh mana sekolah
tersebut menerapkan nilai-nilai keagamaan kepada anak-anaknnya.
2. Pilih
sekolah yang memiliki guru yang saleh
Hal
ini dapat dilihat dari akhlak mereka dan ibadah mereka.Utbah bin Abu Sufyan
berkata kepada guru anak-anaknya, Abdush-Shamad :
” Hendaklah yang kamu kalukan dalam
mendidik anakku adalah memperbaiki dirimu sendiri karena mata mereka mengikuti
langkah-langkahmu. Yang baik menurut mereka adalah ada saja yang kamu lakukan
dan kamu perbuat, sementara yang jelek menurut mereka adalah apa saja yang kamu
tinggalkan.”
3.
Pilih sekolah yang menerapkan
konsep komunitas Islam.
Misalnya apakah sekolah tersebut menerapakan suasana
Islami, perilaku pendidik dan anak didiknya apakah menerapakan suasana Islami
dilingkungan sekolah sperti kebiasaan salam , kebiasaan shalat berjamaah
dimasjid dan sebagainya.
Membiasakan membaca buku.
Allah
berfirman:
1. ”
Bacalah dengan nama Tuhanmu yang telah menciptakan.
2. Dia
menciptakan manusia dari segumpulan darah
3. Bacalah,
dan Tuhanmu adalah Maha Mulia
4. Dia
mengajarkan (manusia) dengan pena.
5. Dia
mengajari manusia apa-apa yang tidak diketahuinya.”
(QS.
Al-Alaq:1-5)
Ayat diatas
menjelaskan tentang pentingnya kedudukan baca tulis dalam memperlajari ilmu
pengetahuan. Sebab hanya manusia yang dapat membaca dan menulis. Allah
mengajari manusai dengan perantaraan pena. Artinya dengan mempergunakan pena
atau tulisan, maka hanyalah ilmu pengetahuan yang dapat dipelajari dan dihimpun
oleh manusia.
1. Aktivitas
membaca buku
Membaca merupakan
aktivitas untuk menambah ilmu pengetahuan dan juga wawasan berfikir
Allah berfiman:
“
Maka berilah kabar gembira kepada hamba-hambaku. Yaitu orangorang yang
mendengarkan perkataan (informasi), lalu dia mengikuti yang paling baik dari
perkataan tersebut. Mereka itu adalah orang-orang yang diberi petunjuk oleh
Allah dan mereka itu adalah ulul-albab.”(QS Az-Zumar:17-18).
Jadi
sifat ulul-albab (orang mukmin yang cerdas) adalah mempunyai semangat belajar
yang tinggi, suka mencari informasi dari buku,ceramah atau internet, tetapi
mereka bersikap kritis.
2. Perpustakaan
dirumah
Setiap keluarga muslim
hendaknya membuat perpustakaan rumah, walaupun perpustakaan yang sederhana,
perpustakaan itu mencakup buku-buku dan kaset-kaset yang cocok bagi anak--anak
maupun orang tuanya.
3. Merangsang
terjadinya lompatan kecerdasan.
Membaca buku anak
merangsang otak sehingga kecerdasan meningkat dan fungsi indranya berkerja
lebih aktif.
4. Mematangkan
emosi
Kebiasann membaca sejak
usia dini bagi anak-anak dapat mematangkan emosi mereka. Anak terbiasa berfikir
dan menggunakan pengetahuannya untuk memahami keadaan sekeliling.
5. Menambah
kosakata
Membaca buku dapat
menambah kosakata dan pengetahuan tata bahasa. Yang lebih penting lagi membaca
akan mengenalkan kita pada banyak ragam ungkapan kreatif.
6. Menambah
bijaksana dalam menghadapi kehidupan
7. Membaca
memicu imajinasi.
Rasulullah bersabda:
“Barang
siapa ingin berbahagia di dunia, hendaknya dia berilmu. Barang siapa ingin
berbahagia diakhirat, endaknya dia berilmu. Dan barang siapa ingin berbahagia
didunia dan di akhirrat, maka hendaknya dia berilmu.”
b.
Cara
yang dilakukan untuk membangkitkan potensi anak.
Banyak
cara yang dapat digunakan untuk mengoptimalakn potensi anak. Kualitas anak
dipengaruhi oleh banyak hal.
Pertama,
keadaan orang tua itu sendiri. Biasanya orang tua yang cerdas akan melahirkan
anak yang juga cerdas. Orang tua yang saleh biasanya juga melahirkan anak yang
saleh. Karena itu Rasulullah menyuruh kita untuk mencari istri yang saleh.
Kedua,
yaitu makanan. Anak yang diberi makanan halal dan baik akan tumbuh menjadi anak
yang sehat dan kuat.
Ketiga,
yaitu pendidikan. Anak yang mendapat pendidikan yang baik dan sesuai dengan
kemampuan anak, maka ia akan tumbuh secara optimal.
Yang juga perlu
diketahui oleh orang tua ialah bahwa bakat dan kecerdasan maunia itu
bermacam-macam . orang tua hendaknya mengetahui bakat dan kecerdasan anaknya
lalu dapat menumbuhkan secara optimal.
Allah
berfirman:
“Katakanlah: ‘tiap-tiap orang yang
beramal menurut bawaanya’(QS. Al-Isra:84).
Rasulullah
bersabda:
“Manusia yang paling baik adalah
manusai yang paling bermanfaat bagi orang lain.”
Memberi
Makanan Yang Bergizi
1.
Menyusui
anak
Seorang
ibu hendaknya menyusi anaknya yang baru lahir selama dua tahun. Kalau tidak
memungkinkan, ibu boleh menyusi kurang dari dua tahun. Penelitian metakhir
menunjukan bahwa kualitas air susu ibu (ASI) tidak bisa digantikan oleh susu
apapun. Karena itu, Islam menganjurkan kepada para ibu supaya menyusui
anak-anaknya.
Allah berfirman: “Ibu-ibu hendaknya menyusukan anak-anaknya
selama dua tahu, bagi orang yang menghendaki akan menyempurnakan penyusuan. Dan
kewajiban ayah (suami) memberi makan dan pakaian kepada para ibu (istrinya)
dengan cara yang baik. Seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar
kesanggupannya. Janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan karena anaknya dan
juga seorang ayah karena anaknya. Dan warisanpun berkewajiban demikian. Apabila
keduanya ingin menyapih (sebelum dua tahun) dengan kerelaan keduanya dan
bermusyawarah, maka tidak ada dosa atas keduanya.”
2.
Pola
makan yang sehat
Makanan
yang sehat adalah makanan yang mengandung unsur-unsur makanan yang sempurna. Makanan
yang sehat haus terdiri dari: karbohidrat, zat lemak, mineral, protein,
vitamin, serat dan air.
Allah
berfirman:
“Maka hendaklah manusia itu
memerhatikan makanannya. Sesungguhnya
Kami benar-benar telah mencurahkan air (dari langit), kemudian Kami belah bumi
dengan sebaik-baiknya, lalu Kami tumbuhkan biji-bijian di bumi itu, anggur dan
sayur-sayuran, zaitun, dan pohon kurma, kebun-kebun yang lebat, dab buah-buahan
serta rumput-rumputan. Untuk makanan bagimu dan untuk binatang-binatang
ternakmu.”(QS.’Abasa:24-32).
Membangkitkan Percaya Diri
Allah
berfirman:
“Janganlah kamu merasa lemah dan
janganlah kamu berduak cita. Karena kamu adlah umat yang paling tinggi, jika
kamu benar-benar orang yang beriman.”(QS. Ali-Imran:139).
Salah
satu hal yang menghambat potensi anak kita adala kurang percaya diri. Karena
itu orang tua harus menumbuhkan rasa percaya diri pada anaknya sehingga dia
dapat tumbuh secara optimal.
Memahami Potensi dan Bakat Anak
Bakat
dan kecerdasan anak berbeda-beda. Ada anak yang mempunyai bakat dalam banyak
bidang sekaligus, tetapi ada pula anak yang hanya mempunyai kecerdasan satu
bidang saja. Kalau anak belajar pada bisang yang sesuai dengan bakat dan
minatnya, amak dia akan berprestasi tinggi. Sebaliknya kalau dia belajar pada bisang
yang bukan bakatnya, maka prestasi akan rendah sehingga sulit untuk bersaing
dalam masyarakat yang kian konpetitif. Karena itu cukup banyak anak yang tidak
sukses di sekolah, tetapi sukses di bidang lain. Karena dia punya bakat yang
lebih spesifik. Contohnya para seniman dan para artis.
Horward
Gardner telah mengidentifikasikan tujuh kejeniusan atau kecerdasan yang berbea,
yakni:
1. Linguistik verbal :
ini dalah kercerdasan yang sekarang dipakai oleh sistem pendidikan kita untuk
mengukur IQ seseorang
2. Numerik : ini
adalah kecerdasan yang berhubungan dengan data yang diukur dalam angka-angka.
3. Spasial :
ini
adalah kecerdasan yang dimiliki oleh orang-orang kreatif, para artis dan
desainer.
4. Fisik : ini
adala kecerdasan yang dimiliki oleh para olahragawan.
5. Intrapersonal :
ini adlah kecerdasan yang kerap disebut kecerdasan emosional.
6. Interpersonal :
ini
adalah kercerdana yang berasal dari umat manusia terhadap hal-hal di sekeliling
mereka.
Mengoptimalkan Potensi Anak
Anak
akan lebih berhasil dalam hidupnya apa bila dia bekerja sesuai dengan bakatnya.
Jadi tugas orang tua adalah menemukan kecerdasan anak-anaknya. Dan yang lebih
penting lagi, anak akan sukses kalau dia
itu belajar pada bidang yang disukainya. Dan lebih baik lagi kalau anak
mempunyai kecerdasan pada bidang tertentu, lalu disekolahkan pada bidang
tersebut. Maka anak akan berkembang secara optimal.
c.
Kiat
mendidik anak yang bermasalah.
Anak
yang bermasalah
Terkadang pada
kasus-kasus tertentu orang tua mengalami kesulitan dalam mendidik anak, yaitu
anak mengalami ketidaknormalan atau anak normal namun menunjukkan perilaku yang
bermasalah (anak nakal).
Anak-anak
yang tidak normal, yang mengalami masalah dalam menerima pendidikan dari orang
tua secara wajar, biasanya ditunjukkan dengan keterlambatan penerimaan
pemahaman karena mengalami kendala dalam penerimaanya. Dengan kurangnya
pemahaman yang diserap oleh anak maka
dapat memunculkan perilaku yang tidak baik. Perilaku anak seperti ini dapat menimbulkan masalah bagi
orang-orang yang berada pada lingkungan tempat hidup dan interaksi anak.
Sebagai contoh perilakuyang diperlihatkan oleh anak-anak penderita autis dan
hiperaktif.
Autisme
Autisme
bukanlah penyakit menular, namun suatu gangguan perkembangan yang luas yang ada
pada anak. Mereka hidup dalam dunianya sendiri. Seorang ahli mengatakan autisme
adalah dasar dari manusia yang kepribadian ganda (Sizhophren). Autis pada anak
berbeda-beda tarafnya dari yang ringan sampai yang berat. Autis dapat terjadi
pada siap saja tanpa membedakan perbedaan status sosial maupun ekonomi.
Hiperaktif
Gangguan
pemusatan perhatian disertai gejala hiperaktivitas motorik yang dikenal sebagai
Attention Deficir Hiperactivity Disorder (ADHD) atau Attention Deficit Disorder
(ADD) menjangkiti 3% -5% anak berusia 4 - 14 tahun. Gejalanya anak mengalami
kesulitan dalam memusatkan perhatian (defisit dalam memusatkan perhatian)
sehingga anak tidak dapat menyelesaikan tugas-tugasnya yang diberikan kepadanya
secara baik, selalu gelisah dan tidak bisa duduk dengan tenang, bersikap apatis
terhadap lawan bicaranya, mudah terpengaruh oleh stimulus yang datang dari luar
dirinya, sering mengucapkan kata-kata secara spontan (tidak sadar) dan
mengalami kesulitan dalam bermain bersama temannya karena ia tidak memiliki
perhatian yang baik.
Anak
Nakal
Anak nakal adalah anak
yang mengekspresikan tindakan yang melanggar norma dan aturan yang diberlakukan
pada mereka. Perilaku nakal yang dilakukan anak, seringkali berakibat negatif,
baik bagi dirinya ataupun orang lain, seperti : malas, tidak disiplin,
berkata-kata kasar dan senang berkelahi untuk menunjukkan superioritas atas
anak-anak yang lain. Anak normal, anak autisme dan hiperaktif dapat berkembang
menjadi anak nakal bila orang tua kurang serius dalam mendidik anak-anaknya.
Kiat mengatasi anak yang bermasalah
Untuk
mendidik anak-anak bermasalah seperti autisme dan hiperaktif diperlukan
cara-cara berbeda dengan anak normal. Kiat-kiat yang diperlukan untuk mendidik
anak yang bermasalah antara lain sebagai berikut.
1.
Menerima
kekurangn yang ada pada diri anak dengan ikhlas dan sabar .
Ketika orang tua
memiliki anak yang bermasalah, maka hal ini merupakan ujian. Karena itu orang
tua harus memilik kesadaran bahwasanya ujian ini datangnya dari Allah.
Allah befirman:
“
Apakah manusia mengira bahwa mereka anak dibiarkan hanya karena mereka
mengatakan kami beriman, padahal mereka belum diuji.”(QS.
Al Ankabut:1-2)
“Sesungguhnya
hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu); dan di sisi Allah-lah pahala
yang besar.”(QS. At-taghaabun:15)
2.
Tetap
melanjutkan proses pendidikan
Proses
pendidikan bagi anak bermasalah harus tetap dilakukan. Hal ini sangatlah
penting walaupun akan memerlukan energi yang berlebih. Melakukan proses
pendidikan yang baik pada anak-anak yang bermasalah merupakan tantangan bagi
kedua orang tua sekaligus wujud tanggung jawab pada anak.
Rasulullah bersabda:
“Tidak
ada pemberian orang tua kepada anak yang lebih utama daripada pendidikan yang
baik.”(HR. Tirmidzi)
Disamping itu pendidikan yang baik juga
merupakan wujud kasih sayang orang tua kepada anak.
3.
Tidak
berputus asa
Apabila orang
tua ketiak sedang melakukan proses pendidikan dan melihat anaknya masih
menjunjukkan pembangkangan bahkan penentangan, dan sulit untuk diatur, maka
sekali-kali dilarang untuk berputus asa dalam berusaha mendidik anak demi
kebaikan mereka. Karena putus asa dari rahmat Allah bukanlah tipe orang-orang
beriman. Justru , ia berkewajiban untuk menanti kelapangan dari Allah.
Barangkali rahmat Allah segera datang sehingga membuat anak sembuh dan dapat
dengan mudah mengikuti ajaran kita dan menjadi anak yang mempunyai perilaku
yang baik.
Allah berfirman:
“Janganlah
kamu putus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tidaklah putus asa dari rahmat
Allah kecuali orang-orang yang kafir.”(QS. Yusuf:87)
4.
Menjalani
proses terapi dan pendampingan anak.
Tidaklah Allah mendatangkan pada diri manusia itu
penyakit melaikan bersama obatnya. Rasulullah bersabda :
“Tidaklah Allah menurunkan suatu
penyakit, melainkan Dia menurunkan obatnya.”(HR. Bukhari dan
Muslim).
“Sesungguhnya Allah menurunkan
penyakit beserta obatnya, dan Dia telah menetapkan bagi setiap penyakit
obatnya, maka janganlah berobat dengan perkara yang haram.”(HR.
Abu Dawud).
Anak-anak
dengan masalah pada dirinya, seperti autisme dan hiperaktif sesungguhnya dapat
tumbuh menjadi orang dewasa memiliki perilaku positif, bahkan dapat hidup
normal dan berprestasi, ketika mereka diberi terapi secara medis dan psikologis
yang baik. Oleh karena itu lakukanlah pengobatan pada anak dan lakukan
pendampingan agar orang tua lebih memahami perkembangan anak.
5.
Berusaha
mengenali gejala anak bermasalah lebih dini.
Dengan kemampuan untuk mengenali gejala anak
bermasalah lebih dini, ini akan membuat orang tua mampu untuk mengarahkan anak
dengan baik lagi, dan peluang anak untuk bisa sembuh lebih besar lagi.
6.
Bermusyawarah
dengan orang yang ahli dalam bidang pendidikan.
Orang tua hendaknya bermusyawarah dengan para ahli
dibidang pendidikan seperti kalangan ulama, juru dakwah, pengajar, pendidik
maupun pakar.
7.
Menambah
pengetahuan dengan membaca buku=buku yang bermanfaat.
Orang tua hendaknya rajin membaca buku pendidikan
mengenai anak bermasalah. Hal ini akan membantu untuk medidik anak, karena
dengan membaca hasil dan percobaan (eksperimen), dan keahlian orang lain dalam
mendidik anak, maka orang tua akan mengambil pelajaran dari pengalaman orang
lain tersebut.
8.
Menampakkan
ketidaksukaan terhadap perilaku anak yang tidak baik.
Ketika anak kita berbuat tidak baik, maka
tunjukkanlah rasa tidak suak terhadap perbuatan yang dilakukan anak, serta
berikan penjelasan mengapa perbuatan anak tersebut tidak disukai orang tua.
9.
Menerapkan
hukuman yang persifat mendidik.
Hukuman bagi anak yang melakukan penggaran memang
diperlukan, akan tetapi orang tua harus secara bijak memilih hukuman yang akan
diberlakukan pada anak. Pilihlah hukuman yang bersifat mendidik, dengan kata
lain meskipun anak merasa tidak nyaman, namun dengan hukuman tersebut secara
tidak langsung membuat anak menjadi lebih baik.
10. Menjadikan materi sebagai sarana
dala mendidik.
Ketika kata-kata tidak mampu untuk mengendalikan
tingkah laku anak, maka materi atau uang bisa di jadikan sebagai salah satu
sarana untuk dapat mengendalikan anak.
Dengan
cara yang sama orang tua dapat mengendalikan anak-anak yang bermasalah dengan
menggunakan uang. Caranya adalah sebagai berikut :
a. Tidak
memanjakan anak dengan uang
b. Tidak
membiasakan anak merasa berhak atas uang orang tua, terutama jika anak beranjak
usia remaja.
c. Menghentikan
pemberian uang pada anak ketika anak tidak melaksanakan kewajibannya dengan
baik, seperti: lalai terhadap shalat, tidak mau pergi sekolah dan kurang
berbakti pada kedua orang tua. Uang baru diberikan ketika kewajiban tersebut
berjalan dengan baik namun tetap dalam kadar yang layak, tidak berlebih tetapi
juga tidak kurang.
11. Mengeluarkan anak dari lingkungan
yang buruk
Anak menjadi naka biasanya terpengaruh oleh
orang-orang dilingkungan tempat ia biasa berinteraksi. Ketika orang tua
mengetahui anak sering bergaul dengan orang-orang yang memilik akhlak yang
buruk, maka cegah dan larang anak untuk mengunjugi dan berinteraksi dengan
mereka. Menengeluarkan anak dari lingkungan tidak baik bisa dengan memberika
kegiatan alternatif yang lebih bermanfaat pada anak, dimana orang tua tahu
persis kegiatan tersebut melibatkan orang-orang yang baik.
12. Menyerahkan pendidikan anak pada
pihak lain yang terpecaya
Keputusan orang tua untuk menyerahkan pendidikan dan
pembinaan anak pada pihak lain adalah apabila orang tua sudah tidak mampu
mendidik anak bermasalah.
13. Memohonkan ampunan kepada Allah
bagi anak.
Sebagaimana memohonkan ampunan bagi orang-orang
mukmin laki-laki dan perempuan. Maka banyak-banyaklah beristighfar dan
memohonkan ampun kepada Allah atas segala kesalahan yang dilakukan oleh
anak-anak kita yang bermasalah dan berharap mereka terhenti dari berbuat salah
dan dosa.
Allah
berfirman:
“Maka ketahuilah, bahwa
sesungguhnya tidak ada Allah (sesembahan Tuhan) selain Allah dan memohonlah
ampunan bagi dosamu dan bagi (dosa) orang-orang mukmin laki-laki dan perempuan,
Allah mengetahui tempat kamu berusaha dan tempat kamu tinggal.”(QS
Muhammad:19)
Disamping
istighfar, orang tua hendaknya juga berdoa kepada Allah supaya diberi anak yang
saleh. Di dalam al-Qur’an juga
dijelaskan dia Nabi Ibrahim supaya diberi anak yang saleh.
Allah
berfirman:
“Ya
Tuhanku, berilah kepadaku seorang naka yang saleh.”(QS.
Ash-shaffaat:100).
14. Berusaha menghadirkan kesadaran
pada anak dengan kehidupan akhirat.
Sangat
penting bagi anak apabila orang tua selalu mengingat anak anak kehidupan setelah
alam dunia yaitu akhirat. Dengan begitu anak menjadi tahu bahwa perilakunya
didunia selain akan memberikan efek langsung didunia tapi juga akan ia
pertanggung jawabkan kelak diakhirat. Tentu saja ini berlaku bagi anak yang
sudah menginjak usia remaja atau sudah dewasa.
Mengingatkan
anak akan akhirat juga dapat orang tua lakukan dengan sering-sering membacakan
ayat Al-Qur’an tentang perilaku jahat yang akan mendapatkan balasan neraka dari
Allah, sebagaimana firman-Nya:
“ Dan orang-orang yang mengerjakan
kejahatan (mendapat) balasan yang setimpal dan mereka ditutupi kehinaan. Tidak
ada bagi mereka seorang pelindungpu dari (azab) Alla, seakan-akan muka mereka
ditutupi dengan kepingan-kepingan malam yang gelap gulita. Mereka itulah
penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.”(QS. Yunus:27)
BAB III
KESIMPULAN
Rasulullah SAW telah
menetapkan tanggung jawab terhadap laki-laki (suami) dan perempuan (istri)
dalam kapasitas sebagai pemimpin yang berbeda didalam sebuah keluarga. Suami
sebagai pemimpin bertugas mengendalikan arah rumah tangga serta menjamin
kebutuhan hidup sehari-hari (seperti makanan, minuman dan pakaian) serta
bertanggung jawab penuh atas berjalannya seluruh fungsi-fungsi keluarga. Suami
pula yang bertugas sebagai benteng dalam kehidupan bermasyarakat.
Adapun
istri berperan sebagai pelaksana teknis tersedianya kebutuhan hidup keluarga
serta penanggung jawab harian atas terselenggaranya segala sesuatu yang
memungkinkan fungsi-fungsi keluarga tersebut dapat dicapai. Berjalan tidaknya
fungsi-fungsi keluarga secara adil dan memadai merupakan indikasi tercapai
tidaknya keharmonisan dalam keluarga. Namun, ibarat mengayuh perahu, keduanya
harus saling kompak dan bekerjasama agar biduk rumah tangga tidak terbalik.
Fungsi-fungsi keluarga yang dimaksud adalah fungsi reproduksi (berketurunan),
proteksi (perlindungan), ekonomi sosial, edukasi (pendidikan), afektif
(kehangatan dan kasih sayang), rekreasi dan fungsi religi (keagamaan). Tugas
utama seorang istri secara umum ada dua: (1)
sebagai ibu, yang berkaitan langsung dengan pemenuhan fungsi reproduksi
serta fungsi edukasi; (2) sebagai pengatur rumah tangga, yang berkaitan dengan
pemenuhan fungsi-fungsi keluarga yang lainnya.
Sepanjang
sejarah peradaban manusia, peran seorang ibu sangat besar dalam mewarnai dan
membentuk dinamika zaman. Lahirnya generasi-generasi bangsa yang unggul,
kreatif, penuh inisiatif, bermoral tinggi, berevisi kemanusiaan, beretos kerja
andal dan berwawasan luas, tidak luput dari sentuhan seorang ibu. Ibulah orang
pertama kali memperkenalkan, mensosialisasikan, menanamkan, dan mengakarkan
nilai-nilai agama, budaya, moral, kemanusiaan, pengetahuan, dan keterampilan
dasar, serta nilai-nilai luhur lainnya kepada seorang anak.
Dengan kata
lain, peran ibu sebagai pencerah peradaban, “pusat” pembentukan nilai, atau
“patokan” penafsiran makna kehidupan makna kehidupan, tak seorang pun
menyangsikannya. Namun seiring gerak roda peradaban, peran ibu sebagai pencerah
peradaban bakal menemui tantangan yang semakin berat. Setidaknya ada dua
tantangan mendasar yang harus dihadapi oleh seorang ibu ditenga dinamika
peradaban global. Pertama, tantangan internal dalam lingkungan keluarga yang
harus tetap menjadi sosok feminin yang lembut, penuh perhatian dan kasih
sayang, serta sarat sentuhan cinta yang tulus kepada suamidan anak-anak. Kedua,
tantangan eksternal diluar kehidupan rumah tangga seiring tuntutan zamam yang
semakin terbuka terhadap masuknya nilai-nilai global yang menuntut dirinya untuk
bersikap maskulin.
Dalam menyikapi
dan menyiasati dua tantangan mendasar itu, seorang ibu jelas dituntut untuk
semakin memaksimalkan perannya, memberdayakan potensi dirinya sehingga mampu
tampil feminin dan maskulin sekaligus dalam menerjehmakan dan menginternalasasi
selera zaman yang mustahil dihindarinya sebagai seorang ibu yang hidup diera
globalisasi. Ini artinya, fitrah seorang ibu tidak hanya “dicairkan” dalam
lingkup domestik, tetapi juga harus ditebarkan pada ranah publik, seiring
dengan semakin kompleks dan rumitnya masalah-masalah yang harus diatasi.
Peran ibu dalam
mengokohkan ketahanan keluarga adalah tugas yang berat, namun karena Allah
menciptakan perempuan sebagai ibu untuk memelihara kehidupan, ketahanan untuk
memelihara kehidupan sudah buit in
dalam diri ibu. Hanya apakah para ibu menyadarinya potensinya atau tidak.
Tatkala ibu bisa memerankan tugasnya dengan baik, sehingga terbina keluarga
yang berkualitas secara utuh dan menyeluruh, Allah telah menjanjikan
imbalan-Nya. Dalam mengokohkan ketahan keluarga, berangkat dari keikhlasan,
kesabaran dan keluasan ilmu, ibu harus siap memberikan keteladanan, membimbing,
memotivasi, mensupport terhadap kebaikan dan bersama-sama memecahkan masalah
keluarga dengan upaya doa.
Dan orang-orang yang sabar karena
mencari keridhaan Tuhannya, mendirikan shalat, dan menafkahkan sebagian rezeki
yang Kami berikan kepada mereka, secara sembunyi atau terang-terangan serta menolak kejahatan dengan kebaikan;
orang-orang itulah yang mendapat tempat kesudahan
(yang baik). (Yaitu) surga ‘Adn yang
mereka masuk ke dalamnya bersama-sama dengan orang-orang yang saleh dari
bapak-bapaknya, isteri-isterinya dan anak cucunya, sedang malaikat-malaikat
masuk ketempat-tempat mereka dari semua pintu.(QS. Ar-Ra’du:22-23)
Keluarga
merupakan komunitas sosial yang terkecil dilingkungan masyarakat, tapi apabila
suatu keluarga itu tidak terbina dengan pola pendidikan dan akhlak yang baik,
maka kita akan kehilangan masa depan. Bukankan kerusakan suatu negara/bangsa
karena pembinaan masyarakat yang lemah. Akibat dari prilaku masyarakat juga
ditimbulkan dari ketidakharmonisan keluarga, yang berakar pada prilaku
pendidikan dan tanggung jawab orang tua terhadap keluarga dan anak-anaknya.
Keberhasilan
pembinaan rumah tangga bukan diukur dari rumah yang besar, fasilitas yang
mewah, semua kebutuhan terpenuhi, kendaraaan yang siap suatusaat,atau segala
aktivitas dan kesibukan yang menghasikaln uang,. Namun dibalik tanggung jawab
dan perna orang tua , ada kekuatan yang maha dahsyat. Tapi sangat disayangkan
sebagian besar mereka tidak tertarik dengan perkerjaan itu. Rasulullah ketika
ditanya tentang peran kedua orang tua, beliau menjawab:
“ Mereka adalah (yang menyebabkan)
surgamu atau nerakamu.”(HR. Ibnu Majah)
Kalau kita amati
hadist tersebut, tentu dalam benak kita membayangkan seorang ibu peruh baya
dengan kondisi yang tubuh kurang sehat, karena makannya tidak teratur, itupun
harus berbagi dengan anak-anaknya. Sementara pakaian yang digunakan pastilah
kumal dan tidak karuan. Gambaran seperti ini tentulah tidak asing dan sering
kira jumpai jalan-jalan kota, perempatan lampu lalu lintas, dan tempat-tempat
yang lalu lalang. Seorang ibu dengan anaknya yang dicintainya berjuang sekuat
tenaga, agar anak kandungnya itu tidak kelaparan. Bahkan jauh dari angannya,
ibu ittu punya satu harapan; yaitu kelak suatu hari nanti anaknya bisa hidup
lebih baik dari ibunya.
Dibalik peran
ibu yang maha dahsyat dalam membina dan mendidik rumah tangganya. Ia pun harus
rela menanggalkan kariernya, kesibukann dikantor, jabatan atau aktivitas yang
banyak menyita waktu, bahkan tak sempat untuk bercanda dan bergurau atau
membicarakan sesuatu dengan buah hatinya. Inilah saatnya para ibu sejati
membuktikan kasih sayangnya kepada suami dan anak-anaknya. Kodrat wanita
sebagai ibu rumah tangga sangat mulia, bagaimana mendidik anak dengan benar?
Dan bagaimana dengan anda sendiri?
DAFTAR PUSTAKA
-
Chomaria nurul. Menjadi Ibu Penuh Cinta,
Solo. PUSTAKA ILTIZAM Desember 2009.
-
Hasan.Ir.Mt. Anak Saleh, Kiat dan Petunjuk
Dalam Mendidik Anak Secara Islami, Bandung. CIPTA DEA PUSTAKA, Mei 2008.
-
Http://fahyu.wordpress.com/2014/02/06/Kepemimpinan-orang-tua-dalam-keluarga-dengan-pembentukan-kematangan-diri-siswa-smp-bab-ii
diakses pada tanggal /29/05/2015.
-
perananorangtuasebagaipendidikdirumah.blogsopt.com,
diakses pada tanggal /29/05/2015
Tugas
Akhir Mata Kuliah
KEPEMIMPINAN
Dosen : A.Muh Yusri Teja. S.pdi.Mpd.
KEPEMIMPINAN ORANG TUA DALAM RUMAH
TANGGA
![]() |
Nama : Murniati
Nim : 1331076
Jurusan : Tarbiyah (Pai)
SEMESTER IV
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM
DARUL DAKWAH WAL IRSYAD ( STAI DDI
) MAROS

KATA PENGANTAR
Alhamdulillah
segala puji syukur kehadirat Allah SWT. Yang telah melimpahkan karunia dan
rahmat-Nya pada setiap makhluk-makhluknya. Lautan kasih sayang yang tak pernah
pilih kasih kepada semua hamba-Nya.
Salawat dan salam senantiasa tercurahkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW,
keluarga, sahabat-sahabatnya, tabi’in dan orang-orang yang senantiasa istiqomah
dalam langkah perjuangannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “ KEPEMIMPINAN ORANG TUA DALAM KELUARGA “
Makalah
ini di ajukan sebagai tugas akhir mata kuliah LEADERSHIP/ KEPEMIMIPINAN,“ semoga
makalah ini bermanfaat bagi setiap orang orang yang menbacanya dan apabilah
terdapat kesalahan atau kekurangan dalam makalah ini, mohon kritik dan sarannya
sehingga makalah ini bisa lebih baik dari sekarang
Maros,
30 Mei 2015
Penyusun
|
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................................... i
KATA PENGANTAR .................................................................................. ii
DAFTAR ISI................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1
A.
Latar Belakang ............................................................................ 1
B.
Rumusan Masalah ....................................................................... 3
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................. 4
BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Segala
puji bagi Allah, yang telah menjadikan hamba-Nya untuk hidup
berpasang-pasangan. Laki-laki mencintai perempuan dan perempuan merindukan
laki-laki dan selanjutnya mereka diikat dengan tali pernikahan. Dengan menikah
maka mereka dapat mempunyai anak dan keturunan.
Shalawat dan dalam semoga
dilimpahkan kepada Rasul-Nya, yaitu Nabi Muhammad, para sahabat dan keluarganya
sampai hari kiamat.
Menurut ajaran agama Islam,
anak-anak itu adalah amanah Allah kepada Ibu/Bapak. Setiap hari amanah haruslah
dijaga dan dipelihara; dan setiap pemeliharaan mengandung unsur-unsur kewajiban
dan tanggung jawab. Bila orang tua salah dalam mendidik anak, maka kesalahan
itu akan menyebabkan kerusakan yang nyata, kela-laian yang serius, penghianatan
terhadap amanah itu, dan merusak suatu bukti bahwa orang tua tersebut lemah
dalam hal agama.
Rumah tangga merupakan lembaga
pendidikan yang pertama untuk tempat mendidik anak. Rumah merupakan cikal bakal
terbentuknya masyarakat yang terdidik. Dalam rumah tangga yang harmonis, yang
didasarkan atas taat kepada Allah dan Rasulnya, yang dilandasi oleh cinta dan
kasih sayang, maka akan dapat melahirkan generasi muda yang berkualitas dan
saleh. Dan anak saleh merupakan dambaan semua orang tua yang bertakwa.
Anak sebelum dididik melalui bangku
sekolah dan masyaraka, terlebih dahulu dididik dalam rumah dan keluarga. Sudah
barang tentu, dalam proses pendidikan itu akan terekam segala gerak-gerik orang
tuanya, baik dalam aspek sosialnya maupun dalam beribadahnya. Karena itu orang
tua mempunyai tanggung jawab yang sangat besar terhadap anak-anaknya.
Apabila orang tua telah mendidik
anak-anaknya dengan baik dan benar, lalu anaknya menjadi anak yang saleh, maka
orang tua tersebut akan mendapat pahala yang besar di sisi Allah.
Rasulullah bersabda:
“ Apabila anak adam
(manusia) meninggal dunia, maka putuslah amalnya, kecuali tiga: sedekah jariah,
ilmu yang bermanfaat dan anak saleh yang mendoakan orang tuanya. “
Sebaliknya
apabila orang tua salah dalam mendidik anak-anaknya, atau orang tua mengabaikan
pendidikan anak-anaknya, lalu anak tersebut menjadi anak yang durhaka, maka
orang tua tersebut akan memikul dosa yang besr disisi Allah.
Rasulullah
bersabda:
“ Kamu semua adalah
pemimpin dan setia pemimpin akan dimintai pertanggung jawaban atas
kepemimpinannya. “
Seorang
kepala negara adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggung jawaban atas
kepemimpinannya. Seorang suami adalah pemimpin dalam keluarganya dan akan
dimintai pertanggung jawaban atas kepemimpinanya. Seorang istri adalah pemmpin
atas rumah suaminya dan anak-anaknya dan dia akan dimintai pertanggung jawaban
atas kepemimpinanya.
Rasulullah bersabda:
“ Setiap anak
dilahirkan dalam keadaan suci. Maka orang tuanyalah kelak yang menjadikannya
yahudi,nasrani,atau majusi” (HS.Bukhari)
Hadist
diatas menekankan begitu penting peranan orang tua dalam membentuk pribadi
anaknya. Pendidikan yang salah akan mencetak anak yang salah langkah yaitu
kafir atau durhaka; demikan juga dengan pemberian pendidikan yang benar, akan
mencetak akan yang saleh/shalehah. Memang benar jika ketika Rasulullah ditanya
tentang peran orang tua, beliau menjawab:
“ Mereka adalah yang
menyebabkan surgamu atau nerakamu” (HR. Ibnu Majah)
Apakah
kita siap ketika mendapati anak kita melakukan kerdurhakaan terhadap kita,
sembari mereka mengatakan : “ Wahai ayah
dan ibu, sesungguhnya engkau telah menyia-nyiakan di saat aku masih kecil, maka
aku sia-siakanmu dimasa tua!”. Naudzubillah...
Mendidik anak memerlukan perjuangan
dan pengorbanan. Namun perjuangan itu tidak akan sia-sia karena di mata Allah,
apa yang kita lakukan dinilai sebagai jihad. Kita tidak perlu merasa iri
terhadap para suami, yang bisa berkiprah mencari nafkah diluar rumah. Sebagai
istri dan ibu, dengan suami mempunyai tanggung jawab sendiri-sendiri, yang
masing-masing benilai jihad di mata
Allah SWT.
B.
RUMUSAN
MASALAH
1. Bagaimana
pengetiaan, tipe, ciri, dan etika kepemimpinan orang tua.
2. Bagaimana
peranan wanita dalam rumah tangga.
3. Apa
kiat-kiat yang harus dilakukan dalam kepemimpinan rumah tangga.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
KEPEMIMPINAN
ORANG TUA
Kepemimpinan
orang tua terdiri dari dua kata yaitu kepemimpinan dan orang tua. Buku
psikologi sosial dijleaskan bahwa: “ Kepemimpinan adalah keseluruhan dari
keterampilan (skill) dan sikap (atitude) yang diperlukan oleh tugas pemimpin”
(Gerungan, 1991:128). Sedangkan menurut Oday Tead seperti yang dikutip oleh
Cahyono dalam buku Psikologi Kepemimpinan dijelaskan bahwa: “ Kepemimpinan
adalah merupakan kombinasi dari serangkaian
perangai yang memungkinkan seseorang
mampu mendorong orang lain untuk menjelaskan tugas-tugas tertentu”
(Cahyono, 1984:14) dari kedua pendapat tersebut, maka yang dimaksud dengan
kepemimpinan adalah keseluruhan dari keterampilan dan sikap yang diperlukan
oleh tugas perihal pemimpin atau arah memimpin yang merupakan kombinasi dari
serangkaian perangai yang memungkinkan seseorang mampu mendorong orang lain
untuk menjalankan tugas-tugas tertentu. (DR. Kartini Kartono, 1979)
Kepemimpinan ialah suatu bentuk dominasi yang didasari kemampuan pribadi yang
mampu, sanggup mendorong ayau mengajak orang berbuat sesuatu.
Dalam
kamus besar bahasa indonesia dijelaskan yang dimaksud dengan orang tua adalah :
“ orang tua adalah ayah, ibu kandung, dan orang-orang yang dianggap tua” ( Krisdalaksana, dkk,706). Ahli lain
mengatakan dalam bukunya Bimbingan keluarga dijelaskan bahwa “Orang tua adalah
bapak/ibu yang memiliki wewenang dan anggung jawab untuk membesarkan
anak-anaknya” (Kartono, 1998:2). Dari kedua pendapat tersebut, maka yang
dimaksud dengan orang tua adalah ayah dan ibu kandung yang memiliki wewenang
dan tanggung jawab untuk membesarkan anak-anaknya.
Kepemimpinan
merupakan suatu hal yang sentral dalam suatu kelompok, apakah kelompok dalam
organisasi, partai, instansi, maupun rumah tangga. Dalam suatu kelompok
tersebut masing-masing individu memainkan peran masing-masing dan disinilah
diperlukan suatu kepemimpinan yang dapat mengaturnya agar apa yang diharapkan
dapat tercapai. Sehubungan dengan hal ini dalam buku psikologi kepemimpinan dijelaskan
bahwa: “Kepemimpinan timbul disebabkan oleh tiga hal yaitu : a) Pemimpinan dan
pemekaran kelompok, (b) Pemimpin dan krisis dan (c) Pemimpin dan kegagalan
pemimpin” (Cahyono, 1984: 25-27).
1. Pemimpin
dan Pemekaran Kelompok
Mana kala suatu
kelompok berkembang menjadi besar, lebih luas dan lebih kompleks, pada saat
itulah ikut berkembang pula suatu kepemimpinan. Hal yang demikian bisa
dimengerti mengingat dengan semakin luas dan kompleksnya sesuatu kelompok bisa
jadi berakibat pula dengan semakin sehubungan dengan hal ini.
2. Pemimpin
dan Krisis
Buku Psikologi
Kepemimpinan dijelaskan bahwa :
Timbulnya kepemimpinan
bisa juga disebabkan oleh suatu situasi dimana upaya pencapaian tujuan kelompok
mengalami hambata, atau situasi dimana ekstensi kelompok menghadapi
ancaman-ancaman yang serius diluar.
3. Pemimpin
dan Kegagalan Pemimpin
Pemimpin-pemimpin baru bisa juga
akan mucul manakala emimpin sebelumnya tidak mampu melaksanakan fungsi-fungsi
kepemimpinan secara memadai.
Selanjutnya
dalm buku Psikologi Sosial dijelaskan bahwa :
Tipe
dan Ciri-ciri Kepemimpinan Orang Tua
1. Tipe
kepemimpinan orang tua
Setiap
orang tua dalam suatu keluarga memiliki tipe kepemimpinan yang berbeda-beda,
ada orang tua cenderung otoriter, ada orang tua yang penuh dengan kompromi
dengan anak-anaknya (demokratis) dan ada pula orang tua cenderung memberikan
kebebasan pada anak-anaknya.
2. Ciri
masing kepemimpinan orang tua
Berikut
ini akan diuraikan secara singkat ciri masing-masing cara kepemimpinan orang
tua tersebut yaitu sebagai berikut :
3.2.1. Ciri
kepemimpinan orang tua yang otoriter
Buku
Menuju Keluarga Sakinah dijelaskan bahwa “ Ciri kepemimpinan yang otoriter adalah (a) Menuntut kepatuhan mutlak anak,
(b) Pengawasan ketat terhadap anak dalam segala kegiatannya, (c) Memperhatikan
hal-hal yang spele dan (d) Banyak mengeritik anak” (salam,2000 : 81).
Selanjutnya dalam buku Psikologi Pendidikan Mengutamakan Segi-segi Perkembangan
dijelaskan bahwa: “ Ciri Kepemimpinan yang otoriter adalah (a) Semua hal ditentukan
oleh gurunya (orang tuanya), (b) Tiap langkahnya ditentukan oleh pemimpin
(orang tua) , (c) Pemimpin membagikan tugas, (d) Pemimpin memuji atau
memberikan kritik secara pribadi, dia bersikap tanpa menghiraukan” (Soetoe,
1982 :39). Pendapat diata, menunjukan bahwa
kepemimpinan yang otoriter orang tua terlalu menuntut kepatuhan,
ketaatan dan banyak memberikan kritikan-kritikan kepada anak-anaknya walaupun
hal-hal yang sepele dan bahkan juga orang tua suka bertindak kejam tanpa
menghiraukan anak-anaknya.
3.2.2. Ciri
kepemimpinan orang tua yang demokratis
Kepemimpinan
orang tua yang demokratis ini, orang tua lebih banyak menyelesaikan sesuatu
dengan jalan damai, penuh dengan kasih sayang, selalu memberikan nasehat dan
dorongan pada anak-anaknya. Hal ini sesuai dengan pendapat seorang ahi dalam
Psikologi Pendidikan Mengutamakan Segi-segi Perkembangan dijelaskan bahwa :
Ciri kepemimpinan yang
demokratis adalah (a) Semua diputuskan secara bersama, (b) Aktivitas dilakukan
bersama-sama pada permulaan, pola aktivitas selanjutnya telah digariskan
apabila diperlukan bantuan, orang tua bertindak dengan memberikan beberapa
alternatif, (c) Tiap anggota keluarga bebas memilih dan pembagian tugas
dilakukan melalui perundingan dan (d) Pemimpin bersikap obyektif, adil dalam
teguran dan pujian, berusaha mengenai anggotanya (Soetoe, 1982 : 39 ).
3.2.3. Ciri
kepemimpinan orang tua yang liberal (laisez faire)
Dalam
buku Psikologi Perkembangan Mengutamakan Segi-segi perkembangan dijelaskan
bahwa :
Ciri kepemimpinan yang laisez faire/laisez
passer adalah (a) Kebebasan penuh tiap-tiap anggota kelompok, (b) Memberikan
penerangan (nasehat) bila diminta, (c) Pemimpin tidak nurut campur sama sekali,
(d) Pemimpin tidak memberikan komentar atas aktivitas kelompok atau anggota
kelompok, kecuali diminta dan tidak berusaha mencampuri hal-hal yang terjadi”
(Soetoe 1982 : 39).
Keluarga
(orang tua) merupakan lingkungan pendidikan yang pertama dan utama bagi anak
dari mana anak orang tua berperan sebagai pendidik, sebagaian besar anak tumbuh
dan berkembang didalam keluarganya dan mendapatkan pendidikan dari orang
tuanya, sehingga kemampuan, bakat,
minat, dan sikap seseorang anak banyak dipengaruhi oleh orang tua dalam
mengasuhnya.
Secara
kodrat orang tua adalah pendidik yang pertama dan utama terhadap perkembangan
jasmani dan rohani anak-anaknya dirumah. Predikat orang tua sebagai pendidik
dirumah datang secara otomatis setelah pasangan suami istri dikarunai anak.
Yang
disebut pendidik dalam pendidikan Islam adalah dirinya dan orang lain. Pendidik
dalam Islam juga disebut sebagai orang-orang yang bertanggung jawab terhadap
perkembangan peserta didiknya dengan upaya mengembangkan seluruh potensi
peserta didiknya, baik berupa potensi afektif (rasa) , kognitif (rasa),
psikomotor (karsa).
Dikutip
dari Abudin Nata, pengertian pendidik adalah orang mendididk dalam bidang
mendidik. Secara khusus pendidikan dalam persepektif pendidikan Islam adalah
orang-orang yang bertanggung jawab terhadap perkembangan seluruh potensi
peserta didik. Kalau kita melihat secara fungsional kata pendidik dapat
diartikan sebagai pemberi atau penyalur pengetahuan, keterampilan.
Orang
tua, dalam perspektif ini merupakan orang orang dewasa yang bertanggung jawab
memberikan pertolongan pada anaknya dalam perkembangan jasmani dan rohaninya,
agar mencapai tingkat kedewasaan, mampu mandiri dalam memenuhi tugasnya sebagai
hamba dan khalifah Allah SWT dan mampu melakukan tugas sebagai makhluk sosial
dan makhluk individu yang mandiri nantinya.
Orang
tua punya wewenang mutlak dalam mendidik anak-anaknya dirumah dan tidak dapat
diganggu gugat oleh orang lain. Orang tua sebagai orang dewasa pertama yang
memikul tanggung jawab pendidikan, sebab secara alami anak pada masa-masa awal
kehidupannya berada ditengah-tengah ibu dan ayahnya. Dari merekalah anak mulai
mengenal kaidah-kaidah pendidikan. Dasar-dasar pandangan hidup, sikap hidup,
dan keterampilan hidup banyak tertanam sejak anak berada di tengah-tengah orang tuanya. Orang tua dapat mengenalkan
segala hal yang merekan ingin beritahukan kepada anak atau yang anak sendiri
yang ingin mengetahuinya.
Bentuk
dan isi serta cara-cara pendidikan di dalam keluarga akan selalu mempengaruhi
tumbuh dan berkembanganya watak, budi pekerti, dan kepribadian tiap-tiap
manusia. Pendidikan dalam lingkungan
keluarganya inilah yang nantinya akan dijadikan modal dasar untuk mengikuti
pendidikan dijenjang berikutnya yaitu ketika anak memasuki pendidikan
formal/sekolah.
Pendidikan
yang dilakulan orang tua terhadap anak atas dorongan kasih sayang itu
selanjutnya dilambangkan Islam dalam bentuk kewajiban yang akan dipertangggung
jawabkan di hadapan Allah SWT. Orang tua dalam pandangan ini adalah ibu dan
bapak yang masing-masing mempunyai tanggung jawab yang sama dalam pendidikan
anak.
Orang
tua boleh dikatakan sebagai pemimpin dalam memimpin anaknya lebih-lebih seorang
bapak sebagai kepala rumah tangga. Orang tua dalam memanage pendidikan bagi
anaknya tentunya mempunyai batasan-batasan kaidah etika (kode etik) yang harus
dipenuhi sebagai klasifikasi seorang pendidik yang pertama dan utama dalam
keluarga.
Adapun
beberapa kode etik yang harus dimiliki orang tua sebagai pendidik menuru
AL-Ghazali seharusnya mencakup hal-hal sebagai berikut :
1. Bersikap
penyantun dan penyayang (QS. Ali Imran : 159)
2. Menjaga
kewibaannya dan kehormatannya dalam bertindak
3. Menghidari
dan menghilangkan sikap angkuh terhadap sesama ( QS. Al-Najm : 32)
4. Bersikap
rendah hati ketika menyatu dengan sekelompok masyarakat (QS. Al-Hijr : 88)
5. Menghindarkan
dari aktivitas yang tidak berguna dan sia-sia
6. Meninggalkan
sifat marah dalam menghadapi problem anaknya.
7. Mencegah
dan mengontrol anak dalam mempelajari ilmu yang membahayakan (QS. Al- Baqarah :
195)
8. Mencegah
anak dalam mempelajari ilmu fardhu kifayah (kewajiban kolektif, seperti
mempelajari ilmu kedokteran, psikologi, dan sebagainnya) sebelum mempelajari
ilmu fardlu’ ain ( kewajiban individual, seperti akidah, syari’ah, dan
akhlak)
Pendidikan
dimasa kanak-kanak merupakan dasar pembentukan pribadi muslim, untuk itu
penanaman agama akan dimulai sejak usia kanak-kanak sehingga sudah seharusanya
lembaga pendidikan memperhatikan masalah ini dengan penuh perhatian.
Secara
garis besar pendidikan yang harus ditekankan bagi orang tua dalam keluarga
terhadap anaknya dapat dikelompokkan mejadi tiga, yaitu :
1. Menanamkan
dan Melaksanakan Pembinaan Akidah dan Akhlak
2. Menanamkan
dan Melakukan Pembinaan Kepribadian Dan Sosial
3. Memanamkan
dan Melaksanakan Pembinaan Intelektual.
Dalam
literatur lain dijelaskan bahwa untuk mendidik anak, orang tua hendaknya harus
memperhatikan hal-hal berikut dibawah ini :
a. Orang
tua jangan bertindak keliru terhadap anaknya, misalkan : terlalu memanjakan,
terlalu keras, terlalu lemah dan sejenisnya.
b. Orang
tua harus menyediakan waktu cukup untuk bertemu anak-anaknya agar tercipta rasa
kasih sayang.
c. Kekuasaan
yang dimilik orang tua jangan dihubungkan dengan kepentingan pribadinya, sebab
hal ini dapat menimbulkan pertentangan antara anak dengan orang tuanya.
Salah satu doa yang diajarkan Allah dalam
Al-Qur’an adalah permohonan agar diberi keluarga yang harmonis. Allah berfirman
:
“
Ya Tuhan kami, anugrahkanlah kepada kami jodoh dan keturunan yang bisa menjadi
penyejuk hati, dan jadikanlah kami pemimpin bagi orang-orang yang bertakwa.”
(QS.Al-Furqan : 74)
Kalau
diuraikan, doa diatas berisi tiga permohonan, yaitu :
-
Pertama, seorang suami mengharapkan
istri yang saleh, atau seorang istri mengharapkan suami yang saleh sehingga
dapat menjadikan dirinya aman dan tenang selama hidup didunia dan akhirat.
-
Kedua, memohon anak dan keturunan yang
saleh. Keberadaan anak saleh yang mampu menjaga agama sangat penting, karena
anak yang taat dalam beragama akan menyelamatkan orang tuanya juga. Sebagaimana
sabda Rasulullah bahwa bila manusia meninggal dunia, maka putuslah amalnya
kecuali tiga hal yaitu sedekah jariah, ilmu yang bermanfaat dan anak saleh yang
mendoakan orang tuanya.
-
Ketiga, memohon agar dapat melakukan
suatu perbuatan takwa, sehingga orang orang mengikuti jalan kita.
Ibnu
Abbas berpendapat, yang dimaksud dengan pemimpin bagi orang yang takwa adalah “
mengharapkan keluarga yang menyeru dan menjalankan kebaikan, dan mengharapkan
agar ibadahnya dilanjutkan oleh anak keturunannya, dan dirinya dapat membawa
manfaat bagi masyarakat lain.”
Kiat Membina Keluarga Yang Harmonis
Supaya
keluarga kita menjadi keluarga yang baik, yang harmonis dan dapat membahagiakan
kehidupan kita di dunia dan akhirat, maka perlu ditempuh langkah-langkah
sebagai berikut:
1.
Memilih
jodoh yang saleh
Dalam memilih jodoh Rasulullah memberi petunjuk
dengan sabdanya:
a. “Barang
siapa menikah seorang perempuan karena agamanya, niscaya Allah mengharuniainya
dengan harta.”
b. “Janganlah
kamu menikahi perempuan itu karena kecantikannya, mungkin kecantikannya itu
akan membawa kerusakan bagi mereka sendiri. Dan janganlah kamu menikahi mereka
karena mengharap harta mereka, mungkin harta itu akan menyebabkan dia menjadi
sombong, tapi nikahilah dengan dasar agama. Dan sesungguhnya hamba sahaya yang
hitam lebih baik, asal ia beragama.” (HR Baihaqi)
c. “Sebaik-baiknnya
perempuan (istri) itu adalah istri yang apabila engkau memandangnya, ia
menyenangkanm; dan jika engkau berpergian, di peliharanya hartamu dan dijaganya
kehormatannya.”
d. “Dunia
ini adalah perhiasan. Dan sebaik-baik perhiasan adalah wanita yang saleh.”
e. Daari
Jabir, sesungguhnya Rasulullah telah bertanya kepadanya: “Hai Jabir, engkau
menikah dengan perawan atau janda?” jabir menjawab: “Saya menikah dengan
janda.” Rasulullah bersabda: “Alangkah baiknya jika engkau menikah dengan
perawan. Engkau dapat menjadi hiburanya dan dia pun menjadi hiburan bagimu.”
2.
Agama
harus dijadikan pegangan
Baik suami maupun istri menghadapi berbagai
persoalan yang timbul dalam rumah tangga. Karena itu, rumus pertama agar rumah
tangga harmonis adalah menjadikan agama sebagai pegangan yang kuat untuk
menyelesaikan persoalan hidup. Dalam agama Islam, kewajiban suami istri telah
diatur dengan sebaik-baiknya. Bila suami dan istri bertakwa, niscaya Allah
memberi solusi kepada mereka sehingga keluarga yang harmonis dapa mereka capai.
Dengan bertakwa, maka orang mukmin sanggup menghadapi dan mengatasi segala
kesulitan. Allah akan membukakan jalan keluar bagi orang mukmin yang bertakwa.
Dan dengan bertakwa, maka Allah memberi kemudahan kepada mereka sehingga
ketenangan dalam hidup berumah tangga dapat diraih.
Allah
berfirman :
“
Barang siapa yang bertakwa kepada Allah, maka akan menjadikan bagi dia jalan keluar,
dan memberi dia rezeki dari arah yang tak disangka-sangka. Barang siapa yang
bertawakal kepada Allah, niscaya Allah yang menjadi penjaminnya. Sesungguhnya
Allah itu sampai apa yang Dia kehendaki. Sesungguhnya Allah telah menjadikan
segala sesuatu denga ketentuan-Nya.” (QS. Ath-Thalaq: 2-3)
3.
Cinta dan kasih
sayang
Allah
berfirman:
“ Dan di antara tanda-tangda
kekuasan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri,
supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadannya. Dan Dia jadikan diantara
kamu cinta dan kasih sayang. Sesungguhnya pada yang dimikian itu benar-benar
terdapat tanda-tanda bagi kamu yang berfikir.”(QS.
Ar-Rum : 21).
Ayat
diatas menjelaskan fungsi dari pernikahan yaitu supaya tenteram. Artinya akan
gelisahlah hidup kalau hanya seorang diri karena kesepian, terpencil tidak
berteman. Lalu si kakak laki-laki mencari perempuan sampai dapat dan si
perempuan menunggu sampai datang. Maka hidup pun di padukan jadi satu. Karena
hanya dengan perpaduan jadi satu itulah akan dapat berlangsung regenerasi
manusia.
Segala
sesuatu mencari timbalanny. Cinta dan kasih sayang yang disebut dalam ayat
diatas sangat diperlukan supaya hidup rumah tangga dapat berlangsung dan
harmonis.
4.
Laksanakan
kewajiban masing-masing.
Rumah tangga akan harmonis apabiah suami berusaha
sekuat tenaga melaksanakan kewajiban-kewajibannya, dan istri pun berikhtiar
semaksimal mungkin memenuhi tanggung jawabnya. Rumah tangga akan menjadi petaka
apabila suami dan istri hanya pandai menuntut hak mereka. Kalau suami atau
istri hanya pandai menuntut hak tapi lupa akan kewajibanya masing-masing, rumah
tangga semacam ini akan menjadi sumber penderitaan.
Supaya kita mempunyai anak yang saleh, maka
disamping itu berdoa kita juga harus berusaha mendidik anak kita supaya menjadi
anak yang saleh.
Meskipun dilihat dari sudut biologis dan fitrah
kejadiannya manusia, setiap ibu-bapak dengan sendirinya akan selalu memelihara
anak-anaknya, tetapi mengingat pentingnya soal itu, maka Allah masih terus
mengingatkan tanggung jawab tersebut.
Allah
berfirman:
“
Dan hendaklah takut kepada Allah, orang-orang yang seandainya meninggalakan
dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap
kesejahteraan mereka. Karena itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan
hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar.” (QS.
An-Nisa : 9)
“
Hai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu dan keluargamu dari apa neraka
yang bahan bakarnya terbuat dari manusia dan batu.”(QS.Al-Tahrim
: 6)
Dari ayat di atas dapat disimpulkan bahwa Allah
memerintahkan kepada orang yang beriman agar memelihara dan mendidik
anak-anaknya dengan sebaik-baiknya.
Agar anak itu tumbuh
menjadi dewasa dan senantiasa mampu taat kepada Tuhannya, iklhas
beribadah kepada-Nya, maka bagi anak itu harus disiapkan tempat yang bagus dan
pemeliharaan yang sempurna setelah kelahirannya. Anak hendaknya diberi nama
yang bagus sebab nama yang akan memepengaruhi perkembangan jiwa dari anak
tersebut. Di antara pemeliharaan yang wajib diupayakan untuknya adalah
mempersiapkan kesehatannya dan kekuatan fisiknya, mempersiapkan lingkungan yang baik sehingga dia dapat
tumbuh menjadi anak yang sehat dan saleh.
Di dalam Al-Quran dan as-sunnah banyak yang
dijelaskan cara-cara memelihara dan mendidik anak sehingga anak hendaknya
dimulai ketika anak masih dalam kandungan sampai dewasa dengan cara sebagai
berikut.
Memberi nama yang baik
Berilah nama yang baik. Nama yang baik sangat mempengaruhi
pembentukan kepribadian anak dan mengangkat makna-makna yang terkandung didalam
nama itu.
Rasulullah bersabda:
“
Pada hari kiamat kamu sekalian dipanggi dengan nama-nama kamu dan nama-nama
leluhurmu. Karena itu baguskanlah nama-nama kalian.”
(HR Ahmad dan Abud Daud).
Mengenai
nama, Ibnu Qayyim memberi penjelasan sebagai berikut.
Secara
keseluruhan, maka akhlak, aktivitas dan amal perbuatan yang jelek terpengaruh
oleh nama-nama yang jelek. Sebaliknya, akhlak, dan aktivitas yang baik juga
dipengaruhi oleh nama-nama yang baik.
Rasulullah diberi nama Muhammad dan Ahmad, karena banyak
perangai yang terpuji pada diri beliau. Untuk itu, panji pujian berada di
tangan beliau, sedangkan umatnya disebut dengan ‘hammaadun’ yaitu orang-orang yang memuji Allah. Beliau juga
manusia yang paling banyak memuji Allah.
Memberi Nafkah yang Halal
Berilah nafkah yang halal dan bak pada anak-anak.
Anak adalah titipan Allah. Kita harus membesarkannya dengan harta yang halal
supaya berkah.
Allah berfiman:
“Hai
orang-orang yang beriman, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat
dibumi.” (QS. Al-Baqarah:168).
Rasulullah bersabda:
“
Satu dinar kamu nafkahkan dijalan Allah, satu dina kamu nafkahkan untuk hamba
sahaya, satu dina kamu sedekahkan kepada orang miskin dan satu dinar kamu
nafkahkan kepada keluargamu, maka yang paling besar pahalanya adalah yang kamu
nafkahkan kepada keluargamu.” (HR.Muslim).
Nafkah
untuk anak yaitu makanan, minuman dan pakaian serta biaya pendidikan. Makanan
dan minuman untuk anak hendaknya yang bergizi dan halal.
Menurut ajaran Islam, anak-anak itu
adalah amanah Allah kepada ibu-bapak. Setiap amanah haruslah dijaga dan
dipelihara; dan setiap pemeliharaan mengandung unsur-unsur kewajiban dan
tanggung jawab. Di dalam suatu hadist yang masyhur, yang menguraikan secara
umum tentang pertanggung jawaban terhadap amanah, Rasulullah bersabda :
“Tiap-tiap
dari kamu adalah pengembala, dan bertanggung jawab atas yang digembalakannya.
Imam (kepala negara) adalah pengembala dan bertanggung jawab atas rakyatnya.
Seorang laki-laki adalah pengembala, dan bertanggung jawab atas digembalakannya
(istri dan anak-anaknya). Perempuan adalah pengembala dirumah suaminya, dan
bertanggung jawab atas digembalakannya. Seorang pembantu adalah pengembala dan
bertanggung jawab dirumah tuannya. Masing-masing dari kamu adalah pengembala dan bertanggung jawab atas gembalaan
masing-masing.” (HR.Bukhari dan Muslim).
Hadist diatas menunjukan bagaimana
pentingnya pertanggung jawaban atas kewajiban yang terpikul di pundak kita
masing-masing. Sejak jabatan yang tertinggi yaitu imam (Kepala Negara) sampai
suami dan istri dan pembantu dirumah tangga, semuanya bertanggung jawab
dihadapan Allah atas tugas masing-masing.
Adapun hakekat dan fungsi amanah tentang
pemeliharaan anak-anak itu mengandung arti dan nilai yang jauh lebih dalam dan
luas daripada amanah-amanah yang lain. Sebab didalamnya berjalin dan melekat
secara langsung kepentingan manusia yang bersangkutan dalam hal ini ibu-bapak
baik dilihat dari sudut biologis maupun dari sisi sosiologis.
Rasulullah bersabda:
“ Suruhlah anak-anakmu
melakukan shalat ketika berumur tujuh tahun. Pukullah mereka bila meninggalkan
shalat bila berumur sepuluh tahun. Dan pisahkanlah tempat tidur diantara
mereka.”(HR.Abu Daud)
“Perhatikan anak-anak
kamu dan bentuklah sebaik-baiknya budi pekerti mereka.”
Dalam proses pertumbuhan anak-anak,
ibu-bapak memegang peranan yang amat penting, malah boleh di sebutkan yang
paling menentukan. Menurut ajaran Islam, anak-anak dilahirkan dalam fitrah,
yaitu berakidah tauhid dan cenderung kepada kebaikan, Rasulullah bersabda:
“ Tiap-tiap anak lahir
dalam keadaan fitrah ibu-bapaknyalah yang membentuk anak itu menjadi seorang
Yahudi atau Nasrani atau Majusi.”
Maksud hadist tersebut ialah bahwa baik-buruknya
seorang anak, baik jasmaniah maupun ruhaniah, menjadi orang yang saleh atau
fasik dan lain-lain sebagaimana dalam mendidik anak sangat penting amaka pada
tingkat pertama dan tingkat terakhir, merekalah yang memikul kewajiban dan
tanggung jawab secara langsung.
Kewajiban dan tanggung jawa itu, dalam
garis besarnya ialah mendidik dan membentuk anak-anak tersebut dalam tiga hal,
yaitu:
1. Jasmaniyah
2. Aqliyah
(pikiran kecerdasan)
3. Ruhaniah
Mengenai soal jasmaniyah, ialah berusaha
supaya anak anak itu menjadi sehat badannya jauh dari segala macam penyakit.
Adapun di bidang Aqliyah, ialah
mengusahakan supaya anak-anak itu mempunyai kecerdasan dan ilmu pengetahuan.
Adapun di bidang ruhaniah, yang
menyangkut dengan pembentukan jiwa, watak, imam, budi pekerti dan segala
sesuatu yang bersifat moral dan akhlak, inilah unsur yang mana penting. Ada dua
faktor utama yang menentukan dalam hal ini. Pertama, faktor rumah tangga yang
langsung dipegang pimpinan dan kendalinya oleh ibu-bapak sendiri. Kedua, faktor
masyarakat, karena itu supaya anak berkembang menjadi anak yang baik, maka
orang tua harus memberi contoh yang baik kepada anak-anaknya untuk shalat.
Orang tua juga harus mencarikan lingkungan pergaulan yang baik bagi
anak-anaknya. Dengan demikian anak-anaknya akan berkembang menjadi anak yang
saleh.
Didalam Al-Qur’an ada satu surat yang
bernama surat Luqman, di mana Allah memberikan contoh kepada ibu-bapak untuk
mendidik anak-anaknya, yang seperti sudah dilakukan di zaman dahulu oleh Luqman
terhadap anak-anaknya. Ada dua keterangan dari Ahli-ahli tafsir mengenai Luqman
itu. Pertama, yang menyatakan bahwa Luqman itu seorang Nabi; Kedua yang
menyatakan bahwa dia hanya seorang Ahli Hikmah. Adapun pendidikan yang
diberikan oleh Luqman kepada anak-anaknya adalah sebagai berikut.
Pertama, tauhid
Allah berfirman:
“ Dan ingatlah ketika
Luqman berkata kepada anaknya dikala dia mengajarinya; wahai anakku, janganlah
engkau menyekutukan Allah. Sesungguhnya menyekutukan Allah itu adalah
benar-benar kezaliman yang besar.”
Nasehat “ jangan
mempersekutukan Allah” (syirik) itu disebutkan dengan istilah tauhid adalah
termasuk dalam rangk Aqidah, yang merupakan landasan pokok dalam kehidupan
manusia. Maka masalah tauhid diletakkan pada nomor satu dalam urutan
rangkaian-rangkaian nasehat itu. Tauhid membentuk jiwa dan sikap hidup manusia
semata-mata percaya kepada Allah sebagai Tuhan, kepercayaan yang murni. Dengan
pendidikan tauhid, anak-anak akan mempunyai pegangan dan tidak kehilangan
kompas dalam situasi yang bagaimana pun, baik di waktu lapang maupun di waktu
sempit. Sebab mereka percaya sepenuhnya, bahwa segala sesuatu yang ditemui
dalam hidup ini, datangnya dari Yang Maha Kuasa dan akan kembali pada-Nya pula.
Kedua, berbakti kepada orang tua.
Allah berfirman:
“Dan
kami wasiatkan kepada manusia terhadap kedua ibu bapaknya. Ibunya telah
mengandungnya dalam keadaan lemah dan bertambah lemah dan mnyapihnya dalam dua
tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu. Hanya kepada-Mu
kamu kembali.”
Dalam
ayat diatas digambarkan kesusahan seorang ibu ketika mengandung anaknya. Sejak
awal kehamilan, di sudah sering muntah-muntah da semakin lemah. Sesudah anaknya
lahir, dia memelihara dan menyusui sampai dua tahun sehingga anaknya tumbuh
menjadi anak yang sehat. Lalu anak tersebut disekolahkan sehingga dapat menjadi
anak yang pandai dan mandiri, karena itu semua manusia harus bersyukur kepada
Allah dan kepada orang tuanya.
Mengingat
besarnya jasa ibu-bapak itu, maka pada ayat tersebut di atas Allah merangkai sejajar
dalam satu kalimat kewajiban bersyukur kepada Allah dan berterima kasih kepada
ibu-bapak. Perbuatan berbakti kepada orang tua merupakan salah satu cara untuk
berterima kasih kepada orang tua dan ini termasuk perbuatan yang paling baik.
Abdullah
bin Mas’ud berkata, aku bertanya kepada Rasulullah:” Amalan apakah yang paling
dicintai oleh Allah?”
Rasulullah menjawab: “Shalat pada waktunya”
Aku bertanya lagi: “Kemudian apa lagi?”
Rasulullah menjawa: “Berbakti kepada kedua orang tua.”
Aku bertanya lagi: “Jihad di jalan Allah.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Ketiga,
ibadah, seperti dalam surat Luqman itu, diterangkan: “Hai anakkku, dirikanlah shalat.”(QS.Luqman:17)
Keempat, pendidikan kemasyarakatan.
Allah
berfirman:
“Suruhlah
mengerjakan perbuatan yang ma’ruf (baik-baik) dan laranglah dari (perbuatan)
yang mungkar.
Hendaklah
ibu-bapak mendidik anak-anaknya supaya mereka membiasakan diri berbuat
kebajikan, baik untuk dirinya sendiri maupun orang lain atau masyarakat.
Kelima,
tentang pembentukan mental.
Allah berfirman:
“Dan berlaku sabarlah (teguh hati)
menghadapi peristiwa (musibah) yang menimpa engkau. Sesungguhnya (sikap) yang
demikian itu termasuk urusan yang sangat penting.
Sikap
sabar dan teguh hati mengarungi gelombang hidup terutama menghadapi musim
pancaroba, adalah satu sikap mental yang diperlukan untuk mencapai sukses dan
kemenangandalam setiap usaha atau perjuangan.
Keenam, mengenai pendidikan budi
pekerti.
Allah berfirman:
“ Dan janganlah
kamu palingkan mukamu dari manusiadan janganlah kamu berjalan dimuka bumi
dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang sombong dan
membanggakan diri.” (QS.Luqman:18)
Ini
termasuk budi pekerti dan sopan santun. Yaitu kalau sedang bercakap-cakap,
berhadap-hadapan dengan seseorang, maka hendaknya kita menghadapkan muka ke
padanya. Menghadapkan muka adalah alamat dari mengahadapkan hati. Sombong dan
membanggakan diri termasuk sikap yang di benci Allah.
Selanjutnya
Allah berfirman:
“Dan
sederhanakalah dalam berjalan dan lunakanlah suaramu. Sesungguhnya
seburuk-buruk suara ialah suara keledai.”(QS.Luqman:19)
Dalam
berjalan, jangan tergesa-gesa, karena lekas payah. Tetapi juga jangan lambat,
nanti didahului orang bersikaplah yang pertengahan.
Jangan bersuara keras tidak sepadan dengan yang hadir.
Suara yang keras hanya dipakai untuk berpidato dihadapan orang banyak atau
dipakai hendak mengerahkan orang banyak kepada suatu pekerjaan yang besar.
Tetapi bila hanya berbicara dua orang, hendaknya berbicara dengan lemah lembut.
Suara
yang paling jelek adalah suara keledai.Mujahid berkata:
“Suara keledai
itu jelek sekali. Maka orang yang bersuara keras, menghardik, sampai seperti
akan pecah kerongkongannya, suaranya jadi terbalik, maka itu menyerupai suara
keledai. Tidak enak didengar dan tidak disukai oleh Allah.”
Nasehat Luqman kepada anaknya merupakan dasar-dasar
pendidikan bagi seorang Muslim. Pokok-pokok inilah yang harus disemaikan oleh
ibu-bapak kedalam jiwa putra-putrinya semenjak masih kecil sehingga setelah
dewasa kelak. Anak-anak itu sudah terlatih dengan alat-alat dan syaraf-syaraf
yang diperlukan dalam menghadapi kehidupan, yang sesuai hasrat yang diinginkan
oleh ibu-bapak,
Satu hal yang sangat penting. Ialah penerapan
ibu-bapak sendiri, yaitu praktek-praktek dan kenyataan-kenyataan yang mereka
tunjukkan dalam perbuatan sendiri. Tidak mungkin seorang anak mempunyai Aqidah
yang kuat, menjadi orang yang taat dan berbakti kepada Allah, menjadi pejuang
menegakkan kebajikan dan memberantas kemaksiatan, mempunyai moral dan budi
pekerti yang baik, jika ibu-bapak sendiri tidak melakukan hal-hal yang demikian
dalam kehidupan mereka sendiri.
Jadi ibu dan bapak harus memberi teladan yang baik
bagi anak-anaknya. Islam sangat menekankan untuk memberi teladan yang baiak
bagi anak-anak. Sikap Islam seperti ini merupakan bentuk dari perlindungan
Islam terhadap anak-anak.
Allah
berfirman:
“Sesungguhnya telah ada pada (diri)
Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap
(rahmat) Allah dan (keselamatan) hari kiamat dan dia banya mengingat Allah.” (QS.Al-Ahzab:21)
Orang tua hendaknya mencontoh Rasulullah dan
menjadikan Rasulullah sebagai suri teladan. Dan anak-anak cenderung untuk
meniru dan mencontoh orang tuanya. Jika orang tua itu orang yang baik, maka
insya Allah anak-anaknya akan berkembang menjadi anak yang saleh.
Dalam
pelaksanannya, maka Umar telah memberikan tuntunan bagaimana mendidik anak.
Umar berkata:
“ Ajar dan didiklah anakmu sesuai
dengan zaman yang akan dihadapinya.”
B.
PERANAN
WANITA DALAM RUMAH TANGGA
Suatu peran akan membuat bahagia atau bangga apabila
yang bersangkutan memilih dengan sadar peran tersebut, serta mengetahui betapa
‘pentingnya’ peran yang disandangnya. Menilik para ibu yang tidak bahagia,
kalau mereka memilih perannya secara sadar memang ‘ya’ karena mereka memutuskan
untuk menikah, sehingga mutlak baginya akan menerima status sebagai ibu;
sehingga bisa disimpulkan, kalau penyebab ketidakbahagiaan para ibu adalah
kurang pengetahuanya tentang begitu besarnya peran yang disandang.
Ibu merupakan madrasah bagi anak-anaknya. Dari Ibu
lah anak-anak awa kali mendapatkan pelajaran pertamanya. Berhubung para ibu
mempunyai jam kerja yang panjang dirumah, tidak mustahil ibu yang lebih banyak
berinteraksi dengan anaknya. Sehingga baik atau buruk sang anak ada ditangan
ibunya. Rasulullah bersabda:
“Tiap diri kalian adalah pemimpin,
seorang wanita adalah pemimpin dirumah tangga suaminya dan anak-anaknya, dan ia
bertanggung jawab atas apa yang dipimpinya.” (HR. Muslim)
Nah,
kalau kita mengingat hadist ini, maka suatu ketika kita dimintai pertanggung
jawaban oleh Allah atas apa yang telah kita pimpin (menjaga kehormatan, harta
suami, serta mendidik anak-anak).
Anak adalah amanah dari Allah. Tidak semua perempuan
diamanahi Allah untuk bisa mengandung, melahirkan, serta merawat anak.
Bagaimana mungkin, kita yang telah dipercaya Allah akan menghianati-Nya, dengan
menyia-nyiakan amanah itu? Kita hendaknya bersyukur atas status kita sekaran,
yaitu menjadi seorang ibu. Peran yang kita sandang begitu mulia, karena semua
ibu ibaratnya menjadi pendidik sehingga bisa mempersiapkan generasi penerus
yang berkualitas.
Beberapa penelitian membuktikan betapa sangat
dahsyat peran kasih sayang ibu terhadap keberhasilan anaknya. Dengan memberikan
kasih sayang yang berlimpah (tidak berarti memanjakannya), seorang anak akan
merasa aman dan percaya terhadap ibunya. Si anak akan belajar menerima cinta
dan memberikan cintanya kepada orang lain. Dalam kondisi ‘damai’, otak pun akan
bekerja secara optimal. Anak-anak ini akan memberikan tanggapan yang positif kalau
diberi nasihat (karena rasa aman dan percaya kepada orang tuanya). Pendek kata,
anakyang mendapatkan cukup kasih sayang lebih mudah dibentuk akhlaknya.
Sebaliknya, anak yang mengalami kekurangan kasih sayang akan selalu merasa
terancam sehingga membuat pola perilaku yang selalu siap tempur, sehingga
rentan terhadap perilaku agresif. Budaya kekerasan yang kian merebak,
disinyalir karen akibat para generasi muda yang kekurangan kasih sayang orang
tua (ibu kandungnya) dimasa awal kehidupannya.
Suatu
ketika Rasulullah ditanya tentang peran orang tua. Beliau menjawab:
“ Mereka adalah yang menyebabkan
surgamu atau nerakamu.” (HR. Ibnu Majah).
Yah, memang benar hadist ini, karena salah atau
benar pendidikan yang diberikan kepada anak, bisa menjadikan anak terbentuk
menjadi pribadi yang saleh dan shalehah, sehingga siap menyongsong surganya;
demikian pula sebaliknnya, pendidikan yang salah bisa berakibat si anak menjadi
durhaka, dan dia pun siap menyongsong
nerakanya..
Jangan sampai, kita salah mendidik anak, karena
bukan hanya anak saja yang menerima adzab dari Allah, namun kita juga yang
pertama kali akan menerima adzab itu. Karena bagaimanapun juga, kitalah
pemimpin anak-anak sehingga ‘rusaknya’ anak-anak adalah hasil dari kerja kita,
naudzubillah...
Kita jangan merasa iri dengan para suami karena
mereka bisa berkiprah diluar rumah untuk berjihad mencari nafkah bagi
keluarganya. Karena apa pun yang kita lakukan di rumah akan dinilai Allah
sebagai jihad, yang pahalanya jelas surga. Rasulullah bersabda:
“Sesungguhnya wanita yang hamil,
melahirkan, dan merawat anaknya akan mendapatkan pahala seperti orang yang
berjihad di jalan Allah.”
Antara kita dan suami bisa berjihad dengan bekerja
sama mengelola keluarga. Dengan keyakinan ini, kita bisa termotivasi untuk
bersungguh-sungguh menjalankan peran kita sebagai istri/ibu, sehingga membentuk
rumah tangga yang sakinah, mawwadah, serta rahmah dapat terwujud, amin.
Status sebagai ibu rumah tangga kurang mendapatkan
penghargaan pada publik. Banyak orang yang memandang sebelah mata dan
meremehkan pekerjaan yang menunggu penyelesaian 24 jam dalam sehari, dan
diringkas menjadi tiga kata: IBU RUMAH TANGGA. Oleh karena itu, banyak wanita
yang lebih memilih bekerja dijalur rumah daripada memilih sebagai ibu rumah tangga.
Wanita yang bekerja akan mendapatkan gaji, sebagai simbol dari penghargaan atau
hasil kerjanya, dan statusnya dimata masyarakat pun lebih terangkat karena
terkesan lebih mandiri (tidak bergantung penuh pada suami).
Kurangnya penghargaan atas peran sebagai ibu rumah
tangga menyebabkan para wanita merasa kurang bahagia dengan statusnya. Perasaan
ini bisa mempengaruhi kehidupannya setiap hari, misalnya melakukan tugasnya
dengan setengah hati, suka mengeluh, suka menggerutu, dan perasaan tidak
bahagia. Perasaan-perasaan ini membuat peran ibu rumah tangga kurang optimal
dalam mendampingi suami beserta anak-anaknya.
Tugas utama ibu rumah tangga adalah sebagai
pendamping suami dan pendidik, pemelihara anak. Jadi tugas ‘maintemance’ suami dan anak bisa kita
lakukan secara profesional. Bagaimana caranya? Misalnya sebagai pendamping
suami, kita bisa bertindak sebagai patner dalam membuat suatu kebijakan dalam
rumah tangga, atau sebagai ‘manager keuangan’ rumah. Sebagai manager keuangan,
kita harus mengatur uang dari suami sedemikian rupa sehingga bisa cukup
mengcover kebutuhan sehari-hari dan untuk menabung. Kalau toh harga kebutuhan
naik, kita bisa membuat kebijaksanaan beberapa pos pengeluaran dikurangi atau
menurunkan kualitas hidangan dan pakaian. Kalau jalan ini sudah ditempuh,
ternyata masih ssah untuk bertahan, diskusikan kepada direktur (dalam hal ini
adalah suami); mungkin memang harus melakukan seusatu untuk menghadapi hal ini,
apakah istri akan mekakukan kerja sambilan tanpa meninggalkan fungsinya sebagai
ibu rumah tangga, atau suami akan menambah kerja paruh waktu. Jangan merasa
tidak mau tahu uang darimana, yang penting mengeluarkan tanpa memperhitungkan
cukup atau tidaknya, kalau kurang tahunya minta tambahan ke suami, itu sih
bukan tingkat manager, tapi tingkat pelaksana (setara pembantu). Sekarang
tinggal pilih, mau bertindak sebagai manager atau pelaksana? Ini baru salah
satu contoh peran ibu sebagai pendamping suami yang bisa kita kerjakan secara
profesional.
Selain sebagai pendamping suami, ibu juga bertindak
sebagai pendidik dan pemelihara anak. Slogan ibu adalah madrasah bagi anak
mungkin sangat tepat. Ada sebuah syair yang begitu bagus menggambarkan peran
seorang ibu:
Ibu
laksana lembaga pendidikan.
Bila
dipersiapkan dengan baik,
Ia
dapat membentuk pribadi yang lebih baik,kuat
Dan
tangguh.
Ibu
laksana taman,
Jika
dijaga kelestariannya,
Tak
selembar daun pun yang dimakan hama.
Ibu
adalah guru dari segala guru yang utama.
Dia
mampu menurunkan kemuliaan dari
Generasi
ke generasi.
Yah, itulah gambaran yang sangat tepat untuk peran
seorang ibu, dari ibulah semua anak manusia mengenal kasih sayang, dan
pelajaran pertamanya, entah adab sopan santun. Setiap anak dilahirkan suci
bagaikan kerja kosong, makam kedua orang tuanyalah yang akan menggoreskan pena
sehingga sebaik atau seburuk apapun hasinya merupakan ‘hasil karya’ orang
tuanya.
Mayoritas ‘jam kerja’ ibu dirumah sehingga para
ibulah yang banyak menghabiskan waktu untuk berinteraksi dengan anaknya. Anak
mendapatkan pendidikan pertamanya dari sang ibu. Maka ibu yang akan ‘mencetak’
sikap dan prilaku anak. Maka bertindak secara profesional merupakan suatu
keharusan, salah satunya ibu membuat kurikulum sendir. Semakin dini kurikulum
tersebut diterapkan akan semakin efektif dalam mendidik anak. Misalnya ibu bisa
memberikan teladan yang baik dalam bersikap dan berperilaku dengan cara
menetapkan ‘jadwal’ belajar. Apa saja yang diajarkan?
Sebelum mengajarkan kepada anak, kita hendaknya
melakukan apa yang akan kita ajarkan. Jangan hanya menyuruh anak, sementara
kita sendiri tidak melaksanakannya, hal ini mencetak anak yang pembangkang.
Mendidik anak sewaktu kecil laksan mengukir pada batu, sedangkan mendidiknya
setelah dewasa laksana melukis dalam air (tidak berbekas). Anak dan suami
adalah amanah dari Allah. Kita sebagai ibu / istri tidak bisa menyia-nyiakan
mereka.
“
Sesungguhnya Tuhanmu mempunyai hak atas kamu, dirimu mempunyai hak atas kamu,
keluargamu mempunyai hak atas kamu, maka berikanlah setiap yang mempunyai hak
itu haknya” (HR. Bukhari dan Muslim).
Kita harus terus mengemban amanah dan berbuat adil,
sehingga tidak ada pihak yang merasa terdzalimi. Mulai sekarang, marilah kita
kembali ke peran utama kita sebagai istri dan ibu bagi anak-anak kita. Untuk
bisa berperan secara optimal, kita harus menjalaninya dengan hati yang bahagia.
Kita awali setiap bangun pagi dengan
bersyukur. Buatlah semacam ritual beberapa menit saja. Duduklah beberapa saat
sebelum beranjak dari tempat tidur. Disini tidak hanya melafadzkan doa bangun
tidur saja yang merupakan rutinitas harian, kita harus benar-benar bersyukur
bahwa Allah masih memberi kesempatan kepada kita, bisa menikmati kesempatan
sebagai istri dan ibu (karena siapa yang bisa menjamin setiap orang bakal bisa
bangun setelah tidur?).
Lihatlah suami dan anak yang masih tertidur pulas,
amati mereka. Kita ucapkan “Alhamdulillah, hari ini Allah masih memberi
kesempatan aku untuk mendampingi kalian...” Kita juga bersyukur hari ini dalam
keadaan sehat, amati seluruh tubuh kita dan rasakan. Setelah itu semua,
Senyumlah! Karean dengan senyum ternyata bisa mempengaruhi mood kita. Cobalah dengan senyum, kita akan cenderung merasa
bahagia. Setelah mengawali hari dengan bersyukur dan senyum, mandilah sebagai
pendongkrak semangat untuk mengawali hari ini. Nah,dengan tips ringan ini,
semoga kita semua bisa mengawali hari dan berperan secara lebih bahagia.
Sedang bila mereka mati dalam kesyahidan, maka
mereka tetap hidup dan mendapatkan rezki dari Tuhan. Adapun kami yang merawat
mereka, tidak mendapatkan balasan apapun”. Kemudian Rasulullah bersabda:
“Sampaikan
kepada setiap perempuan yang engkau jumpai, bahwa taat kepada suami dan
menghormati haknya menyerupai pahala semua itu, namun amat sdikit diantara kalian yang melakukannya.” (HR.
Ibnu Abbas).
Menelaah hadits tersebut di atas, kita bisa
mengetahui bahwa ternyata sejak dahulu para perempuan telah menuntut adanya
emansipasi dalam berbagai hal. Kalau para lelaki wajib berjihad di medan peran,
maka perempuan juga ingin melakukan hal yang sama. Namun Islam telah mengatur
semuanya, sehingga kaidah keseimbangan dan keharmoni-san hidup tetap terjaga.
Walaupun perjuangan yang dilakukan kaum laki-laki dan perempuan sangatlah
berbeda, namun pahala yang dijanjikan ternyata sama. Janji Allah pasti
ditepati. Sekarang, apa lagi yang membuat mu sedih, wahai para ibu? Ternyata
pengorbananmu dirumah dihargai Allah sebagai jihad yang balasannya tak lain
adalah surga.
Untuk para ibu, kita tidak harus berperang
dengan memanggul senjata. Cukup mentaati
suami sehingga suami ridha, maka surga pun siap menanti. Allah ‘meringankan’
jihad para wanita. Rasulullah bersabda:
“apabila wanita menjaga shalatnya yang lima
waktu, berpuasa pada bulannya, menjaga kehormatannya, dan mentaati suaminya,
niscaya ia akan masuk surga dari pintu mana saja yang dia sukai.” (HR.
Ahmad)
Kita tidak perlu secara fisik bertempur, kepanasan,
kehujanan, tidak tidur, tidak makan / minum, lari-lari, memanggul senjata yang
berat, selalu waspada, dan lain sebagainya. Kita bisa berjihad sesuai koridor
yang ditetapkan Allah. Namun hal yang ‘ringan’ inipun masih dirasa berat oleh
kita. Sehingga memang benar hadits di atas, amat sedikit dari kita yang melakukannya.
Tugas ibu yang utama, selain sebagai pendamping
suami adalah sebagai pndidik anak-anaknya. Sebagai pendamping suami, apakah kita
memenuhi hak-hak suami dan menjalankan amanahnya? Rasulullah bersabda:
“Ya Umar,
adakah engkau ingin aku beritahu tentang sebaik-baiknnya simpanan surga? Yakni
wanita shalehah yang apabila suami memandangnya, ia menyenangkan. Jika diperintah
suami, ia taat. Dan jika suami tidak berada di sampingnya, ia bisa menjaga
kehormatan diri” (HR. Abu Dawud dan ibnu majah).
Abdullah
bin umar r.a mengabarkan, bahwa Rasulullah SAW. Bersabda:
“kalian semua
adalah pemimpin. Dan kalian semua akan dimintai pertanggung jawaban atas apa
yang di pimpinnya. Seorang suami adalah pemimpin di rumah tangganya, dan dia
bertanggung jawab atas apa yang dipimpinnya. Seorang wanita (ibu) adalah
pemimpin di rumah suaminya dan anak-anaknya, dan dia bertanggung jawab atas apa
yang di pempinnya.” (Muttafaun ‘Alaih)
Seorang istri sangat bertanggung jawab terhadap
hal-hal yang menyangkut kerumah tangga serta pembianaan anak-anaknya. Semua
anak terlahir ke dunia dalam keadaan suci. Banyak pakar psikologi yang
menggambarkan jiwa anak seperti kertas kosong. Maka orang tuanyalah yang
akan mencoretkan atau ‘membentuk’ kertas
tersebut. Ibu, yang notabene mengandung, melahirkan, serta menyusui, banyak
menghabiskan waktu bersmasi anak. Maka, peran ibu sangatlah besar dalam membina
ank-anaknya.
Sebagai istri, kita jangan iri dengan kiprah suami
yang bekerja diluar rumah. Jangan sekali-kali berfikir kalau kita lebih sengsara
karena harus hamil, melahirkan dan menyusui anak kita. Allah menyamakan
pengorbanan wanita yang hamil dan menyusui seperti pejuang di garis depan fii
sabilillah. Jika ia meninggal di antara waktu tersebut, maka baginya adalah
pahala mati shahid (HR. Thabrani). Pengorbanan seorang ibu sangatlah besar
dalam mengandung, melahirkan serta menyusi anaknya. Oleh karena itu, Allah
berfirman:
“dan kami
perintahkan kepada manusia bebuat baik kepada kedua ibu-bapaknya: ibunya telah
mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah dan menyapihnya dalam
dua tahun...”. (QS. Luqman: 14)
Hal
ini juga ditegaskan dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah.
Suatu ketika seseorang datang kepada Rasulullah, dan ia berkata,
“Wahai
Rasulullah, siapa yang paling berhak saya perlakukan dengan baik?” Rasulullah
menjawab “ibumu” dia bertanya lagi,
“Setelah itu siapa?” Rasuluullah menjawab, “ibumu”. Dia bertanya lagi, “Setelah
itu siapa lagi?” Rasulullah menjawab “Bapakmu”.
Penghormatan
terhadap seseorang ibu beberapa kali dibandingkan terhadap bapak. Karena ibu
lah yang telah banyak berkorban dalam keadaan yang payah.
Ibu adalah pemimpin
bagi anak-anaknya. Sebagai pemimpin, kita harus bisa memberi teladan yang baik
terhadap anak kita; melindungi, merawat, serta mengarahkan kebiasaan tabiat
anak sehinggga tercetak anak dengan akhlak yang baik. Mendidik anak pun sedini
mungkin. Pada tahap perkembangannya, anak dengan usia yang sangat dini biasanya
hanya meniru. Maka sangat penting kiranya bagi kita untuk selalu memberi contoh
yang baik dalam keluarga. Berhubung ibu sebagai pemimpin dalam urusan
kerumahtanggaan, termasuk anak-anak maka keadaan bahagia dan sedih keluarga
tersebut sangat tergantung pada ibu.
C. KIAT-KIAT YANG HARUS DILAKUKAN
DALAM KEPEMIMPINAN RUMAH TANGGA.
a. Apa yang sebaiknya harus dilakukan
seorang ibu:
1. Menjaga
hati
Kita merupakan
aktor sentral dirumah. Kalau akting kita baik, maka alur cerita dalam keluarga
kita baik, sebaliknya kalau akting kita buruk. Mengingat peran kita begitu
penting, maka kita harus pintar-pintar dalam membawakan sangat ditentukan oleh
suasana hati kita setiap harinya.
2. Menjaga
lisan
Rasulullah bersabda:
“Barangsiapa
yang beriman kepada Allah dan beriman kepada hari akhir, maka hendaklah ia
berkata baik atau jika tidak bisa, maka lebih baik diam saja.”(HR
Bukhari-Muslim)
Banyak orang mengatakan lidah tak
bertulang. Karena kelenturan tanpa tulang inilah banyak yang kita keluarkan,
baik dengan sengaja atau tidak bisa menyakiti orang lain. Kalau kita sering
menyumpahi anak? Apa kita sebagai orang tua tidak menyesal kalau ‘doa’ kita
yang berbentuk sumpah serapah dikabulkan Allah. Apa lagi ketika ‘berdoa’ kita
dalam keadaan marah atau tersakiti (termasuk orang yang teraniaya), apa tidak
mustahil ‘doa’ tersebut akan terkabul? Rasulullah , memperingatkan umatnya:
“
Janganlah berdoa jelek untuk diri kalian, dan jangan pula mendoakan jelek atas
anak-anak kalian, juga jangan berdoa jelek atas harta benda kalian. Janganlah
kalian menepati saat yang ketika Allah diminta, Dia akan mengabulkan.”(HR.
Muslim & Abu Dawud).
Kita dilarang berdoa yang jelek
untuk diri sendiri dan keluarga kita, siapa tau Allah mengabulkannya.
3. Jaga
sikap
Sikap yang wajib
kita tunjukan di depan anak adalah sikap takwa kepada Allah (selalu
menghadirkan Allah dalam rumah tangga kita), juga sikap menghormati suami.
Orang tua adalah satu team yang kompak. Di depan anak jangan sekali-kali
menampakkan pendapat yang berseberangan.
4. Jaga
perbuatan
Apapun yang kita
lakukan setiap saat merupakan pembentukan kebiasaan dalam keluarga. Ibu sebagai
manager dalam keluarga anak membuat peraturan, termasuk jadwal kegiatan
keseharian. Usahakan apapun yang kita lakukan mengandung unsur efektif dan
efisien. Kita dianjurkan untuk berhemat, karena sikap pemborosan adalah teman
dari setan.
Allah berfirman
“Sesungguhnya
pemborosan-pemborosan itu adalah saudara-saudara setan dan setan itu adalah
sangat ingkar kepada Tuhannya.” (QS Al Isra’ 27).
Salah satu perbedaan antara laki-laki dan perempuan
dari struktur tubuh adalah adanya rahim dan hal-hal yang berkaitan dengannya,
yang tidak dimiliki oleh laki-laki. Kebutulah organ tersebut bernama rahim,
seperti salah satu asma Allah yang berarti ‘sayang’ atau cinta kasih. Perempuan
diharapkan mampu memberikan kasih sayanganya, karena itu ditubuh perempuanlah
sesosok janin tumbuh, serta didekapannya seorang bayi akan berkembang.
Beberapa hal dibawah ini merupakan data betapa sangat
dahsyatnya efek kasih sayang ibu terhadap anaknya, yaitu antara lain :
1. Anak
mempunyai akhlak yang baik
2. Syaraf
otak berkembang denga sempurna
3. Mensukseskan
‘the golden age’
4. Efek
pengukuhan positif
1). Anak mempunyai akhlak yang baik
Rasulullah mencontohkan betapa beliau sangat
menyayangi anak kecil, yaitu Hasan dan Husain, cucunya. Dalam suatu riwayat
diceritakan, bahwa Beliau menimang-nimang Hasan bin Ali sewaktu masih kecil
seraya bersabda :
“
Ya Allah, sesungguhnya aku mencintainya, maka cintailah orang yang mencintai
dirinya.” (HR. Bukhori)
Disalah satu riwayat juga
disebutkan bahwa ketika Aqro’ bin Habis menyaksikan beliau mencium Hasan dan
Husein, Aqro’pun berkata :
“
Apakah kalian mencium anak-anak kecil kalian? Sesungguhnya aku memilik 10 anak
yang tidak seorang pun pernah aku cium”. Lalu Rasulullah menjawab: “Apakah aku
bisa menguasai dirimu bila Allah telah mencabut rasa kasih sayang dari dalam
hatimu?” (Muttafaqun ‘Alaih).
“Bukan
dari golongan kami orang yang tidak mengasihi anak kecil kami”. (HR.
Ahmad, Abu Dawud dan Tirmidzi)
Pada suatu kesempatan, Ibnu Abbas yang masih kecil
bermalam disisi Rasulullah, sehingga Ibnu Abbas menyaksikan Rasulullah berwudhu
dan menjalankan sholat lail. Apa yang dirasakan Ibnu Abbas waktu itu, dia bisa
bermalam bersama junjungannya dan menyaksikan ritual malam yang dilakukan
beliau. Rasulullah telah memberi contoh bagaimana berlaku baik dengan anak
kecil, yaitu dengan cara memberi contoh yang baik (Ibnu Abbas yang masih kecil
menyaksikan kegiatan ritual beliau), memperlakukan sebaik mungkin (menimang,
mencium cucunya), sehingga si anak bisa merasakan limpahan kasih sayang orang
dewasa disekitarnya. Hal ini terbukti pada zaman Rasulullah, mentalitas anak
bisa tertempa sehingga bisa mencetak generasi yang tangguh.
Kasih sayang yang kita berikan merupakan hak anak.
Jangan sampai kita merampas hak anak yang sangat mendasar ini. Seorang anak
yang merasakan limpahan kasih sayang akan merasakan rasa aman dan mengembangkan
rasa percaya terhadapnya. Dengan kedua rasa ini, anak dengan mudah belajar
untuk mencintai orang-orang disekitarnya. Anak yang mempunyai rasa cinta dengan
mudah mengembangkan sikap empati, simpati, dan toleran, yang merupakan sikap
dasar untuk membinan hubungan dengan orang lain secara menyenangkan.
Sikap-sikap baik inilah yang mendukung si anak dengan mudah menerima nasihat
dari lingkungannya, sehingga sangat mudah terbentuk akhlak yang baik.
Kasih sayang pertama dan paling utama diyerima bati
dengan merasakan dekapan, pelukan hangat dari ibunya. Oleh sebab itu, para ibu
jangan sungkan-sungkan untuk sering mungkin memeluk, mendekap, serta
menggendongnya, sehingga ada penyatuan fisik antara ibu dengan bayi. Jangan
takut mitos, si bayi akan ‘bau tangan’ atau terbiasa digendong sehingga tidak
mau dilepas oleh ibunya.
2).
Syaraf otak berkembang dengan sempurna
Setiap
manusia mempunyai otak. Kita semua mengenal bagian-bagian otak yang terdiri
dari batang otak dan otak tengah, yang sering disebut dengan reptilian brain (otak reptil), namanya
juga otak reptil maka prilaku binatang banyak dipengaruhi bagian otak yang satu
ini, lymbie system yang mengatur
masalah emosi otak dan cinta, serta cerebral
cortex, yang mengatur cara berfikir. Ketiga hal ini bekerja sangat cepat dan
saling berkaitan, sehingga kita tidak bisa menyadari bagian otak yang mana yang
saat ini sedang bekerja.
Para peneliti di
Baylor College of Medicine menemukan bahwa anak-anak yang jarang diajak bermain
atau jarang disentuh, perkembangan otaknya 20% atau 30% lebih kecil daripada
ukuran normalnya. Ini membuktikan setiap bayi memerlukan stimulasi untuk
merangsang terbentuknya pola dalam otaknya. Stimulasi ini mensyaratkan kontak
fisik dengan orang tuanya, sehingga si anak merasa aman. Bila anak telah merasa
aman, maka bagian otak lymbic (yang
mengatur emosi dan cinta) berkembang secara optimal. Emosi positif ini akan
mempengaruhi perkembangan korteks (cara berfikir) anak.
3).
Mensukseskan the golden age
Beberapa tahun ini sering sekali
kita mendengar istilah the golden age.
Istila ini mengacu pada usia keemasan anak, dimana pertumbuhan dan perkembangan
anak memerlukan stimulasi yang yang optimal sehingga bisa menghasilkan anak
yang hebat, dari segi fisik maupun mental. Rentang usia yang diyakini adalah
o-5 tahun pertama perkembangannya. Memang benar, pada usia itu anak memerlukan
‘cetakan’ atau pendidikan yang bagus, sehingga akan membentuk pola tertentu pada
sikap berfikir dan cara berperilakunya. Maka, para ibu yang menghabiskan banyak
waktu bersama anaknya, hendaknya berusaha memberikan pola pendidikan dasar
islami sehingga tercetak anak yang shaleh dan shalehah. Apa saja yang perlu
dibina untuk mensukseskan ‘the golden
age’ ini?
a). Akidah merupakan keimanan yang
mendasar.
b). Pembiasaan kegitan ritul.
Rasulullah bersapda :
“
Perintahkan anak-anak kalian shalat saat berusia berusia tujuh tahun dan pukullah, karena meninggalkannya saat berusia
sepuluh tahun” (HR. Ahmd dan Abu Dawud).
c).
Pembianaan karakter baik, yaitu semua karakter yang menjunjung tinggi nilai
kemanusiaan: jujur amanah, loyal, hemat menghargai waktu, menyukai ilmu,
berbagai dengan sesama, menghargai orang lain, menyayangi sesama, dan lain
sebagainya.
d).
Perangsangan otak kanan dan kiri. Otak manusia terdiri dari 2 belahan, yaitu
kiri dan kanan. Secara singkat, otak kiri berhubungan dengan hal-hal yang logis
dan rasional; sedangkan otak kanan berhubungan dengan seni dan perasaan.
4).
Pengukuhan positif
Ibu yang waktunya
banyak dihabiskan untuk mengasuh dan mendidik anaknya dirumah, sangat penting
perannya dalam menanamkan konsep diri pada anak. Anak akan belajar diterima
atau ditolak oleh lingkungannya, yaitu lantaran orang tua. Jika keberadaan
dirinya banyak ditolak dan dicemooh, maka anak tersebut akan belajar bahwa dirinya
tidak berharga, sehingga timbul rasa rendah diri dan minder.
Semakin
ia sering menerima perlakuan buruk dari lingkungannya, semakin ia membenci diri
dan yakin bahwa ia benar-benar tidak berharga. Perasaan ini akan selalu
terpendam dan terefleksikan dalam bentuk keputusan dan merasa gagal dalam banya
hal.
Begitu
pula sebaliknya, seorang anak yang menerima perlakuan yang baik dari orang tua,
akan merasa dirinya diterima. Ia akan belajar menghargai dirinya, sehingga
timbul rasa percaya diri. Begitu besar efek penghargaan dan atau penolakan
terhadap anak ini. Maka sebagai orang tua, kita harus banyak-banyak memberi
sambutan positif dan baik terhadap kondisinya, sehingga anak-anak belajar
menerima dan mencintai dirinya dan timbul rasa percaya diri.
Ilmu
neurologi mengatakan anak yang merasa aman dan bahagia akan mengeluarkan hormon
yang merangsang neurotransmitter
menyalurkan pesan ke korteks, sehingga anak akan lebih mudah belajar. Sedangkan
ilmuwan yang meneliti air membuktikan bahwa air bisa mendengar menerima pesan,
dan membaca. Berhubung tubuh manusia sebagian besar berunsur air, maka ‘cap’
yang diberikan kepadanya akan direaksi apakah hal ini akan membentuk heksagonal
yang baik dan merangsang pertumbuhan manusia tersebut, ataukah sebaliknya.
Sifat Penunjang Suksesnya Peran Ibu
Ibu
merupakan sentral yang mampu mewatnai kehidupan dalam rumah tangganya.
Kebahagiaan bisa diciptakan kalau seorang ibu benar-benar mengupayakan
kebahagiaan dalam keluarganya. Selain komitmen yang terjalin dengan suami,
peran ibu sangat dominan untuk menghantarkan terciptanya generasi yang
saleh/shalehah. Apa saja yang bisa mendukung suksesnya ‘peran’ yang diemban
para ibu? Ada beberapa sifat baik, apabila sang ibu berusaha menerapkannya
dalam kehidupan sehari-hari, maka rumah bukan saja berarti’house´, namun lebih cenderung kearah ‘home’ , atau lebih singkatnya akan tercipta ‘rumahku surgaku’.
Sifat-sifat tersebut antara lain:
1. Penyayang
2. Sabar
3. Mau
berkorban
4. Disiplin
5. Tegas
6. Cerdas
7. Bijaksana
8. Tawakal
Disamping
itu ada beberapa dibawah ini akan kami rangkum kiat-kiat yang dapat membantu
dalam mendidik anak.
1. Tanamkan
nilai-nilai tauhid, keimanan dan akhlak yang mulia.
Didalam
Al-Qur’an ada satu surat yang bernama surat Luqman, di mana Allah memberikan
contoh kepada orang tua untuk mendidik anak-anaknya, seperti yang sudah
dilakukan di zaman dahulu oleh Luqman terhadap anak-anaknya.
2. Biasakan
anak melaksanakan ibadah ritual, seperti shalat lima waktu, puasa dan membayar
zakat fitrah.
Rasulullah
bersabda:
“Suruhlah anak-anakmu melakukan
shalat ketika berumur tujuh tahun. Pukullah mereka bila meninggalkan shalat
bisa berumur sepuluh tahun. Dan pisahkanlah tempat tidur diantara mereka.”(HR.
Abu Daud).
3. Memberi
teladan yang baik. Orang tua harus memberi teladan yang baik bagi anak-anaknya.
Misalnya dalam beribadah. Orang tua hendaknya shalat lima waktu. Orang tua
hendaknya puasa di bulan ramadhan dan mengajak anaknya untuk berpuasa dibulan
ramadhan. Jika orang tuanya baik, insya Allah anaknya juga akan menjadi anak
yang saleh. Teladan yang paling baik adalah Rasulullah. Maka hendaknya orang
tua meneladani Rasulullah dan ia menjadi teladan bagi anak-anaknya.
Allah
berfirman:
“Sesungguhnya para diri Rasulullah
itu terdapat teladan yang baik bagi kamu, yaitu bagi orang yang mengharapkan
rahmat Allah, keselamatan pada hari kiamat dan banyak mengingat Allah.” (QS.
Al-Ahzab:21)
4. Menyuruh
anak membaca Al-Qur’an
Orang
tua hendaknya juga menyuruh anak-anaknya untuk membaca al-Qur’an dan menghafal
sebagian dari al-Qur’an.
Rasulullah
bersabda:
“Tidaklah suatu kaum berkumpul
disalah satu rumah dari rumah-rumah Allah (Masjid), untuk membaca al-Quran dan
saling mempelajarinya, melainkan diturunkan sakinah (ketenangan hati) atas
mereka, rahmat Allah meliputi mereka, para Malaikat rahmat mengililingi mereka,
dan Allah menyebut-nyebut di depan majelis Malaikat.”(HR
Muslim dan Abu Daud).
5.
Mencarikan lingkungan pergaulan
yang baik.
Faktor
masyarakat, sekolah, teman dan lingkungan sangat besar pengaruhnya pada
pertumbuhan anak. Orang tua harus mencarikan lingkungan dan teman yang baik
bagi anak-anaknya sehingga dia dapat berkembang menjadi anak yang saleh.
Rasulullah
bersabda:
“Perhatikan tetanggamu sebelum kamu
menempati rumah.”
6. Membentengi
anak dengan dzikir-dzikir yang disyariatkan. Caranya adalah dengan memberikan
tuntunan berdzikir kepada mereka bila masih kecil.
Bacaan
dzikir yang paling utama adalah tahlil, yaitu ucapan “Laa ilaha illalaah” (Tidak ada Tuhan kecuali Allah). Kalimat tahlil
mempunyai banyak keistimewaa. Mengenai keistimewaan bacaan tahlil, Rasulullah
bersabda :
“Dzikir yang paling utama yaitu
ucapan “Laa ilaha illalaah”. (HR. Tirmidzi).
Dari
hadist ini dapat disimpulkan bahwa dzikir yang paling utama adalah kalimat
tahlil. Karena kalimat tahlil merupakan kalimat tauhid yang merupakan sumber
bagi setiap agama yang berasal dari Allah.
7. Selalu
merangsang anak untuk pergi ke masjid dikala mereka masih kecil dan mendorong
mereka shalat dimasjid ketika remaja.
Rasulullah
bersabda:
“Barang siapa yang pagi dan sore
hari pergi ke masjid, niscaya Allah menyediakan baginya surga sebagai tempat
istirahat setiap pagi dan sore.”
Rasulullah
juga bersabda:
“Apabila kalian melihat seseorang
yang biasa mengunjungi masjid, maka yakinlah bahwa orang tersebut telah
beriman.”
8. Membiasakan
anak untuk melaksanakan sebagian tanggung jawab dalam kehidupan rumah tangga.
9. Memperhatikan
fase-fase perkembangan usia anak. Hal ini perlu mendapat perhatian orang tua,
sebab ketika anak menjadi dewasa, secara otomatis pemikirannya berkembang.
10. Duduk
bersama anak-anak
Hal
yang perlu diperhatikan oleh ayah, betapapun kesibukannya, ialah meluangkan
waktu khusus untuk duduk-duduk bersama anak-anaknya.
11. Berlaku
adil diantata mereka. Suatu masyarakat akan tegak karena keadilan. Kondisi
manusia tidak lurus melainkan dengan keadilan.
Rasulullah
bersabda:
”Bertakwalah kepada Allah dan
hendaknya kamu berlaku adi diatara anak-anakmu”.
12. Memberi
nafkah kepada mereka dengan baik. Cara nya dengan mencukupi semua kebutuhan
mereka sehingga mereka terpaksa mencari uang diluar rumah. Memberi nafkah
kepada anak tidak boleh berlebihan, tetapi juga jangan sampai kekurangan.
Memberi nafkah kepada anak hendaknya sesuai dengan yang dibutuhkan anak dan
sesuai dengan kemampuan orang tuanya.
Allah
berfirman:
“Dan (hamba-hamba Allah yang Maha
Pemurah itu) orang-orang yang bila menafkahkan harta mereka, mereka tidak boros
dan tidak kikir, tetapi pertengahan diantara keduanya.” (QS.
Al-Furqan:67)
13. Mengamati
keadaan mereka dan memantau mereka dari jauh. Diantaranya adalah sebagai
berikut :
i.
Memperhatikan mereka dalam melaksanakan
ibadah ritual seperti shalat, wudhu, puasa dan sebagainya.
ii.
Mengawasi HP mereka.
iii.
Menanyakan tentang kawan-kawan mereka.
iv.
Memantau apa yang mereka baca.
14. Menghormati
teman-teman anaknya yang baik.
Rasulullah
bersabda:
“Janganlah kamu mengambil sahabat
karib kecuali orang yang beriman.”
15. Menjauhkan
anak dari teman yang jahat. Tetapi cara yang ditempuh oleh orang tua harus
tetap bijaksana.
Rasulullah
bersabda:
“Perumpamaan teman yang baik dan
yang jahat seperti pembawa kasturi dan peniup bara api. Pembawa kasturi bisa
saja memberimu kasturi dengan Cuma-Cuma, atau kamu membeli kasturi itu darinya,
atau kamu mendapatkan bau yang harum, sementara peniup bara api bisa saja
membakar baju kamu, atau kamu mendapatkan bau yang tidak sedap.”
16. Memberikan
kesempatan kepada anak untuk mengoreksi diri.
Rasulullah
bersabda:
“Setiap anak Adam (manusia) pasti pernah
berbuat salah. Dan sebaik baik orang yang berbuat kesalahan adalah orang yang
bertaubat.”
Bertaubat
yaitu memohon ampun kepada Allah atas kesalahannya, menyesal di dalam hatinya
dan bertekad untuk tidak mengulangi kesalahannya.
17. Menciptakan
suasana saling memahami di antara suami-istri.
18. Memilih
sekolah yang tepat bagi anak-anaknya dan berusaha untuk memantau mereka di
sekolahnya
19. Membuat
perpustakaan rumah yang sederhana.
Rasulullah
bersabda:
“Barang siapa ingni berbahagia di
dunia, hendaknya dia berilmu. Barang siapa ingin berbahagia di akhirat
hendaknya berilmu. Dan barang siapa ingin berbahagia di dunia dan akhirat,
hendaknya dia berilmu.”
20. Mengalarkan
ilmu agama kepada anak-anak terutama Al-Qur’an dan as-sunnah.
Rasulullah
bersabda:
“Barang siapa dikehendaki oleh
Allah kebaikan baginya, maka Allah akan memberikan pemahaman kepadanya tentang
masalah agama.”
21. Mengikat
anak-anak dengan salafus saleh dalam panutan (figur) dan petunjuk. Meneladani
‘perjalanan hidup’ salafus saleh itu sesuatu yang dapat membangkitkan semangat
dalam kehidupan dan cita-cita yang tinggi. Dengan demikian ia akan mengidolakan
para salafus saleh, terutama para sahabat Rasulullah.
Allah
berfirman:
“ Orang-orang yang mendahului dan
pertama masuk Islam yaitu orang-orang Muhajirin dan orang-orang Anshar, dan
orang-orang yang mengikuti jejak mereka dengan baik, maka Allah ridha kepada
mereka dan merekan ridha kepada Allah. Allah telah menyediakan untuk mereka
surga-surga yang mengalir dibawahnya sungai-sungai, mereka kekal didalamnya. Yang
demikian itulah keberuntungan yang besar.”(QS.
At-Taubah:100)
22. Mengajarkan
kepada anak-anak agar meminta izin kalau mau memasuki kamar orang tuanyam atau
kamar saudara-saudaranya yang lain.
Allah
berfirman:
“Apabila anak-anakmu telah baligh,
hendaklah mereka minta izin kalau masuk ke kamarmu sebagaimana orang lain
meminta izin. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu. Allah Maha
Mengetahui dan Maha Bijaksana.”(QS. An-Nuur:59)
Kamar
orang tua dengan anak sudah baligh (remaja) hendaknya terpisah. Dengan demikian
ketika orang tua sedang mengadakan hubungan suami istri atau berbicara hal-hal
yang bersifat pribadi anak-anaknya tidak ada yang tahu.
23. Sesuatu
yang perlu mendapat perhatian dalam mendidik anak adalah tidak tergesa-gesa
untuk mendapatkan hasil. Oleh karena itu, kewajiban orang tua apabila ia telah
berusaha mencurahkan segala kemampuan untuk kebaikan anaknya; ia telah berusaha
memberi nasehat, memperingatkan, serta menjelaskan hal-hal positif dan negatif
kepadanya, bahkan telah mencurahkan segala potensi yang dimilikinya maka ia
tidak boleh bersikap tergesa-gesa memetik hasilnya. Justru, ia berkewajiban
bersabar dan terus-menerus berdoa untuk kebaikan anaknya, maka bisa jadi
setelah waktu tertentu si anak akan menerima semua nasehat dan peringatan
tersebut.
24. Diantara
sesuatu yang dapat membantu proses pendidikan ialah hendaknya orang tua
menyadari bahwa nasehat itu tidak akan sia-sia. Sekalipun seseorang belum
mendapatkan hasil dari usahanya memberi nasihat kepada anak-anaknya dan
hasratnya agar mereka diberi petunjuk oleh Allah serta menjadi anak-anak yang
saleh, namun hal itu bisa dijadikan alasan dihadapan Allah kelak. Sebab,
nasehat itu tidak akan siasia selama-lamanya, ia bagaikan benih yang ditaburkan
ke tanah, sedangkan Allah yang manangani penyiramannya, pemeliharanannya, dan
pertumbuhannya.
Allah
berfirman:
“Hai orang orang yang berfirman,
jagalah dirimu dan keluargamu dari apa neraka yang bahan bakarnya terbuat dari
manusia dan batu.”(QS. At-Tahrim:6).
25. Membantu
anak-anak melaksanakan atau meningatkan kebajikan.
26. Memelihara
balasan yang baik untuk anak-anak. Di antara sesuatu yang baik dilakukan oleh
orang tua ialah menghargai amal saleh anak-anaknya.
Orang
yang berilmu anak mendapatkan kedudukan yang tinggi disisi Allah. Hal ini
sesuai dengan firman Allah.
“Allah meninggikan orang yang
beriman diantara kamu dan orang-orang yang berilmu beberapa derajat. Dan Allah
Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”(QS. Al-Mujaadalah:11).
Mengingat
betapa pentingnya ilmu, maka Islam mewajibkan pemeluknya untuk rajin menuntut
ilmu. Dan ilmu yang paling utama yang harus dipelajari oleh setiap umat Islam
adalah ilmu Al-Qur’an
Rasululllah
bersabda:
” Barang siapa menempuh jalan untuk
mencari ilmu, maka Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga.”
Ali
bin Abu Thalih berkata:
”Ilmu itu lebih beharga daripada
harta. Sebab ilmu menjaga kamu. Sedangkan harta, kamu harus menjaganya.”
Abdul
malik berkata:
“Anakku, pelajarilah ilmu. Jika
pemimpin, kamu bisa mengungguli prang lain. Jika penengah , kamu bisa bersikap
benar. Dan jika menjadi rakyat, kamu bisa hidup.”
Yang
kita harapkan bukan sekedar ilmu, tetapi ilmu yang bermanfaat.
Rasulullah
bersabda:
“Ya Allah, sungguh aku memohon
kepada Engkau ilmu yang bermanfaat, rezeki yang baik, dan amal yang diterima.”(HR
Ibnu Majah dan Imam Ahmad).
Ilmu
yang bermanfaat yaitu ilmu yang dapat mendekatkan pemiliknya kepada Allah. Ilmu
tersebut dapa memberi manfaat bagi dirinya dan orang lain. Ilmu tersebut dapat
berupa ilmu agama (ilmu diniyyah) atau ilmu pengetahuan umum (ilmu kauniyyah).
Dan dengan ilmu tersebut dia akan dekat kepada Allah dan takut kepada Allah.
Allah
berfirman:
“Sesungguhnya yang taku kepada
Alllah diantara hamba-hambanya hanyalah para Ulama (orang yang berilmu).”(QS.Faathir:28)
Alangkah
baiknya kalua kita mempunyai ilmu yang bermanfaat lalu kita mengajarkan ilmu
tersebut kepada orang lain. Dengan demikian kita tetap mendapat pahala walau
kita telah meninggal dunia. Didalam hadist disebutkan bahwa bila seseorang
meninggal dunia, maka putuslah amalnya, kecuali tiga hal:
-
Pertama sedekah jariah seperti membangun
masjid dan madrasah.
-
Kedua, ilmu yang bermanfaat.
-
Ketiga, anak saleh yang mendoakan kedua
orang tuanya.
Mengajarkan Al-Qur’an dan as-Sunnah
Orang
tua harus mengajarkan ilmu agama kepada anak-anak, terutama al-Qur’an dan
as-sunnah. Dan orang tua juga harus mengajarkan ilmu pengetahuan umum kepada
anak-anaknya untuk bekal hidup sesudah mereka dewasa kelak.
Ajarkanlah
al-Qur’an dan as-sunnah kepada anak-anak, laki-laki maupun perempuan.
Pengajaran yang di berikan kepada anak-anak hendaknya sesuai dengan tingkat
kecerdasan dan usianya.
Dengan memahami
al-Qur’an dan as-sunnah, anak-anak dapat beribadah dengan baik dan benar dan
mempunyai keimanan yang lebih bersih. Bila orang tua tidak ahli dalam agama,
amaka dia dapat mengundang sorang ustadz untuk mengajarkan agama kepada
anak-anaknya.
Rasulullah bersabda:
“Barang siapa dikehendaki oleh
Allah kebaikan baginya, maka Allah akan memberikan pemahaman kepadanya tentang
masalah agama.”(HR. Bukhari dan Muslim).
Dasar
agama Islam adalah al-Qur’an dan as-sunnah. Maka hendaknya kita mengajarkan
kepada anak kita al-Qur’an dan as-sunnah. Dan untuk lebih memahamkan agama
kepada anak-anak, maka kita juga mengajarkan ilmu fikih dan ilmu tauhid. Dengan
demikian, anak kita mempunyai akidah yang benar dan dapat beribadah dengan
benar. Kalau kita bukan ulama, kita akan mengalami kesulitan dalam mengajarkan
agama kepada anak-anak kita. Karena itu alangkah baiknya kali kita
menyekolahkan anak-anak kita pada sekola Islam. Dengan demikian kewajiban kita
untuk mengajarkan agama Islam kepada anak kita dapat dipenuhi oleh sekolah
Islam.
Rasulullah
bersabda:
“Ajarilah anak-anak kalian mengenai
tiga hal; kecintaan kepada nabi kalian, mencintai keluarganya, dan membaca
Al-Qur’an. Karena sesungguhnya para pembaca Al-Qur’an itu berada dibawah
naungan singgasana Allah di hari kiamat di mana tiada naungan kecuali
naungan-Nya bersama para Nabi dan orang-orang pilihan-Nya.”(HR.
Thabrani dan Ibnu An-Najjar).
Memilihkan sekolah yang tepat untuk
anak.
1. Pilh sekolah yang benar-benar Islami.
Pilih
sekolah yang mengutamakan mutu pendidikan dengan konsep Isam. Dari sisi
penerapan keagamaan di sekolah tersebut dapat di ketahui sejauh mana sekolah
tersebut menerapkan nilai-nilai keagamaan kepada anak-anaknnya.
2. Pilih
sekolah yang memiliki guru yang saleh
Hal
ini dapat dilihat dari akhlak mereka dan ibadah mereka.Utbah bin Abu Sufyan
berkata kepada guru anak-anaknya, Abdush-Shamad :
” Hendaklah yang kamu kalukan dalam
mendidik anakku adalah memperbaiki dirimu sendiri karena mata mereka mengikuti
langkah-langkahmu. Yang baik menurut mereka adalah ada saja yang kamu lakukan
dan kamu perbuat, sementara yang jelek menurut mereka adalah apa saja yang kamu
tinggalkan.”
3.
Pilih sekolah yang menerapkan
konsep komunitas Islam.
Misalnya apakah sekolah tersebut menerapakan suasana
Islami, perilaku pendidik dan anak didiknya apakah menerapakan suasana Islami
dilingkungan sekolah sperti kebiasaan salam , kebiasaan shalat berjamaah
dimasjid dan sebagainya.
Membiasakan membaca buku.
Allah
berfirman:
1. ”
Bacalah dengan nama Tuhanmu yang telah menciptakan.
2. Dia
menciptakan manusia dari segumpulan darah
3. Bacalah,
dan Tuhanmu adalah Maha Mulia
4. Dia
mengajarkan (manusia) dengan pena.
5. Dia
mengajari manusia apa-apa yang tidak diketahuinya.”
(QS.
Al-Alaq:1-5)
Ayat diatas
menjelaskan tentang pentingnya kedudukan baca tulis dalam memperlajari ilmu
pengetahuan. Sebab hanya manusia yang dapat membaca dan menulis. Allah
mengajari manusai dengan perantaraan pena. Artinya dengan mempergunakan pena
atau tulisan, maka hanyalah ilmu pengetahuan yang dapat dipelajari dan dihimpun
oleh manusia.
1. Aktivitas
membaca buku
Membaca merupakan
aktivitas untuk menambah ilmu pengetahuan dan juga wawasan berfikir
Allah berfiman:
“
Maka berilah kabar gembira kepada hamba-hambaku. Yaitu orangorang yang
mendengarkan perkataan (informasi), lalu dia mengikuti yang paling baik dari
perkataan tersebut. Mereka itu adalah orang-orang yang diberi petunjuk oleh
Allah dan mereka itu adalah ulul-albab.”(QS Az-Zumar:17-18).
Jadi
sifat ulul-albab (orang mukmin yang cerdas) adalah mempunyai semangat belajar
yang tinggi, suka mencari informasi dari buku,ceramah atau internet, tetapi
mereka bersikap kritis.
2. Perpustakaan
dirumah
Setiap keluarga muslim
hendaknya membuat perpustakaan rumah, walaupun perpustakaan yang sederhana,
perpustakaan itu mencakup buku-buku dan kaset-kaset yang cocok bagi anak--anak
maupun orang tuanya.
3. Merangsang
terjadinya lompatan kecerdasan.
Membaca buku anak
merangsang otak sehingga kecerdasan meningkat dan fungsi indranya berkerja
lebih aktif.
4. Mematangkan
emosi
Kebiasann membaca sejak
usia dini bagi anak-anak dapat mematangkan emosi mereka. Anak terbiasa berfikir
dan menggunakan pengetahuannya untuk memahami keadaan sekeliling.
5. Menambah
kosakata
Membaca buku dapat
menambah kosakata dan pengetahuan tata bahasa. Yang lebih penting lagi membaca
akan mengenalkan kita pada banyak ragam ungkapan kreatif.
6. Menambah
bijaksana dalam menghadapi kehidupan
7. Membaca
memicu imajinasi.
Rasulullah bersabda:
“Barang
siapa ingin berbahagia di dunia, hendaknya dia berilmu. Barang siapa ingin
berbahagia diakhirat, endaknya dia berilmu. Dan barang siapa ingin berbahagia
didunia dan di akhirrat, maka hendaknya dia berilmu.”
b.
Cara
yang dilakukan untuk membangkitkan potensi anak.
Banyak
cara yang dapat digunakan untuk mengoptimalakn potensi anak. Kualitas anak
dipengaruhi oleh banyak hal.
Pertama,
keadaan orang tua itu sendiri. Biasanya orang tua yang cerdas akan melahirkan
anak yang juga cerdas. Orang tua yang saleh biasanya juga melahirkan anak yang
saleh. Karena itu Rasulullah menyuruh kita untuk mencari istri yang saleh.
Kedua,
yaitu makanan. Anak yang diberi makanan halal dan baik akan tumbuh menjadi anak
yang sehat dan kuat.
Ketiga,
yaitu pendidikan. Anak yang mendapat pendidikan yang baik dan sesuai dengan
kemampuan anak, maka ia akan tumbuh secara optimal.
Yang juga perlu
diketahui oleh orang tua ialah bahwa bakat dan kecerdasan maunia itu
bermacam-macam . orang tua hendaknya mengetahui bakat dan kecerdasan anaknya
lalu dapat menumbuhkan secara optimal.
Allah
berfirman:
“Katakanlah: ‘tiap-tiap orang yang
beramal menurut bawaanya’(QS. Al-Isra:84).
Rasulullah
bersabda:
“Manusia yang paling baik adalah
manusai yang paling bermanfaat bagi orang lain.”
Memberi
Makanan Yang Bergizi
1.
Menyusui
anak
Seorang
ibu hendaknya menyusi anaknya yang baru lahir selama dua tahun. Kalau tidak
memungkinkan, ibu boleh menyusi kurang dari dua tahun. Penelitian metakhir
menunjukan bahwa kualitas air susu ibu (ASI) tidak bisa digantikan oleh susu
apapun. Karena itu, Islam menganjurkan kepada para ibu supaya menyusui
anak-anaknya.
Allah berfirman: “Ibu-ibu hendaknya menyusukan anak-anaknya
selama dua tahu, bagi orang yang menghendaki akan menyempurnakan penyusuan. Dan
kewajiban ayah (suami) memberi makan dan pakaian kepada para ibu (istrinya)
dengan cara yang baik. Seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar
kesanggupannya. Janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan karena anaknya dan
juga seorang ayah karena anaknya. Dan warisanpun berkewajiban demikian. Apabila
keduanya ingin menyapih (sebelum dua tahun) dengan kerelaan keduanya dan
bermusyawarah, maka tidak ada dosa atas keduanya.”
2.
Pola
makan yang sehat
Makanan
yang sehat adalah makanan yang mengandung unsur-unsur makanan yang sempurna. Makanan
yang sehat haus terdiri dari: karbohidrat, zat lemak, mineral, protein,
vitamin, serat dan air.
Allah
berfirman:
“Maka hendaklah manusia itu
memerhatikan makanannya. Sesungguhnya
Kami benar-benar telah mencurahkan air (dari langit), kemudian Kami belah bumi
dengan sebaik-baiknya, lalu Kami tumbuhkan biji-bijian di bumi itu, anggur dan
sayur-sayuran, zaitun, dan pohon kurma, kebun-kebun yang lebat, dab buah-buahan
serta rumput-rumputan. Untuk makanan bagimu dan untuk binatang-binatang
ternakmu.”(QS.’Abasa:24-32).
Membangkitkan Percaya Diri
Allah
berfirman:
“Janganlah kamu merasa lemah dan
janganlah kamu berduak cita. Karena kamu adlah umat yang paling tinggi, jika
kamu benar-benar orang yang beriman.”(QS. Ali-Imran:139).
Salah
satu hal yang menghambat potensi anak kita adala kurang percaya diri. Karena
itu orang tua harus menumbuhkan rasa percaya diri pada anaknya sehingga dia
dapat tumbuh secara optimal.
Memahami Potensi dan Bakat Anak
Bakat
dan kecerdasan anak berbeda-beda. Ada anak yang mempunyai bakat dalam banyak
bidang sekaligus, tetapi ada pula anak yang hanya mempunyai kecerdasan satu
bidang saja. Kalau anak belajar pada bisang yang sesuai dengan bakat dan
minatnya, amak dia akan berprestasi tinggi. Sebaliknya kalau dia belajar pada bisang
yang bukan bakatnya, maka prestasi akan rendah sehingga sulit untuk bersaing
dalam masyarakat yang kian konpetitif. Karena itu cukup banyak anak yang tidak
sukses di sekolah, tetapi sukses di bidang lain. Karena dia punya bakat yang
lebih spesifik. Contohnya para seniman dan para artis.
Horward
Gardner telah mengidentifikasikan tujuh kejeniusan atau kecerdasan yang berbea,
yakni:
1. Linguistik verbal :
ini dalah kercerdasan yang sekarang dipakai oleh sistem pendidikan kita untuk
mengukur IQ seseorang
2. Numerik : ini
adalah kecerdasan yang berhubungan dengan data yang diukur dalam angka-angka.
3. Spasial :
ini
adalah kecerdasan yang dimiliki oleh orang-orang kreatif, para artis dan
desainer.
4. Fisik : ini
adala kecerdasan yang dimiliki oleh para olahragawan.
5. Intrapersonal :
ini adlah kecerdasan yang kerap disebut kecerdasan emosional.
6. Interpersonal :
ini
adalah kercerdana yang berasal dari umat manusia terhadap hal-hal di sekeliling
mereka.
Mengoptimalkan Potensi Anak
Anak
akan lebih berhasil dalam hidupnya apa bila dia bekerja sesuai dengan bakatnya.
Jadi tugas orang tua adalah menemukan kecerdasan anak-anaknya. Dan yang lebih
penting lagi, anak akan sukses kalau dia
itu belajar pada bidang yang disukainya. Dan lebih baik lagi kalau anak
mempunyai kecerdasan pada bidang tertentu, lalu disekolahkan pada bidang
tersebut. Maka anak akan berkembang secara optimal.
c.
Kiat
mendidik anak yang bermasalah.
Anak
yang bermasalah
Terkadang pada
kasus-kasus tertentu orang tua mengalami kesulitan dalam mendidik anak, yaitu
anak mengalami ketidaknormalan atau anak normal namun menunjukkan perilaku yang
bermasalah (anak nakal).
Anak-anak
yang tidak normal, yang mengalami masalah dalam menerima pendidikan dari orang
tua secara wajar, biasanya ditunjukkan dengan keterlambatan penerimaan
pemahaman karena mengalami kendala dalam penerimaanya. Dengan kurangnya
pemahaman yang diserap oleh anak maka
dapat memunculkan perilaku yang tidak baik. Perilaku anak seperti ini dapat menimbulkan masalah bagi
orang-orang yang berada pada lingkungan tempat hidup dan interaksi anak.
Sebagai contoh perilakuyang diperlihatkan oleh anak-anak penderita autis dan
hiperaktif.
Autisme
Autisme
bukanlah penyakit menular, namun suatu gangguan perkembangan yang luas yang ada
pada anak. Mereka hidup dalam dunianya sendiri. Seorang ahli mengatakan autisme
adalah dasar dari manusia yang kepribadian ganda (Sizhophren). Autis pada anak
berbeda-beda tarafnya dari yang ringan sampai yang berat. Autis dapat terjadi
pada siap saja tanpa membedakan perbedaan status sosial maupun ekonomi.
Hiperaktif
Gangguan
pemusatan perhatian disertai gejala hiperaktivitas motorik yang dikenal sebagai
Attention Deficir Hiperactivity Disorder (ADHD) atau Attention Deficit Disorder
(ADD) menjangkiti 3% -5% anak berusia 4 - 14 tahun. Gejalanya anak mengalami
kesulitan dalam memusatkan perhatian (defisit dalam memusatkan perhatian)
sehingga anak tidak dapat menyelesaikan tugas-tugasnya yang diberikan kepadanya
secara baik, selalu gelisah dan tidak bisa duduk dengan tenang, bersikap apatis
terhadap lawan bicaranya, mudah terpengaruh oleh stimulus yang datang dari luar
dirinya, sering mengucapkan kata-kata secara spontan (tidak sadar) dan
mengalami kesulitan dalam bermain bersama temannya karena ia tidak memiliki
perhatian yang baik.
Anak
Nakal
Anak nakal adalah anak
yang mengekspresikan tindakan yang melanggar norma dan aturan yang diberlakukan
pada mereka. Perilaku nakal yang dilakukan anak, seringkali berakibat negatif,
baik bagi dirinya ataupun orang lain, seperti : malas, tidak disiplin,
berkata-kata kasar dan senang berkelahi untuk menunjukkan superioritas atas
anak-anak yang lain. Anak normal, anak autisme dan hiperaktif dapat berkembang
menjadi anak nakal bila orang tua kurang serius dalam mendidik anak-anaknya.
Kiat mengatasi anak yang bermasalah
Untuk
mendidik anak-anak bermasalah seperti autisme dan hiperaktif diperlukan
cara-cara berbeda dengan anak normal. Kiat-kiat yang diperlukan untuk mendidik
anak yang bermasalah antara lain sebagai berikut.
1.
Menerima
kekurangn yang ada pada diri anak dengan ikhlas dan sabar .
Ketika orang tua
memiliki anak yang bermasalah, maka hal ini merupakan ujian. Karena itu orang
tua harus memilik kesadaran bahwasanya ujian ini datangnya dari Allah.
Allah befirman:
“
Apakah manusia mengira bahwa mereka anak dibiarkan hanya karena mereka
mengatakan kami beriman, padahal mereka belum diuji.”(QS.
Al Ankabut:1-2)
“Sesungguhnya
hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu); dan di sisi Allah-lah pahala
yang besar.”(QS. At-taghaabun:15)
2.
Tetap
melanjutkan proses pendidikan
Proses
pendidikan bagi anak bermasalah harus tetap dilakukan. Hal ini sangatlah
penting walaupun akan memerlukan energi yang berlebih. Melakukan proses
pendidikan yang baik pada anak-anak yang bermasalah merupakan tantangan bagi
kedua orang tua sekaligus wujud tanggung jawab pada anak.
Rasulullah bersabda:
“Tidak
ada pemberian orang tua kepada anak yang lebih utama daripada pendidikan yang
baik.”(HR. Tirmidzi)
Disamping itu pendidikan yang baik juga
merupakan wujud kasih sayang orang tua kepada anak.
3.
Tidak
berputus asa
Apabila orang
tua ketiak sedang melakukan proses pendidikan dan melihat anaknya masih
menjunjukkan pembangkangan bahkan penentangan, dan sulit untuk diatur, maka
sekali-kali dilarang untuk berputus asa dalam berusaha mendidik anak demi
kebaikan mereka. Karena putus asa dari rahmat Allah bukanlah tipe orang-orang
beriman. Justru , ia berkewajiban untuk menanti kelapangan dari Allah.
Barangkali rahmat Allah segera datang sehingga membuat anak sembuh dan dapat
dengan mudah mengikuti ajaran kita dan menjadi anak yang mempunyai perilaku
yang baik.
Allah berfirman:
“Janganlah
kamu putus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tidaklah putus asa dari rahmat
Allah kecuali orang-orang yang kafir.”(QS. Yusuf:87)
4.
Menjalani
proses terapi dan pendampingan anak.
Tidaklah Allah mendatangkan pada diri manusia itu
penyakit melaikan bersama obatnya. Rasulullah bersabda :
“Tidaklah Allah menurunkan suatu
penyakit, melainkan Dia menurunkan obatnya.”(HR. Bukhari dan
Muslim).
“Sesungguhnya Allah menurunkan
penyakit beserta obatnya, dan Dia telah menetapkan bagi setiap penyakit
obatnya, maka janganlah berobat dengan perkara yang haram.”(HR.
Abu Dawud).
Anak-anak
dengan masalah pada dirinya, seperti autisme dan hiperaktif sesungguhnya dapat
tumbuh menjadi orang dewasa memiliki perilaku positif, bahkan dapat hidup
normal dan berprestasi, ketika mereka diberi terapi secara medis dan psikologis
yang baik. Oleh karena itu lakukanlah pengobatan pada anak dan lakukan
pendampingan agar orang tua lebih memahami perkembangan anak.
5.
Berusaha
mengenali gejala anak bermasalah lebih dini.
Dengan kemampuan untuk mengenali gejala anak
bermasalah lebih dini, ini akan membuat orang tua mampu untuk mengarahkan anak
dengan baik lagi, dan peluang anak untuk bisa sembuh lebih besar lagi.
6.
Bermusyawarah
dengan orang yang ahli dalam bidang pendidikan.
Orang tua hendaknya bermusyawarah dengan para ahli
dibidang pendidikan seperti kalangan ulama, juru dakwah, pengajar, pendidik
maupun pakar.
7.
Menambah
pengetahuan dengan membaca buku=buku yang bermanfaat.
Orang tua hendaknya rajin membaca buku pendidikan
mengenai anak bermasalah. Hal ini akan membantu untuk medidik anak, karena
dengan membaca hasil dan percobaan (eksperimen), dan keahlian orang lain dalam
mendidik anak, maka orang tua akan mengambil pelajaran dari pengalaman orang
lain tersebut.
8.
Menampakkan
ketidaksukaan terhadap perilaku anak yang tidak baik.
Ketika anak kita berbuat tidak baik, maka
tunjukkanlah rasa tidak suak terhadap perbuatan yang dilakukan anak, serta
berikan penjelasan mengapa perbuatan anak tersebut tidak disukai orang tua.
9.
Menerapkan
hukuman yang persifat mendidik.
Hukuman bagi anak yang melakukan penggaran memang
diperlukan, akan tetapi orang tua harus secara bijak memilih hukuman yang akan
diberlakukan pada anak. Pilihlah hukuman yang bersifat mendidik, dengan kata
lain meskipun anak merasa tidak nyaman, namun dengan hukuman tersebut secara
tidak langsung membuat anak menjadi lebih baik.
10. Menjadikan materi sebagai sarana
dala mendidik.
Ketika kata-kata tidak mampu untuk mengendalikan
tingkah laku anak, maka materi atau uang bisa di jadikan sebagai salah satu
sarana untuk dapat mengendalikan anak.
Dengan
cara yang sama orang tua dapat mengendalikan anak-anak yang bermasalah dengan
menggunakan uang. Caranya adalah sebagai berikut :
a. Tidak
memanjakan anak dengan uang
b. Tidak
membiasakan anak merasa berhak atas uang orang tua, terutama jika anak beranjak
usia remaja.
c. Menghentikan
pemberian uang pada anak ketika anak tidak melaksanakan kewajibannya dengan
baik, seperti: lalai terhadap shalat, tidak mau pergi sekolah dan kurang
berbakti pada kedua orang tua. Uang baru diberikan ketika kewajiban tersebut
berjalan dengan baik namun tetap dalam kadar yang layak, tidak berlebih tetapi
juga tidak kurang.
11. Mengeluarkan anak dari lingkungan
yang buruk
Anak menjadi naka biasanya terpengaruh oleh
orang-orang dilingkungan tempat ia biasa berinteraksi. Ketika orang tua
mengetahui anak sering bergaul dengan orang-orang yang memilik akhlak yang
buruk, maka cegah dan larang anak untuk mengunjugi dan berinteraksi dengan
mereka. Menengeluarkan anak dari lingkungan tidak baik bisa dengan memberika
kegiatan alternatif yang lebih bermanfaat pada anak, dimana orang tua tahu
persis kegiatan tersebut melibatkan orang-orang yang baik.
12. Menyerahkan pendidikan anak pada
pihak lain yang terpecaya
Keputusan orang tua untuk menyerahkan pendidikan dan
pembinaan anak pada pihak lain adalah apabila orang tua sudah tidak mampu
mendidik anak bermasalah.
13. Memohonkan ampunan kepada Allah
bagi anak.
Sebagaimana memohonkan ampunan bagi orang-orang
mukmin laki-laki dan perempuan. Maka banyak-banyaklah beristighfar dan
memohonkan ampun kepada Allah atas segala kesalahan yang dilakukan oleh
anak-anak kita yang bermasalah dan berharap mereka terhenti dari berbuat salah
dan dosa.
Allah
berfirman:
“Maka ketahuilah, bahwa
sesungguhnya tidak ada Allah (sesembahan Tuhan) selain Allah dan memohonlah
ampunan bagi dosamu dan bagi (dosa) orang-orang mukmin laki-laki dan perempuan,
Allah mengetahui tempat kamu berusaha dan tempat kamu tinggal.”(QS
Muhammad:19)
Disamping
istighfar, orang tua hendaknya juga berdoa kepada Allah supaya diberi anak yang
saleh. Di dalam al-Qur’an juga
dijelaskan dia Nabi Ibrahim supaya diberi anak yang saleh.
Allah
berfirman:
“Ya
Tuhanku, berilah kepadaku seorang naka yang saleh.”(QS.
Ash-shaffaat:100).
14. Berusaha menghadirkan kesadaran
pada anak dengan kehidupan akhirat.
Sangat
penting bagi anak apabila orang tua selalu mengingat anak anak kehidupan setelah
alam dunia yaitu akhirat. Dengan begitu anak menjadi tahu bahwa perilakunya
didunia selain akan memberikan efek langsung didunia tapi juga akan ia
pertanggung jawabkan kelak diakhirat. Tentu saja ini berlaku bagi anak yang
sudah menginjak usia remaja atau sudah dewasa.
Mengingatkan
anak akan akhirat juga dapat orang tua lakukan dengan sering-sering membacakan
ayat Al-Qur’an tentang perilaku jahat yang akan mendapatkan balasan neraka dari
Allah, sebagaimana firman-Nya:
“ Dan orang-orang yang mengerjakan
kejahatan (mendapat) balasan yang setimpal dan mereka ditutupi kehinaan. Tidak
ada bagi mereka seorang pelindungpu dari (azab) Alla, seakan-akan muka mereka
ditutupi dengan kepingan-kepingan malam yang gelap gulita. Mereka itulah
penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.”(QS. Yunus:27)
BAB III
KESIMPULAN
Rasulullah SAW telah
menetapkan tanggung jawab terhadap laki-laki (suami) dan perempuan (istri)
dalam kapasitas sebagai pemimpin yang berbeda didalam sebuah keluarga. Suami
sebagai pemimpin bertugas mengendalikan arah rumah tangga serta menjamin
kebutuhan hidup sehari-hari (seperti makanan, minuman dan pakaian) serta
bertanggung jawab penuh atas berjalannya seluruh fungsi-fungsi keluarga. Suami
pula yang bertugas sebagai benteng dalam kehidupan bermasyarakat.
Adapun
istri berperan sebagai pelaksana teknis tersedianya kebutuhan hidup keluarga
serta penanggung jawab harian atas terselenggaranya segala sesuatu yang
memungkinkan fungsi-fungsi keluarga tersebut dapat dicapai. Berjalan tidaknya
fungsi-fungsi keluarga secara adil dan memadai merupakan indikasi tercapai
tidaknya keharmonisan dalam keluarga. Namun, ibarat mengayuh perahu, keduanya
harus saling kompak dan bekerjasama agar biduk rumah tangga tidak terbalik.
Fungsi-fungsi keluarga yang dimaksud adalah fungsi reproduksi (berketurunan),
proteksi (perlindungan), ekonomi sosial, edukasi (pendidikan), afektif
(kehangatan dan kasih sayang), rekreasi dan fungsi religi (keagamaan). Tugas
utama seorang istri secara umum ada dua: (1)
sebagai ibu, yang berkaitan langsung dengan pemenuhan fungsi reproduksi
serta fungsi edukasi; (2) sebagai pengatur rumah tangga, yang berkaitan dengan
pemenuhan fungsi-fungsi keluarga yang lainnya.
Sepanjang
sejarah peradaban manusia, peran seorang ibu sangat besar dalam mewarnai dan
membentuk dinamika zaman. Lahirnya generasi-generasi bangsa yang unggul,
kreatif, penuh inisiatif, bermoral tinggi, berevisi kemanusiaan, beretos kerja
andal dan berwawasan luas, tidak luput dari sentuhan seorang ibu. Ibulah orang
pertama kali memperkenalkan, mensosialisasikan, menanamkan, dan mengakarkan
nilai-nilai agama, budaya, moral, kemanusiaan, pengetahuan, dan keterampilan
dasar, serta nilai-nilai luhur lainnya kepada seorang anak.
Dengan kata
lain, peran ibu sebagai pencerah peradaban, “pusat” pembentukan nilai, atau
“patokan” penafsiran makna kehidupan makna kehidupan, tak seorang pun
menyangsikannya. Namun seiring gerak roda peradaban, peran ibu sebagai pencerah
peradaban bakal menemui tantangan yang semakin berat. Setidaknya ada dua
tantangan mendasar yang harus dihadapi oleh seorang ibu ditenga dinamika
peradaban global. Pertama, tantangan internal dalam lingkungan keluarga yang
harus tetap menjadi sosok feminin yang lembut, penuh perhatian dan kasih
sayang, serta sarat sentuhan cinta yang tulus kepada suamidan anak-anak. Kedua,
tantangan eksternal diluar kehidupan rumah tangga seiring tuntutan zamam yang
semakin terbuka terhadap masuknya nilai-nilai global yang menuntut dirinya untuk
bersikap maskulin.
Dalam menyikapi
dan menyiasati dua tantangan mendasar itu, seorang ibu jelas dituntut untuk
semakin memaksimalkan perannya, memberdayakan potensi dirinya sehingga mampu
tampil feminin dan maskulin sekaligus dalam menerjehmakan dan menginternalasasi
selera zaman yang mustahil dihindarinya sebagai seorang ibu yang hidup diera
globalisasi. Ini artinya, fitrah seorang ibu tidak hanya “dicairkan” dalam
lingkup domestik, tetapi juga harus ditebarkan pada ranah publik, seiring
dengan semakin kompleks dan rumitnya masalah-masalah yang harus diatasi.
Peran ibu dalam
mengokohkan ketahanan keluarga adalah tugas yang berat, namun karena Allah
menciptakan perempuan sebagai ibu untuk memelihara kehidupan, ketahanan untuk
memelihara kehidupan sudah buit in
dalam diri ibu. Hanya apakah para ibu menyadarinya potensinya atau tidak.
Tatkala ibu bisa memerankan tugasnya dengan baik, sehingga terbina keluarga
yang berkualitas secara utuh dan menyeluruh, Allah telah menjanjikan
imbalan-Nya. Dalam mengokohkan ketahan keluarga, berangkat dari keikhlasan,
kesabaran dan keluasan ilmu, ibu harus siap memberikan keteladanan, membimbing,
memotivasi, mensupport terhadap kebaikan dan bersama-sama memecahkan masalah
keluarga dengan upaya doa.
Dan orang-orang yang sabar karena
mencari keridhaan Tuhannya, mendirikan shalat, dan menafkahkan sebagian rezeki
yang Kami berikan kepada mereka, secara sembunyi atau terang-terangan serta menolak kejahatan dengan kebaikan;
orang-orang itulah yang mendapat tempat kesudahan
(yang baik). (Yaitu) surga ‘Adn yang
mereka masuk ke dalamnya bersama-sama dengan orang-orang yang saleh dari
bapak-bapaknya, isteri-isterinya dan anak cucunya, sedang malaikat-malaikat
masuk ketempat-tempat mereka dari semua pintu.(QS. Ar-Ra’du:22-23)
Keluarga
merupakan komunitas sosial yang terkecil dilingkungan masyarakat, tapi apabila
suatu keluarga itu tidak terbina dengan pola pendidikan dan akhlak yang baik,
maka kita akan kehilangan masa depan. Bukankan kerusakan suatu negara/bangsa
karena pembinaan masyarakat yang lemah. Akibat dari prilaku masyarakat juga
ditimbulkan dari ketidakharmonisan keluarga, yang berakar pada prilaku
pendidikan dan tanggung jawab orang tua terhadap keluarga dan anak-anaknya.
Keberhasilan
pembinaan rumah tangga bukan diukur dari rumah yang besar, fasilitas yang
mewah, semua kebutuhan terpenuhi, kendaraaan yang siap suatusaat,atau segala
aktivitas dan kesibukan yang menghasikaln uang,. Namun dibalik tanggung jawab
dan perna orang tua , ada kekuatan yang maha dahsyat. Tapi sangat disayangkan
sebagian besar mereka tidak tertarik dengan perkerjaan itu. Rasulullah ketika
ditanya tentang peran kedua orang tua, beliau menjawab:
“ Mereka adalah (yang menyebabkan)
surgamu atau nerakamu.”(HR. Ibnu Majah)
Kalau kita amati
hadist tersebut, tentu dalam benak kita membayangkan seorang ibu peruh baya
dengan kondisi yang tubuh kurang sehat, karena makannya tidak teratur, itupun
harus berbagi dengan anak-anaknya. Sementara pakaian yang digunakan pastilah
kumal dan tidak karuan. Gambaran seperti ini tentulah tidak asing dan sering
kira jumpai jalan-jalan kota, perempatan lampu lalu lintas, dan tempat-tempat
yang lalu lalang. Seorang ibu dengan anaknya yang dicintainya berjuang sekuat
tenaga, agar anak kandungnya itu tidak kelaparan. Bahkan jauh dari angannya,
ibu ittu punya satu harapan; yaitu kelak suatu hari nanti anaknya bisa hidup
lebih baik dari ibunya.
Dibalik peran
ibu yang maha dahsyat dalam membina dan mendidik rumah tangganya. Ia pun harus
rela menanggalkan kariernya, kesibukann dikantor, jabatan atau aktivitas yang
banyak menyita waktu, bahkan tak sempat untuk bercanda dan bergurau atau
membicarakan sesuatu dengan buah hatinya. Inilah saatnya para ibu sejati
membuktikan kasih sayangnya kepada suami dan anak-anaknya. Kodrat wanita
sebagai ibu rumah tangga sangat mulia, bagaimana mendidik anak dengan benar?
Dan bagaimana dengan anda sendiri?
DAFTAR PUSTAKA
-
Chomaria nurul. Menjadi Ibu Penuh Cinta,
Solo. PUSTAKA ILTIZAM Desember 2009.
-
Hasan.Ir.Mt. Anak Saleh, Kiat dan Petunjuk
Dalam Mendidik Anak Secara Islami, Bandung. CIPTA DEA PUSTAKA, Mei 2008.
-
Http://fahyu.wordpress.com/2014/02/06/Kepemimpinan-orang-tua-dalam-keluarga-dengan-pembentukan-kematangan-diri-siswa-smp-bab-ii
diakses pada tanggal /29/05/2015.
-
perananorangtuasebagaipendidikdirumah.blogsopt.com,
diakses pada tanggal /29/05/2015
Tugas
Akhir Mata Kuliah
KEPEMIMPINAN
Dosen : A.Muh Yusri Teja. S.pdi.Mpd.
KEPEMIMPINAN ORANG TUA DALAM RUMAH
TANGGA
![]() |
Nama : Murniati
Nim : 1331076
Jurusan : Tarbiyah (Pai)
SEMESTER IV
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM
DARUL DAKWAH WAL IRSYAD ( STAI DDI
) MAROS

KATA PENGANTAR
Alhamdulillah
segala puji syukur kehadirat Allah SWT. Yang telah melimpahkan karunia dan
rahmat-Nya pada setiap makhluk-makhluknya. Lautan kasih sayang yang tak pernah
pilih kasih kepada semua hamba-Nya.
Salawat dan salam senantiasa tercurahkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW,
keluarga, sahabat-sahabatnya, tabi’in dan orang-orang yang senantiasa istiqomah
dalam langkah perjuangannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “ KEPEMIMPINAN ORANG TUA DALAM KELUARGA “
Makalah
ini di ajukan sebagai tugas akhir mata kuliah LEADERSHIP/ KEPEMIMIPINAN,“ semoga
makalah ini bermanfaat bagi setiap orang orang yang menbacanya dan apabilah
terdapat kesalahan atau kekurangan dalam makalah ini, mohon kritik dan sarannya
sehingga makalah ini bisa lebih baik dari sekarang
Maros,
30 Mei 2015
Penyusun
|
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................................... i
KATA PENGANTAR .................................................................................. ii
DAFTAR ISI................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1
A.
Latar Belakang ............................................................................ 1
B.
Rumusan Masalah ....................................................................... 3
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................. 4
A.
Kepemimpinan Orang Tua ........................................................... 4
B.
Peranan Wanita Dalam Rumah Tangga........................................ 22
C.
Kiat-Kiat yang Harus Dilakukan Dalam Kepemimpinan
Rumah Tangga
............................................................................. 31
a.
Apa yang sebaiknya dilakukan seorang ibu ........................... 31
b.
Cara yang dilakukan untuk membangkitkan potensi anak..... 47
c.
Kiat Mendidik Anak yang Bermasalah ................................. 51
BAB III KESIMPULAN ............................................................................. 58
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 62
|
B.
Peranan Wanita Dalam Rumah Tangga........................................ 22
C.
Kiat-Kiat yang Harus Dilakukan Dalam Kepemimpinan
Rumah Tangga
............................................................................. 31
a.
Apa yang sebaiknya dilakukan seorang ibu ........................... 31
b.
Cara yang dilakukan untuk membangkitkan potensi anak..... 47
c.
Kiat Mendidik Anak yang Bermasalah ................................. 51
BAB III KESIMPULAN ............................................................................. 58
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 62
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar