Tugas akhir mata kuliah LEADERSHIP (KEPEMIMPINAN)
DOSEN: A.MUH.YUSRI TEJA,S.pdi,Mpd

DISUSUN OLEH: HARIANA
NIM: 1331032
SEMESTER: IV
JURUSAN: TARBIYAH
SEKOLAH TINGGI
AGAMA ISLAM DARUD
DAKWAH WAL-IRSYAD
(STAI DDI
MAROS)
TAHUN AKADEMIK
2015
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah
kami ucapkan puji
syukur atas kehadirat
Allah swt,karena dapat
menyelesaikan makalah kami
yang berjudul “ KEPEMIMPINAN
PENDIDIKAN”tiada lain harapan
kami,semoga makalah ini
dapat memberikan sedikit
pengetahuan kepada
para pembaca.
Saran
dan kritik yang
dapat membangun dari
semua pihak tentu
di harapkan jika dalam
makalah ini terdap
kekeliruan dan kesalahan
dalam perumusan.yakinlah bahwa hal
ini di luar dari
kemampuan kami untuk
mencermatinya dan bukan
merupakan unsur kesengajaan.
Akhirnya kepada
Allah jualah kita
serahkan segalanya untuk
memberi ganjaran atas
hasil karya dan
upaya dalam penyusunan
makalah ini.
Minallahi musta’an
waalaihit tiklan
Maros,3 juni 2015
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Masalah
Masalah kepemimpinan pendidikan
saat ini menunjukan kompleksitas, baik dari segi komponen manajemen pendidikan,
maupun lingkungan yang mempengaruhi keberlangungan suatu pendidikan. Persoalan
yang muncul bisa spontan, bisa berulang-ulang, makanya diperlukan interaksi
yang kreatif dan dinamis antar kepala sekolah , guru dan siswa.
Kepemimpinan merupakan bagian
penting dari manajemen yaitu merencanakan dan mengorganisasi, tetapi peran
utama kepemimpinan adalah mempengaruhi orang lain untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan. Hal ini merupakan bukti bahwa pemimpin boleh jadi manajer
yang lemah apabila perencanaannya jelek yang menyebabkan kelompok berjalan ke
arah yang salah. Akibatnya walaupun dapat menggerakkan tim kerja, namun mereka
tidak berjalan kearah pencapaian tujuan organisasi. Guna menyikapi tantangan
globalisasi yang ditandai dengan adanya kompetisi global yang sangat ketat dan
tajam.
1.2. Rumusan Masalah
a.
Apa pengertian pemimpin
pendidikan?
b.
Bagaimana tipe-tipe kepemimpinan
pendidikan?
c.
Apa faktor-faktor yang
mempengaruhi efektivitas pemimpin dalam manajemen pendidikan?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Pemimpin
Pendidikan
“Pemimpin pada hakikatnya adalah
seorang yang mempunyai kemampuan untuk mempengaruhi perilaku orang lain di
dalam kerjanya dengan menggunakan kekuasaan”[1]. Dalam kegiatannya bahwa pemimpin memiliki
kekuasaan untuk mengerahkan dan mempengaruhi bawahannya sehubungan dengan
tugas-tugas yang harus dilaksanakan. Pada tahap pemberian tugas pemimpin harus
memberikan suara arahan dan bimbingan yang jelas, agar bawahan dalam
melaksanakan tugasnya dapat dengan mudah dan hasil yang dicapai sesuai dengan
tujuan yang telah ditetapkan.
Dengan demikian
kepemimpinan mencakup distribusi kekuasaan yang tidak sama di antara pemimpin
dan anggotanya. Pemimpin mempunyai wewenang untuk mengarahkan anggota dan juga
dapat memberikan pengaruh, dengan kata lain para pemimpin tidak hanya dapat
memerintah bawahan apa yang harus dilakukan, tetapi juga dapat mempengaruhi
bagaimana bawahan melaksanakan perintahnya. Sehingga terjalin suatu hubungan
sosial yang saling berinteraksi antara pemimpin dengan bawahan, yang akhirnya
tejadi suatu hubungan timbal balik.
Kata “ pendidikan”
menunjukkan arti yang dapat dilihat dari dua segi yaitu: pendidikan sebagai
usaha atau proses mendidik dan mengajar seperti yang dikenal sehari-hari.
Pendidikan sebagai ilmu pengetahuan yang membahas berbagai masalah tentang
hakekat dan kegiatan mendidik dan mengajar dari zaman ke zaman dan mengajar
dengan segala cabang-cabangnya yang telah berkembang begitu luas dan mendalam[2].
Dari titik tolak itu dapatlah
disimpulkan pengertian “ kepemimpinan pendidikan” adalah sebagai satu kemampuan
dan proses mempengaruhi, mengkoordinir dan menggerakan orang-orang lain yang
ada hubungan dengan pengembanga ilmu pendidikan dan pelaksanaan pendidikan dan
pengajaran, supaya kegiatan-kegiatan yang dijalankan dapat lebih efektif dan
efisien di dalam pencapaian tujuan-tujuan pendidikan.
2.2. Tipe-Tipe
Kepemimpinan Pendidikan
Konsep seorang pemimpin
pendidikan tentang kepemimpinan dan kekuasaaan yang memproyeksikan diri dalam
bentuk sikap kepemimpinan, sifat dan kegiatan yang dikembangkan dalam lembaga
pendidikan yang akan dipimpinnya sehingga akan mempengaruhi kualitas
hasil kerja yang akan dicapai oleh lembaga pendidikan tersebut.
Bentuk-bentuk kepemimpinan sering
kita jumpai dalam kehidupan masyarakat sehari-hari.
Tetapi disekolahpun terdapat berbagai macam tipe kepemimpinan ini.
Sebagai pemimpin pendidikan yang officiat leader, yang cara kerja dan cara
bergaulnya dapat dipertanggungjawabkan dan bisa menggerakkan orang lain untuk
turut serta mengerjakan sesuatu yang berguna bagi kehidupannya.
Berdasarkan sifat dan konsep
kepemimpinan maka ada tiga tipe pokok kepemimpinan yaitu[3]:
1.
Tipe otoriter (the autocratic
style of leadership)
Pada kepemimpinan yang otoriter,
semua kebijakan atau “policy” dasar ditetapkan oleh pemimpin sendiri dan
pelaksanaan selanjutnya ditugaskan kepada bawahannya. Semua perintah, pemberian
tugas dilakukan tanpa mengadakan konsultasi sebelumnya dengan orang-orang yang
dipimpinnya. Pemimpin otoriter berasumsi bahwa maju mundurnya organisasi hanya
tergantung pada dirinya[4]. Dia
bekerja sungguh-sungguh, belajar keras, tertib dan tidak boleh dibantah.
2.
Tipe Laissez faire (laissez-faire
style of leadership)
Pada tipe “laissez faire” ini,
pemimpin memberikan kebebasan yang seluas-luasnya kepada setiap anggota staf di
dalam tata prosedure dan apa yang akan dikerjakan untuk pelaksanaan tugas-tugas
jabatan mereka. Mereka mengambil keputusan dengan siapa ia hendak bekerjasama.
Dalam penetapannya menjadi hak sepenuhnya dari anggota kelompok atau staf lembaga
pendidikan itu.
Pemimpin ingin turun tangan
bilamana diminta oleh staf, apabila mereka meminta pendapat-pendapat pemimpin
tentang hal-hal yang bersifat teknis, maka barulah ia mengemukakan
pendapat-pendapatnya. Tetapi apa yang dikatakannya sama sekali tidak mengikat
anggota. Mereka boleh menerima atau menolah pendapat tersebut.
Apabila hal ini kita jumpai di
sekolah, maka dalam hal ini bila akan menyelenggarakan rapat guru biasanya
dilaksanakan tanpa kontak pimpinan (Kepala Sekolah), tetapi bisa dilakukan
tanpa acara. Rapat bisa dilakukan selagi anggota/guru-guru dalam sekolah
tersebut menghendakinya[5].
3. Tipe demokratis
(demokratic style of leadership)
Dalam tipe
kepemimpinan ini seorang pemimpin selalu mengikut sertakan seluruh anggota
kelompoknya dalam mengambil keputusan, kepala sekolah yang bersifat demikian
akan akan selalu menghargai pendapat anggota/guru-guru yang ada dibawahnya
dalam rangka membina sekolahnya.
Sifat kepemimpinan
yang demokratis pada waktu sekarang terdapat lebih dari 500 hasil research
tentang kepemimpinan, jika bahan itu dimanfaatkan dengan baik maka kita akan
dapat mempergunakan sikap kepemimpinan yang baik pula.
Dalam hasil research
itu menunjukkan bahwa untuk mencapai kepemimpinan yang demokratis, aktivitas
pemimpin harus[6]:
a.
Meningkatkan interaksi kelompok
dan perencanaan kooperatif.
b.
Menciptakan iklim yang sehat
untuk perkembangan individual dan memecahkan pemimpin-pemimpin yang potensial.
Hasil ini dapat
dicapai apabila ada partisipasi yang aktif dari semua anggota kelompok yang
berkesempatan untuk secara demokratis memberi kekuasaan dan tanggungjawab.
Pemimpin
demokratis tidak melaksanakan tugasnya sendiri. Ia bersifat bijaksana di dalam
pembagian pekerjaan dan tanggung jawab. Dapat dikatakan bahwa tanggung jawab
terletak pada pundak dewan guru seluruhnya, termasuk pemimpin sekolah. Ia
bersifat ramah dan selalu bersedia menolong bawahannya dengan nasehat serta
petunjuk jika dibutuhkan[7].
2.3. Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Efektivitas Pemimpin Dalam Manajemen Pendidikan
Dalam melaksanakan aktivitasnya
bahwa pemimpin dipengaruhi oleh berbagai macam faktor. Faktor-faktor tersebut
sebagaimana dikemukakan oleh H. Jodeph Reitz (1981) yang dikutif Nanang Fattah,
sebagai berikut:
1.
Kepribadian (personality),
pengalaman masa lalu dan harapan pemimpin, hal ini mencakup nilai-nilai, latar
belakang dan pengalamannya akan mempengaruhi pilihan akan gaya kepemimpinan.
2.
Harapan dan perilaku atasan.
3.
Karakteristik, harapan dan
perilaku bawahan mempengaruhi terhadap apa gaya kepemimpinan.
4.
Kebutuhan tugas, setiap tugas
bawahan juga akan mempengaruhi gaya pemimpin.
5.
Iklim dan kebijakan organisasi
mempengaruhi harapan dan perilaku bawahan.
Berdasarkan
faktor-faktor tersebut, maka jelaslah bahwa kesuksesan pemimpin dalam aktivitasnya
dipengaruhi oleh factor-faktor yang dapat menunjang untuk berhasilnya suatu
kepemimpinan, oleh sebab itu suatu tujuan akan tercapai apabila terjadinya
keharmonisan dalam hubungan atau interaksi yang baik antara atasan dengan
bawahan, di samping dipengaruhi oleh latar belakang yang dimiliki pemimpin,
seperti motivasi diri untuk berprestasi, kedewasaan dan keleluasaan dalam
hubungan social dengan sikap-sikap hubungan manusiawi.
Selanjutnya peranan seorang
pemimpin sebagaimana dikemukakan oleh M. Ngalim Purwanto, sebagai berikut :
1.
Sebagai pelaksana (executive)
2.
Sebagai perencana (planner)
3.
Sebagai seorang ahli (expert)
4.
Sebagai mewakili kelompok dalam
tindakannya ke luar (external group representative)
5.
Sebagai mengawasi hubungan antar
anggota-anggota kelompok (controller of internal relationship)
6.
Bertindak sebagai pemberi
gambaran/pujian atau hukuman (purveyor of rewards and punishments)
7.
Bentindak sebagai wasit dan
penengah (arbitrator and mediator)
8.
Merupakan bagian dari kelompok
(exemplar)
9.
Merupakan lambing dari pada
kelompok (symbol of the group)
10.
Pemegang tanggung jawab para
anggota kelompoknya (surrogate for individual responsibility)
11.
Sebagai pencipta/memiliki
cita-cita (ideologist)
12.
Bertindak sebagai seorang aya
(father figure)
13.
Sebagai kambing hitam (scape goat).
Berdasarkan dari peranan pemimpin
tersebut, jelaslah bahwa dalam suatu kepemimpinan harus memiliki
peranan-peranan yang dimaksud, di samping itu juga bahwa pemimpin memiliki
tugas yang embannya, sebagaimana menurut M. Ngalim Purwanto, sebagai berikut :
1.
Menyelami kebutuhan-kebutuhan
kelompok dan keinginan kelompoknya.
2.
Dari keinginan itu dapat
dipetiknya kehendak-kehendak yang realistis dan yang benar-benar dapat dicapai.
3.
Meyakinkan kelompoknya mengenai
apa-apa yang menjadi kehendak mereka, mana yang realistis dan mana yang
sebenarnya merupakan khayalan[9].
Tugas
pemimpin tersebut akan berhasil dengan baik apabila setiap pemimpin memahami
akan tugas yang harus dilaksanaknya. Oleh sebab itu kepemimpinan akan tampak
dalam proses di mana seseorang mengarahkan, membimbing, mempengaruhi dan atau
menguasai pikiran-pikiran, perasaan-perasaan atau tingkah laku orang lain.
Untuk keberhasilan dalam
pencapaian suatu tujuan diperlukan seorang pemimpian yang profesional, di mana
ia memahami akan tugas dan kewajibannya sebagai seorang pemimpin, serta
melaksanakan peranannya sebagai seorang pemimpin. Di samping itu pemimpin harus
menjalin hubungan kerjasama yang baik dengan bawahan, sehingga terciptanya
suasana kerja yang membuat bawahan merasa aman, tentram, dan memiliki suatu
kebebsan dalam mengembangkan gagasannya dalam rangka tercapai tujuan bersama
yang telah ditetapkan.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Dari pembahasan di atas maka
dapat kita tarik sebuah kesimpulan bahwa kepemimpinan pendidikan
adalah Sebagai satu kemampuan dan proses mempengaruhi, mengkoordinir dan
menggerakan orang-orang lain yang ada hubungan dengan pengembanga ilmu
pendidikan dan pelaksanaan pendidikan dan pengajaran, supaya kegiatan-kegiatan
yang dijalankan dapat lebih efektif dan efisien di dalam pencapaian
tujuan-tujuan pendidikan.
Sedangkan sifat dan konsep
kepemimpinan itu ada tiga tipe pokok kepemimpinan yaitu: tipe otoriter, tipe
laissez faire dan tipe demokrasi. Adapun faktor yang mempengaruhi perilaku
pemimpin, diantaranya keahlian dan pengetahuan yang dimilikinya, jenis
pekerjaan atau lembaga yang dipimpinnya, sifat-sifat dan kepribadiannya,
sifat-sifat dan kepribadian pengikutnya, serta kekuatan-kekuatan yang
dimilikinya. Secara internal, seorang pemimpin dapat melakukan hal-hal yang dapat
mengembangkan kemampuannya
3.2. Saran
Berdasarkan pada uraian tersebut
di atas, maka penulis mengemukakan saran-saran sebagai berikut :
1.
Dalam membuat suatu rencana atau
manajemen pendidikan hendaknya para pemimpin memahami keadaan atau kemampuan
yang dimiliki oleh para bawahannya, dan dalam pembagian pemberian tugas sesuai
dengan kemampuannya masing-masing.
2.
Pemimpin hendaknya memahami betul
akan tugasnya sebagai seorang pemimpin.
3.
Dalam melaksanakan akvititasnya
baik pemimpin ataupun yang dipimpin menjalin suatu hubungan kerjsama yang
saling mendukung untuk tercapainya tujuan organisasi atau instnasi.
DAFTAR PUSTAKA
Indrafachru,
Soekarto,dkk. 1983. Pengantar kepemimpinan pendidikan. Surabaya:
Usana offset printing
Mulyadi. 2010. Kepemimpinan
kepala sekolah. Malang: Uin-Maliki Press (Anggota Ikapi)
Nanang
Fattah. 1996. Landasan Manajemen Pendidikan. Bandung: Rosdakarya
Purwanto,
Ngalim. 1981. Administrasi Pendidikan. Jakarta: Mutiara
Sumber-Sumber Benih Kecerdasan Soetopo hendyat,dkk. 1984. Kepemimpinan
dan supervisi pendidikan. Malang: Bina Aksara
[1]Nanang Fattah, Landasan Manajemen
Pendidikan, (Bandung : Rosdakarya, 1996) hal. 88
[2]Indrafachru,soekarto,dkk. 1983. Pengantar
kepemimpinan pendidikan. Surabaya: Usana offset printing hal 32
[3]Ibid. hal
49
[4]Mulyadi. 2010. Kepemimpinan kepala
sekolah. Malang: Uin-Maliki Press (Anggota Ikapi) hal. 45
[5]Soetopo hendyat,dkk. 1984. Kepemimpinan
dan supervisi pendidikan. Malang : Bina Aksara. Hal. 8
[6]Ibid. hal 11
[7]Indrafachrudi, soekarto. Opcit
.hal 22
[8]Nanang Fattah, Op. cit., hal. 102
[9]Ngalim Purwanto, Administrasi Pendidikan,
(Jakarta : Mutiara Sumber-Sumber Benih Kecerdasan, 1981), hal. 38-39
Tidak ada komentar:
Posting Komentar