Tugas Akhir Mata kuliah Leadership/Kepemimpinan Pendidikan
Dosen Pembimbing: A. Muh. Yusri Teja, S.Pd., M.Pd.
PERSEPSI DAN KOMUNIKASI
Disusun Oleh:
Nama: Mustafa Rasyid
NIM: 13 31 025
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM
DARUD DAKWAH
WAL-IRSYAD
2015
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahi
Rabbil ‘Alamin, segala puji kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan kami kesehatan dan kesempatan sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul Persepsi dan Komunikasi.
Makalah
ini diajukan sebagai tugas mata kuliah
Leadership/Kepemimpinan Pendidikan. Semoga makalah ini bermanfaat bagi
setiap orang yang membacanya dan apabila
terdapat kesalahan atau kekurangan dalam makalah ini mohon kritik dan sarannya
sehingga makalah ini bisa lebih baik dari yang sekarang.
Maros, Juni 2015
Penyusun
DAFTAR
ISI
KATA PENGANTAR……………………………………………... ii
DAFTAR ISI……………………………………………………… iii
BAB I. PENDAHULUAN………………………………………… 1
A. Latar Belakang ………….…………………………………….. 1
B. Rumusan Masalah………….…………………………………… 2
C. Tujuan Penyusunan ………….………………………………… 3
BAB II. PEMBAHASAN………………………………………… 4
A. Persepsi ………………..…………………………………….… 4
B. Atribut …….…………………………………..……………… 11
C. Sikap ……………………………………………………........ 15
D. Kepribadian ………………………..……………………….. 17
E. Komunikasi ………………………………………………….. 20
BAB III. PENUTUP …………………………………………..
24
A. Kesimpulan ………………………………………………….. 24
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………
25
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Persepsi sangat
tergantung kepada komunikasi, sebaliknya komunikasi juga tergantung pada
persepsi. Persepsi timbul karena adanya dua faktor baik internal maupun eksternal.
Faktor internal tergantung pada proses pemahaman sesuatu termasuk di dalamnya
sistem nilai, tujuan, kepercayaan, dan tanggapannya terhadap hasil yang
dicapai, sedangkan faktor eksternal berupa lingkungan. Kedua faktor ini
menimbulkan persepsi karena didahului oleh suatu proses yang dikenal dengan
komunikasi. Begitupun Proses komunikasi dapat terselenggara dengan baik atau
tidak, tergantung persepsi masing-masing orang yang terlibat dalam proses
komunikasi tersebut.
Komunikasi
timbul karena seseorang ingin menyampaikan informasi kepada orang lain.
Informasi dapat membuat seseorang punya pengertian yang sama dengan orang lain
dan bisa juga berbeda, karena informasi yang dikomunikasikan itu membuat
orang-orang mempunyai kesamaan dan perbedaan pengertian. Kesamaan atau
perbedaan disebabkan persepsi orang-orang yang terlibat dalam proses komunikasi
tersebut.

Hai manusia, sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang
laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan
bersuku-suku supaya kamusaling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling
mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara
kamu. Sesungguhnya Allah maha Mengetahui Lagi maha Mengenal. (QS.
Al-Hujarat(49):13)
Selanjutnya
Rasulullah Sallallahu Alaihi Wasallam bersabda yang artinya: barangsiapa
yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, maka sambungkanlah tali
silaturahmi. (al-Hadis).
Frase supaya
kamu saling kenal mengenal, dalam firman Allah di atas dan Hadis Nabi yang
menyatakan maka sambungkanlah tali silaturahmi, itu semua hanya dapat
dilakukan melalui komunikasi dan dalam proses komunikasi terjadinya
persepsi yang berbeda sangat sulit untuk dihindari,karena persepsi merupakan
salah satu variable psikologi individu.
B.
Rumusan
Masalah
Adapun rumusan masalahnya adalah sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud persepsi?
2. Apa yang dimaksud Atribut?
3. Apa yang dimaksud Sikap?
4. Apa yang dimaksud Kepribadiaan?
5. Apa yang dimaksud Komunikasi?
C.
Tujuan
Penyusunan
Adapun tujuan penyusunannya adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud persepsi?
2. Untuk mengetahui apa yang dimaksud Atribut?
3. Untuk mengetahui apa yang dimaksud Sikap?
4. Untuk mengetahui apa yang dimaksud Kepribadiaan?
5. Untuk mengetahui apa yang dimaksud Komunikasi?
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Persepsi

Dia mengetahui (pandangan) mata yang khianat dan apa yang
disembunyikan oleh hati (QS Al-Mu’min (40):19).
Persepsi diartikan
sebagai tanggapan (penerimaan) langsung dari sesuatu; proses seseorang
mengetahui beberapa hal melalui penginderaannya. Dengan demikian, yang dimaksud
dengan persepsi adalah proses dari seseorang dalam memahami lingkungannya yang
melibatkan pengorganisasian dan penafsiran sebagai rangsangan dalam suatu pengalaman
psikologi. Persepsi juga diartikan sebagai suatu proses di mana
individu-individu mengorganisasikan dan menafsirkan kesan indera mereka agar
memberi makna kepada lingkungan mereka. Di samping itu, persepsi dapat pula
dilihat dari proses kognitif yang dialami oleh setiap orang dalam memahami
informasi tentang lingkungannya, baik lewat penglihatan, pendengaran,
penghayatan, perasaan, dan penciuman. Selajutnya, dikatakan bahwa kunci untuk
memahami persepsi adalah terletak pada pengenalan bahwa persepsi merupakan
penafsiran yang unik terhadap situasi, dan bukannya suatu pencatatan yang benar
terhadap situasi.
Persepsi dapat
pula dirumuskan dengan berbagai cara, tetapi dalam ilmu perilaku khususnya
psikologi, istilah itu dipergunakan untuk mengartikan perbuatan yang lebih dari
sekadar mendengarkan, melihat atau merasakan sesuatu. Selanjutnya dinyatakan
bahwa persepsi yang signifikan itu ialah jika diperluas di luar jangkauan lima
indera dan merupakan suatu unsur yang penting di dalam penyesuaian perilaku manusia,
tetapi tidak diterangkan apakah di luar indera kelima itu ada indera keenam.
Kalau ini yang dimaksud, istilah indra keenam ini tampaknya para psikolog belum
sepakat.
Pada dasarnya
persepsi lebih kompleks dan luas bila dibandingkan penginderaan. dengan
selanjutnya dikatakan bahwa proses persepsi dapat menambah dan mengurangi
kejadian. seperti contoh: perbedaan antara persepsi dan penginderaan, yairu:
(1) bagian pembelian membeli perlengkapan yang diperkirakan menurutnya adalah
peralatan yang terbaik, tetapi para insinyur mengatakan bahwa itu bukan yang
terbaik, (2) seorang bawahan menjawab suatu pertanyaan berdasarkan atas apa
yang ia dengar dari atasannya, bukannya apa yang senyatanya dikatakan atasannya,
(3) pekerjaan yang sama mungkin diiihat oleh satu pengawas sebagai pekerjaan
yang terbaik, dan oleh pengawas yang lain dikatakan yang terjerlek; (4) menjual
rambut palsu dinilai oleh penjual mempunyai kualitas yang tinggi, tetapi
pembeli mengatakan mempunyai kualitas yang rendah, (5) seorang manajer laki-laki
dari suatu perusahaan besar merasakan bahwa wanita mempunyai kesempatan yang
sama untuk menduduki jabatan pimpinan, tetapi asisten manejer SDM yang kebetulan
dijabat oleh seorang wanita merasakan tidak ada jalan baginya untuk. bisa
mendobrak suatu jaringan tingkat atas.
Selanjutnya,
subproses dalam persepsi dapat membuktikan bahwa persepsi itu merupakan hal
yang kompleks dan interaktif. subproses pertama yang dianggap penting ialah stimulus
atau situasi yang hadir. Terjadinya persepsi jika seseorang dihadapkan dengan
sesuatu stimulus atau situasi. subproses kedua adalah registrasi, interpretisi,
dan umpan balik. Registrasi dalam hal ini seseorang mendengar atau melihat
informasi terkirim kepadanya, di daftarnya semua informasi itu kemudian subproses
interpretasi ini tergantung pada pendalaman (learning), motivasi dan kepribadian
seseorang ini setiap orang berbeda. Pada informasi yang sama setiap orang
mempunyai interpretasi yang berbeda, ini akan menimbulkan persepsi yang berbeda
pula. Kemudian umpan balik seorang bawahan yang melaporkan pekerjannya akan
mendapat umpan balik dengan melihat tanggapan dari atasannya tersebut setiap
orang berbeda dalam menanggapi umpan balik tersebut.
Ada beberapa
faktor yang memengaruhi perkembangan persepsi orang, yaiut:
1. Psikologi
Persepsi
seseorang mengenai segala sesuatu yang terjadi di alam dunia ini sangat
dipengaruhi oleh keadaan psikologi. Contoh, terbenamnya matahari diwaktu senja
yang indah bagi seseorang akan dirasakan sebagai bayang-bayang kelabu bagi
orang yang buta warna.
2. Famili
Pengaruh yang besar
terhadap anak-anak adalah familinya, orang tua yang telah mengembangkan.suatu
cara yang khusus di daram memahami dan melihat kenyataan di dunia ini, banyak
sikap dan persepsi-persepsi mereka yang diturunkan kepada anak-anaknya. sebagai
contoh, kalau orang tuanya Muhammadiyah maka anaknya Muhammadiyah juga.
3. Kebudayaan
Kebudayaan dan
lingkungan masyarakat tertentu juga merupakan salah satu faktor yang kuat di
dalam memengaruhi sikap nilai dan cara seseorang memandang dan memahami keadaan
di dunia ini. Contoh: orang-orang Amerika non muslim dapat memakan daging babi
dengan bebas dan sangat merasakan kelezatannya, sedangkan orang-orang Indonesia
yang muslim tidak akan memakan daging babi tersebut.
Dalam kehidupan
sehari-hari seseorang dipengaruhi oleh berbagai stimulus, dengan banyaknya
stimulus-stimulus dengan berbagai macam dan coraknya, oleh karena itu perlu
dipilih/diseleksi.
Faktor-faktor
dari luar yang memengaruhi proses seleksi persepsi antara lain: (1) lntensitas:
semakin besar intensitas stimulus dari luar, semakin besar juga hal itu dapat
dipahami. Contoh: suara keras, warna yang menyolok akan lebih mudah diketahui
daripada yang sebaliknya. Suara keras dari seorang guru bukan hanya salah satu
faktor untuk mencari perhatian dari luar, tetapi ada variabel internal dari
unsur psikologi, yaitu dorongan kejiwaan yang suka marah mudah tersinggung, dan
sebagainya. Oleh karena itu, banyak unsure-unsur yang memengaruhi persepsi, (2)
ukuran: semakin besar ukuran suatu objek semakin mudah untuk diketahui, sebagai
contoh: iklan yang besar lebih mudah dilihat bentuk ukuran ini akan memengaruhi
persepsi seseorang, (3) Berlawanan atau kontras. prinsip berlawanan dengan
sekelilingnya ini akan menarik banyak perhatian. Contoh: sebuah bulatan yang
berwarrna menyolok akan kelihatan lebih besar daripada bulatan yang besarnya
sama, tetapi sekelilingnya
lebih besar, (4) Pengulangan stimulus dari luar yang diulang akan memberikan
perhatian yang lebih besar daripada yang sekali dilihat atau didengar.
Dikatakan oleh Clifford Morgan bahwa suatu stimulus yang diulangi akan
mempunyai kesempatan yang lebih baik untuk menangkap, kita selama satu periode,
yakni ketika perhatian kita terhadap tugas pekerjaan sedang memudar. Sebagai
tambahan pengulangan itu akan menambah kepekaan atau kewaspadaan terhadap
stimulus, (5) Gerakan, orang akan memberikan banyak perhatian kepada benda yang
bergerak. Contoh: mengajar sambil bergerak lebih menarik daripada yang duduk
saja, dari gerakan-gerakan itu akan timbul suatu persepsi.
Faktor-faktor
dari dalam yang memengaruhi persepsi adalah: (1) Belajar dan persepsi. Contoh
seorang anak yang telah diajari oleh orang tuanya bahwa daging babi itu haram
dan liur anjing itu mengandung najis, maka pada diri anak akan timbul persepsi
bahwa anjing dan babi itu harus dijauhi, (2) Motivasi dan persepsi. Motivasi
memengaruhi terjadinya persepsi. Sebagai contoh: membicarakan tentang seks pada
masyarakat yang tabu untuk berbicara tentang seks akan sangat menarik
perhatian, tetapi bagi masyarakat yang sudah biasa tidak begitu menarik. Contoh
lain: membicarakan masalah pangan pada masyarakat yang kelaparan akan lebih
menarik dan merangsang perhatian, (3) Kepribadian dan persepsi. Kepribadian,
nilai-nilai, dan juga termasuk usia akan memengaruhi persepsi seseorang.
Contoh: pada usiatu lebih senang dengan musik- musik klasik, sedang pada usia
muda rebih senang denganjenis musik yang lain.
Jika informasi
berasal dari suatu situasi yang telah diketahui oleh seseorang, maka informasi
yang datang tersebut akan memengaruhi cara seseorang mengorganisasikan
persepsinya. Hasil pengorganisasian persepsi mengenai suatu informasi dapat
berupa pengertian tentang sesuatu objek tersebut. Pengorganisasian persepsi itu
meliputi tiga hal, yaitu: (1) kesamaan dan ketidaksamaan, (2) kedekatan dalam ruang,
dan (3) kedekatan dalam waktu
1. Kesamaan dan ketidaksamaan
Suatu objek
yang mempunyai kesamaan dan ketidaksamaan ciri, akan dipersepsi sebagai suatu
objek yang berhubungan dan ketidakberhubungan. Artinya objek yang mempunyai
ciri yang sama dipersepsi ada hubungannya, sedangkan objek yang mempunyai ciri
yang tidak sama adalah terpisah. Contoh, di lingkungan suatu departemen sekolah
para karyawannya memakai seragam berwarna putih abu-abu, kalau mereka keluar
dari lingkungannya, persepsi pastilah orang itu adalah
pegawai dari departemen itu.
2. Kedekatan dalam ruang
Objek atau
peristiwa yang dilihat oleh orang karena adanya kedekatan dalam ruang tertentu,
akan dengan mudah dlartikan sebagai objek atau peristiwa yang ada hubungannya.
Sebagai contoh: seorang laki-laki, seorang perempuan dan dua orang anak-anak
yang menunggu bus di halte, akan disangka mereka adalah family.
3. Kedeatan dalam waktu
Objek atau perisriwa
juga dilihat sebagai hal yang mempunyai hubungan karena adanya kedekatan atau
kesamaan dalam waktu. Contoh: dua peristiwa yang terjadi berturur-turut sering
dihubung-hubungkan sebagai sebab dan akibat, jika kemerosotan produksi kemudian
diikuti dengan pergantian pejabat yang beratanggung jawab, maka akan dilihat
pergantian pejabat itu sebagai akibat dari kemerosotan produksi.
Aspek sosial
dalam persepsi memainkan peranan yang amat penting dalam perilaku organisasi.
persepsi sosial berhubungan dengan secara langsung dengan bagaimana seseorang
individu melihat dan memahami orang lain. Proses persepsi sosial ini hanya akan
melibatkan orang yang melihat arau menilai (perceived) dan yang dilihat atau
dinilai (perceived), kedua pihak ini mempunyai karakter masing-masing.
Karakter
orang-orang yang menilai: (1) mengetahui diri sendiri itu akan memudahkan
melihat orang rain secara tepat, (2) karakteristik diri sendiri sepertinya
dapat memengaruhi ketika meiihat karakteristik orang lain, (3) aspek-aspek yang
menyenangkan bagi orang lain sepertinya mampu dilihat orang-orang yang merasa
dirinya berlebihan, (4) ketepatan menilai orang lain itu tidaklah merupakan
kecakapan tunggal. Empat karakter ini mempunyai peranan yang besar bagi seseorang
dalam menilai orang lain pada situasi lingkungan tertentu, sehingga dapat
dipahami mengapa seseorang ketika melihat orang lain ukurannya selalu
dipulangkan pada diri sendiri.
Karakter
orang-orang yang dilihat atau dinilai dalam proses persepsi sosial: (1) status
orang yang dinilai akan mempunyai pengaruh yang besar bagi persepsi orang yang
menilai, (2) orang yang dinilai biasanya ditempatkan dalam kategori-kategori
tertentu. Hal ini untuk memudahkan pandangan orang yang menilai, (3) sifat
perangai orang-orang yang dinilai akan memberikan pengaruh yang besar terhadap
persepsi orang lain pada dirinya.
Tentang kaitan
antata emosi dan perasaan, bahwa keadaan emosi seseorang mempunyai banyak segi
bila dikaitkan dengan persepsi. Emosi yang kuat, seperti tidak senang sama
sekali terhadap kebijakan perusahaan dapat membuat seseorang memandang negatif
kebijakan dan peraturan perusahaan. Menentukan keadaan emosional seseorang
memang sulit. Oleh karena persepsi yang kuat sering mengganggu persepsi, para
manajer perlu membedakan topik atau praktik-praktik yang memicu emosi yang kuat
pada bawahannya.
B. Atribut
Pengertian atribusi adalah sifat yang menjadi ciri khas suatu benda
atau orang atau dapat pula diartikan sebagai suatu proses bagaimana seseorang mencari
kejelasan sebab-sebab dari perilaku orang lain. Selain itu, atribusi juga
adalah sebuah teori kognitif yang telah digunakan untuk menjelaskan bagaimana
seorang manajer menginterpretasikan informasi mengenai kinerja seorang bawahan
dan memutuskan bagaimana akan bereaksi terhadap bawahan tersebut.
Kecenderungan
manusia untuk selalu berupaya guna mengetahui apa yang ada dibalik gejala yang
ditangkap dengan indra, persepsi sosial penjelasan yang ada di balik perilaku
itu adalah atribusi. Dengan demikian, atribusi memberikan pengertian ke dalam
proses sehingga dapat diketahui sebab dan motif perilaku seseorang. Bila
diamati beberapa pemahaman di atas, relatif mempunyai pengertian yang sama,
sehingga dapat dipahami sebagai suatu proses mencari kejelasan sebab-sebab,
menginterpretasikan dan memutuskan.
Sementara itu,
kemampuan, keterampilan atau motivasi internal pada aspek individu disebut juga
sebagai atribut disposesi, dan dalam pandangan umum diidentifikasikan sebagai
perilaku seseorang. Di sisi lain, seseorang (pengamat) sering pula memberikan
persepsi atau kesimpulan yang salah dalam menilai perilaku orang lain.
Sebagai contoh,
dalam kehidupan sehari-hari, sering mengamati perilaku orang lain, namun tidak
berusaha mencari kejelasan apa yang menyebabkan perilaku orang tersebut menjadi
seperti itu dan tidak jarang dalam mempersepsikan perilaku orang lain tersebut
sesuai gambaran yang hanya terlihat saja, contoh: bila melihat orang memakai
baju merah, orang tersebut dipersepsikan sedang senang hatinya atau sedang
jatuh cinta dan bila memakai baju hitam dipersepsikan sedang berduka.
Kenyataannya apakah memang seperti itu. Dalam pengertian atribusi persepsi yang
tidak didasarkan pada suatu penyebab (alasan tertentu) tingkat subjektivitasnya
tinggi, kecuali bilamana orang yang memakai baju merah tersebut, karena warna
merah merupakan warna favoritnya (kesukaannya) begitu pula dengan baju hitam ia
memakainya karena ada keluarganya yang meninggal. Alasan, karena senang baju
merah dan ada keluarganya meninggal, penyebab inilah yang dinamakan atau
mempunyai nilai atribusi. Di samping itu, sering pula terjadi distorsi persepsi
anrara orang yang satu dengan orang yang lain dalam menilai perilaku orang
lain, hal ini dikarenakan penyebab kesalahan dicari dari perilaku orangnya
bukan dari penyebab lingkungannya.
Beberapa teori
atribusi yang hingga saat ini masih diakui oleh banyakvorang, yaitu:
1. Teori Penyimpulan Terkait (correspodensi lnference), bahwa
perilaku orang lain merupakan sumber informasi yang kaya. Kemudian hasil
penelitian Jones & Davis (1965) dan Jones & McGillis (1976) sebelum
penelitian Malloy & Albright, mengemukakan bahwa hal-hal khusus yang perlu diamati
untuk lebih menjelaskan atribusi sebagai berikut: (a) Perilaku yang timbul
karena kemampuan orang itu sendiri, contoh: kasir yang cemberut atau satpam
yang tersenyum, (b) Perilaku yang membuahkan hasil yang tidak lazim, misalnya
wanita yang mau dengan pria yang gendut, jelek, dan miskin, dan (c) Perilaku
yang tidak biasa, contoh: seorang pelayan took menunjukkan toko lain kepada
pelanggannya.
2. Teori sumber perhatian dalam kesadaran (conscious attentional
resources) bahwa proses persepsi terjadi dalam kognisi orang yang melakukan
persepsi (pengamat). Menurut Gilbert dkk (1988) bahwa atribusi kesadaran ini harus
melewati tiga tahap: (a) kategorisasi, (b) karakterisasi, dan (c)koreksi.
3. Teori atribusi lain yang diketemukan oleh Kelley & Micella, 1980,
yaitu
teori atribusi internal dan eksternal, teori yang berfokus pada
akal sehat. Menurut teori ini ada tiga hal yang perlu diperhatikan, apakah
suatu
perilaku beratribusi internal arau eksternal: (a) konsensus, (b)
konsistensi, dan (c) distingsi arau kekhususan.
4. Atribusi karena factor lain.
Untuk
menyimpulkan suatu atribusi, hubungan kedua belah pihak sangat penting, yaitu
seberapa dekat hubungan pengamat dengan yang diamati dalam memahami faktor
penyebab/permasalahannya, di sini fakta kesadaran (kognisi) banyak memengaruhi
penentuan atribusi. Penyimpulan atribusi melalui proses kognisi ini, juga
mengandung bahaya karena terkadang seseorang sering menggunakan cara berpikir
jalan pintas dan berpikir ilusi dalam menarik suatu atribusi, sebagai contoh:
berpikir jalan pintas bila kita bertemu dengan seseorang di tempat yang gelap
di mana orang tersebut memakai baju hitam, suaranya agak serak dan keras dengan
topi menutup sebagian muka nya, tentunya kita akan berpikir ciri-ciri seperti
ini adalah golongan penjahat Kita akan cepat menyimpulkan bahwa orang tersebut
adalah orang jahat, begitu pula dengan ilusi orang merasa dapat mengontrol
datang dan tidaknya turun hujan melalui pawang.
Beberapa faktor
berpikir jalan pintas, yaitu: (1) representasi, (2) pengutamaan (priming), (3)
pengabaian rata-rata (base rate fallacy), dan (4) ketersediaan informasi (availabitity
heuristics) dan berpihir ilusi dalam persepsi sosial yang bersumber pada proses
kognisi manusia, yaitui (1) ilusi tentang korelasi (illusory correlation). (2)
ilusi kontrol (illusory control), (3) penilaian yang terlalu percaya diri
(overconfidence judgement).
Hubungan yang
kurang dekat dan informasi yang sangat kurang dapat menyebabkan permasalahan
dalam penilaian atribusi atau kesalahan atribusi. Adapun Baron & Byrne
(1994) menjelaskan kesalahan atribusi dapat bersumber, karena: (l) Kesalahan
atribusi yang mendasar (fundamental error), yaitu kecenderungan yang meniadi
penyebabnya faktor internal padahal penyebabnya mungkin dari faktor eksternal
seperti pengaruh adat, tradisi, kebiasaan masyarakat, dan sebagainya, (2) Efek
pelaku pengamat, yaitu proses persepsi tidak hanya berlaku antarpribadi, tetapi
berlaku juga antarkelompok, sebagai contoh orang jatuh terpeleset kita katakan
dia tidak hati-hati, tetapi kalaukita sendiri terpeleset atau terjatuh kita
mengatakan lantainya licin, dan (3) Pengutamaan diri sendiri (self-serving
biss), yaitu kecenderungan untuk membenarkan dirinya sendiri dan orang lain
dianggap salah.
C. Sikap
Sikap diartikan
sebagai perilaku, gerak-gerik, bertingkah laku dengan gaya yang dibuat-buat.
Sikap adalah determinan perilaku, sebab sikap berkaitan dengan persepsi,
kepribadian, dan motivasi.
Dalam kehidupan
sehari-hari, terkadang kita salah memberikan persepsi terhadap sikap seseorang.
Sering terjadi bahwa kita melihat sikap orang kemudian langsung memberikan cap
baik atau buruk mengenai sikap orang tersebut. Padahal belum tentu sikap
tersebut benar menurut versi kita. Hanya Tuhan yang bisa mengetahui secara
pasti mengenai benar tidaknya sikap seseorang.


Dan jika seorang wanita khawatir akan nusyuz atau sikap tidak acuh
dari suaminya, maka tidak mengapa bagi keduanya mengadakan perdamaian yang
sebenar-benarnya, dan perdamaian itu lebih baik (bagi mereka) walaupun manusia
itu menurut tabiatnya kikir, dan jika kamu bergaul dengan isrimu secara baik
dan memelihara dirimu (dari nasyuz dan sikap tak acuh), maka sesungguhnya Allah
adalah maha Mengetahui apa ang kamukerjakan. (QS Al-Nisa’ (4);128)
Sikap seseorang terhadap pekerjaannya mencerminkan pengalaman yang menyenangkan
dan tidak menyenangkan dalam pekerjaannya. Serta harapan-harapannya terhadap
pengalaman masa depan. Seseorang mempunyai sikap terstrukrur, gabungan dari
beberapa komponen afektif dan kognitif. Saling hubungan antarkomponen ini
menyebabkan perubahan pada yang satu akan mempercepat perubahan pada yang
lainnya.
Sikap
menenrukan afeksi, kognisi dan perilaku, dan sebaliknya. Afeksi adalah segmen
emosional dari sebuah sikap. Kognisi adalah segmen persepsi, pendapat atau
kepercayaan dan suatu sikap, dan perilaku adalah kecenderungan seseorang untuk
bertindak terhadap sesuatu. Istilah disonansi kognitif menjelaskan keadaan di
mana perbedaan antara komponen kognitif dan perilaku dari suatu sikap.
Sikap terkait
dengan nilai, artinya nilai membantu untuk mengatur
sikap. Nilai adalah konstelasi dari suka, tidak suka atau pola
asosiasi yang
menentukan pandangan dunia seseorang. Nilai memengaruhi persepsi
tidak hanya dari suatu hasil yang tepat, melainkan juga sebagai alat yang tepat untuk menuju hasil. Teori kepemimpinan yang
berpengaruh didasarkan bahwa manajer tidak dapat diharapkan untuk mengambil
gaya kepemimpinan yang bertentangan dengan struktur kebutuhan, atau orientasi
nilai mereka.
Sikap erat
kaitannya dengan kepuasan kerja. Kepuasan kerja adalah cara seseorang merasakan
pekerjaannya. Kepuasan kerja merupakan generalisas sikap terhadap pekerjaannya,
yang didasarkan pada banyak aspek pekerjaan Dikatakan pula bahwa kepuasan kerja
merupakan sikap yang dimiliki individu mengenai pekerjaannya. Hal ini
dihasilkan dari persepsi mereka terhadap pekerjaannya, dan didasarkan pada
faktor lingkungan kerja (kebijakan, prosedur. kondisi kerja, tunjangan, dan
lain-lain). Dalam praktik, hampir semua manajer ingin mempunyai pekerja yang
produktif dan puas dengan pekerjaannya.
D. Kepribadian
Kepribadian
adalah sifat hakiki yang rercermin pada sikap seseorang atau suatu bangsa yang
membedakan dirinya dari orang atau bangsa lain.
Para psikolog
umumnya menerima prinsip-prinsip: (1) kepribadian adalah sebuah rangkaian
terorganisasi, (2) kepribadian muncul untuk diatur ke dalam pola-pola sampai
pada tingkat dapat diamati dan diukur, (3) kepribadian mempunyai dasar
biologis, perkembangan khususnya adalah hasil dari lingkunga sosial dan budaya,
(4) kepribadian mempunyai aspek superfisial (seperti sikap menjadi pemimpin
tim) dan inti yang lebih dalam (seperti sentimen mengenei kekuasaan dan etika
kerja), dan (5) kepribadian melibatkan karakteristik umum dan karakteristik
unik. setiap orang berbeda dari setiap orang lain dalam beberapa keadaan dan
bisa sama dalam keadaan yang lain.
Lima gagasan
tersebut termasuk dalam definisi kepribadian, yaitu bahwa: kepribadian
seseorang adalah himpunan karakteristik, kecenderungan, dan temperaen yang
relatif stabil yang dibentuk secara nyata oleh faktor social budaya, dan lingkungan.
Himpunan variabel ini menentukan karakteristik dan perbedaan dalam perilaku
individu.
Ada tiga
pendekatan teoretis untuk memahami kepribadian, yaitu pendekatan sifat,
pendekatan psikodinamis, dan pendekatan humanis.
1. Teori kepribadian sifat (trait) didasarkan pada alasan bahwa predisposes
mengarahkan perilaku individu dalam pola yang konsisten. Gordon Allport adalah
seorang ahli teori sifat, dalam pandangannya, kepribadian adalah organisasi dinamis
dalam individu sebagai sistem psychophysis yang menentukan caranya yang khas
dalam menyesuaikan diri terhadap sekitar.
2. Teori kepribadian psikodinamis
Pendekatan
Freud yang membicarakan id, ego, dan super ego. Penekanan khusus diletakkan
pada determinan yang tidak disadari dari perilaku. Menurut Freud, kepribadian
terdiri atas tiga sistem atau aspek yaitu, (1)
Das Es (the id) yaitu aspek biologis, (z) Das lch (the ego) yaitu
aspek psikologis, dan (3) Das ueber Ich (the super ego) yaitu aspek sosiologis.
ketigaaspek itu masing-masing mempunyai fungsi, sifat komponen, prinsip kerja
dan dinamika sendiri-sendiri, namun ketiganya berhubungan dengan rapatnya sehingga
sukar untuk memisah-misahkan pengaruhnya terhadap tingkah laku manusia, tingkah
laku selalu merupakan hasil kerja sama dari ketiga aspek itu.
3. Teori kepribadian humanistic
Penekanan
ditempatkan pada perkembangan dan aktualisasi diri seseorang. Pendekatan Carl Rogers
dalam memahami kepribadian adalah humanistic atau berpusat pada manusia.
Nasihatnya adalah dengarkan apa yang orang katakan tentang mereka dan
memerhatikan pendapat dan arti dari pengalaman orang-orang tersebut. Rogers
percaya bahwa yang paling dasar dari organisme manusia adalah untuk mengarah
pada aktualisasi diri.
cita-cita yang tetap untuk menyadari potensi inheren seseorang.
Teori para humanis menekankan pada orang dan pentingnya aktualisasi diri. Setiap
pendekatan berusaha untuk menerangkan sifat unik dari seseorang individu yang
memengaruhi perilakunya.
Karakteristik
kepribadian Machiavellianisme diberi nama oleh Niccolo Machiavelli yang menulis
dalam abad XVI mengenai bagaimana memperoleh dan memainkan kekuasaan. Seseorang
yang tinggi machiavellinya bersifat pragmatis, menjaga jarak emosional dan
meyakini bahwa tujuan-tujuan dapat membenarkan cara. Apakah kaum Mach-tinggi
akan menjadi karyawan yang baik? Jawabannya tergantung pada tipe pekerjaan.
Dalam pekerjaan yang menuntut keterampilan tawar-menawar atau ada ganjaran yang
cukup besar bila berhasil (seperti dalam penjualan berkomisi) kaur Mach-tinggi
akan produktif.
Orang berbeda
dalam tingkat menyukai atau tidak menyukai dirinya Ciri ini disebut penghargaan
diri (Self Esteem : SE) orang dengan SE tinggi yakin bahwa mereka memiliki
kemampuan yang lebih.
Orang dengan SE
rendah akan lebih rawan terhadap pengaruh luar,
bergantung pada evaluasi positif dari orang lain, kemungkinan mereka
mencari persetujuan dari orang lain dan lebih cenderung menyesuaikan pada
keyakinan orang-orang yang mereka hormati. Dalam posisi manajerial orang dengan
SE rendah cenderung untuk mempedulikan usaha
menyenangkan orang lain.
Kepribadian
dipengaruhi oleh keturunan, budaya dan faktor social.
Selain itu, dipengaruhi pula oleh: (1) faktor pembawaan, yaitu segala
sesuatu yang dibawa sejak lahir, dan (2) faktor lingkungan, yaitu segala sesuatu
yang ada di luar diri manusia.
E. Komunikasi
Komunikasi
adalah pengiriman dan penerimaan pesan atau berita antara dua orang atau lebih
sehingga pesan dimaksud dapat dipahami. Komunikasi juga sebagai proses
pemindahan pengertian dalam bentuk gagasan atau informasi dari seseorang kepada
orang lain. Selain itu komunikasi diartikan sebagai proses penyampaian
informasi atau pengiriman dari seseorang kepada orang lain.
Delapan unsur
pokok di dalam proses komunikasi, sebagai berikut:
1. Pengirim/sumber adalah orang yang mempunyai ide untuk mengadakan
komunikasi.
2. Encoding adalah menerjemahkan informasi menjadi serangkaian
simbol
untuk komunikasi.
3. Massage (pesan) adalah informasi yang sudah disandikan
dikirimkan oleh pengirim kepada penerima.
4. Channel (saluran) adalah media komunikasi formal antara seorang
pengrim dan seorang penerima.
5. Receiver (penerima) adalah individu yang menanggapi pesan dari
pengirim.
6. Decoding (pengartian) adalah interpretasi suara pesan menjadi
informasi yang berarti.
7. Noice (gangguan) adalah faktor yang menimbulkan gangguan,
kebingungan terhadap komunikasi.
8. Umpan balik adalah balikan dari proses komunikasi sebagai suatu
reaksi terhadap informasi yang disampaikan oleh pengirim.
Ada tiga unsur
pokok yang dipergunakan untuk mengidentifikasi komunikasi yang relevan dengan
ilmu perilaku organisasi, yaitu:
1. Sifat informasi, yang dipengaruhi oleh banyak/sedikitnya
informasi, cara penyajian dan pemahaman informasi. Dalam informasi ini ada
tujuh reaksi terhadap kelebihan muatan informasi, yaitu:
a) gagal dalam memperhitungkan informasi,
b) banyak membuat kesalahan,
c) menunda pekerjaan
d) penyaringan (filter)
e) cenderung menangkap informasi pada garis besarnya saja
f) menugaskan tugas kepada orang lain untuk menghadapi kelebihan beban
informasi
g) kesengajaan untuk menghindari informasi yang akan datang
2. Komunikasi Organisasi
Komunikasi
menduduki suatu tempat yang utama karena susunan keluasan dan cakupan
organisasi secara keseluruhan ditentukan oleh teknik komunikasi. Dari sudut
pandang ini komunikasi adalah suatu proses sosial yang mempunyai relevansi
terluas di dalam memfungsikan setiap kelompok, organisasi atau masyarakat.
Proses
komunikasi dalam struktur formal tersebut pada hakikatnya
dapat dibedakan menjadi dimensi vertikal, horizonaal luar
organisasi. Dimensi vertikal adalah dimensi komunikasi yang mengalir dari atas
ke bawah dan sebaliknya. Dimensi horizontal adalah penerimaan atau pengiriman berita
atau informasi yang dilakukan antarpejabat yang mempunyai kedudukan yang sama.
Sedang dimensi luar organisasi adalah dimensi komunikasi yang timbul sebagai
akibat dari suatu organisasi yang tidak bisa hidup sendirian, ia merupakan
bagian dari lingkungannya.
3. Komunikasi Antarpribadi
Komunikasi
antarpribadi berorientasi pada perilaku hingga penekanannya sampai kepada
proses informasi, dari satu orang kepada orang lain. Komunikasi antarpribadi
bisa efektif bila memerharikan: (1) Keterbukaan bagi setiap orang untuk
berinteraksi, (2) empaty, mencoba merasakan dalam cara yang sama dengan orang
lain, (3) ada dukungan dengan orang lain (4) perhatian positif dikomunikasikan,
(5) ada kesamaan di antara orang yang berkomunikasi.
Dari uraian
tersebut di atas, maka komunikasi merupakan proses penting dalam wadah organisasi
atau lembaga. Jika seorang pemimpin berhasil dalam berkomunikasi, merupakan
jaminan kesuksesan dalam usaha pencapaian tujuan. Sehubungan di atas, Allah
berfirman dalam surah Al-Qashash (28) ayat 5l:

Dan sesungguhnya telah kami turunkan
berturut-turut perkataan ini (Al-Qur’an kepada mereka agar mereka mendapat
pelajaran. (QS Al-Qashash (28): 51).
Ada tujuh
faktor komunikasi yang berperan dalam menciptakan dan memelihara otoritas yang
objektif di dalam organisasi, yaitu: (1) saluran komunikasi itu harus diketahui
secara pasti, (2) harus ada saluran komunikasi formal pada setiap anggota
organisasi, (3) jalur komunikasi harus langsung dan pendek, (4) garis
komunikasi formal hendaknya dipergunakan secara normal, (5) pengatur komunikasi
harus orang yang cakap, (6) garis komunikasi tidak boleh terganggu pada saat
organisasi sedang berfungsi, dan (7) setiap komunikasi harus disahkan.
Oleh karena
itu, komunikasi sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain: (1) orang
yang berkomunikasi, (2) motivasinya, (3) latar belakang pendidikannya, dan (4)
prasangka-prasangka pribadinya.
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Berdasarkan
uraian di atas, maka dapat dikemukakan kesimpulan makalah ini adalah sebagai
berikut:
1. Persepsi adalah proses kognitif yang dialami oleh setiap orang
dalam memahami sesuatu baik melalui penglihatan, pendengaran maupun perasaan. Persepsi
seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain keadaan psikologi,
famili, dan faktor kebudayaan.
2. Atribusi merupakan suatu proses bagaimana seseorang memahami sebab-sebab
dari perilaku orang lain. Atribusi adalah proses mengetahui motif perilaku
orang lain. Ada beberapa teori atribusi, antara lain: (1) teori penyimpulan
terkait, yakni perilaku orang lain merupakan sumber informasi, (2) teori sumber
perhatian dalam kesadaran, yakni proses kognisi terjadi pada orang yang
melakukan pcrsepsi, dan (3) teori atribusi
internal dan eksternal, yakni berfokus pada akal sehat.
3. Sikap merupakan determinan perilaku yang berkaitan dengan
pcrsepsi,
kepribadian dan motivasi. Sikap menentukan afeksi, kognisi, dan
perilaku.
Sikap juga terkait dengan nilai dan kepuasan kerja.
4. Kepribadian dipengaruhi oleh keturunan, budaya, dan faktor
sosial serta
pembawaan dan faktor lingkungan. Untuk memahami kepribadian, dapat dilakukan
tiga pendekatan, yaitu: (1) pendekatan sifat, (2) pendekatan psikodinamis, dan
(3) pendekatan humanis.
5. Komunikasi merupakan proses penyampaian informasi dari seseorang
kepada orang lain. Kaitannya dengan perilaku organisasi, ada tiga
unsur
yang perlu diidentifikasi, yaitu: (1) sifat informasi, (2)
komunikasi organisasi, dan (3) komunikasi antarpribadi. Ada tujuh faktor
komunikasi yang berperan dalam organisasi, yaitu: (1) saluran komunikasi harus
jelas dan diketahui secara pasti, (2) harus ada saluran komunikasi formal pada setiap
anggota organisasi, (3) jalur komunikasi itu harus langsung dan pendek, (4)
garis komunikasi formal harus dipergunakan secara normal, (5) orang yang bekerja
sebagai pusat pengatur komunikasi harus orang yang cakap, (6) garis komunikasi
tidak boleh terganggu saat organisasi sedang berfungsi, dan (7) setiap
komunikasi harus disahkan. Komunikasi dipengaruhi oleh: (1) orang yang
berkomunikasi, (2) motivasinya, (3) Latar belakang pendidikannya, dan (4)
prasangka-prasangka pribadinya.
DAFTAR PUSTAKA
Bothwell, Lin.
The Art of Leadership: Skill-Building Techniques that Produce Results. New
York: Prentice Hall Press. 1988
Gardner, John
W., On Leadership. New York: The Free Press. 19990
Gibson, James
L., John M. Ivancevich dan James FI. Donnelly,Jr. Organisasi. Terjemahan
Nunuk Adiarni, Jakarta: Binarupa Aksara. 1996.
Godard, Alaint
and Vincent Lenhardt. Transformational Leadership. Shared Dreams to Succeed.
London: Macmillan Publishers. 2000
Goleman,
Daniel. Richard Boyatzis and Annie Mckee. The New Leaders, transforming The
ArtLeadership intoScience of result, London; Little Brown. 2002
Hadhiri,
Choirudin. Klasifikasi Kandungan Al-Qur’an, Jakarta: Gema Insani Press.
1994.
Hellriegel, Don
& John W. Slocum Jr. Management. New York: Addison Wesley Publishing
Company 1989.
Pusat
Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi
Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka. 2002.
Rivai, Veithzal dan Deddy Mulyadi. Kepemimpinan
dan Perilaku Organisasi. Jakarta: Rajawali Pers. 2013.
Robbins,
Stephen P. Perilaku Organisasi: Konsep, Kontroversi, Aplikasi. Jakarta:
Prenhallindo. 2001.
Schein,
Edgar H. Psikologi Organisasi. Seri Manajemen Nomor 80. Jakarta: Pustaka
Binaman Pressindo.1991.
Sujanto, Agus. Psikologi
Kepribadian. Jakarta: Bumi Aksara.1991.
Sarwono,
Sarlito Wirawan. Psikologi Organisasi. Jakarta: Balai Pustaka. 1999.
Stoner, James
A.F. dan Edward Freeman. Manajemen. Terjemahan Alexander Sindoro.
Jakarta: Prenhellindo.1996.
Suryabrata,
Sumadi. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. 1991.
Thoha, Miftah. Perilaku
Organisasi. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. 2001.
Wekley, Kenneth
N dan Yukl Gary A. Perilaku Organisasi dan Psikologi Personalia,
Terjemahan Muh. Sobaruddin, Jakarta: Bin Aksara.2001.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar