
PISIKOLOGI SOSIAL TENTANG KEPEMIMPINAN
Oleh;
L U K M A N
Nim.
1331077
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH
STAI DDI MAROS
2015
|
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah
segala Puji penulis haturkan kepada Allah Swt, yang tak henti-hentinya memberikan
nafas kehidupan bagi semua hambanya khususnya kepada penulis, sehingga penulis
dapat menyusun makalah dengan judul “PISIKOLOGISOSIAL TENTENG
KEPEMIMPINAN” dengan tepat
waktu. Tidak lupa shalawat dan salam selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad Saw,
yang merupakan inspirator terbesar dalam revolusi segala kejahiliyaan dari
nilai-nilai ketuhanan.
Akhirnya
penulis sampaikan terima kasih atas perhatiannya terhadap makalah ini, dan
penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi tim penulis khususnya dan
pembaca pada umumnya. Tak ada gading yang tak retak, begitulah adanya makalah
ini. Dengan segala kerendahan hati, saran-saran dan kritik yang konstruktif
sangat penulis harapkan dari para pembaca guna peningkatan pembuatan makalah
pada tugas yang lain dan pada waktu mendatang.
Makassar, Mei
2015
LUKMAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masalah kepemimpinan merupakan masalah yang telah tua
(Friedler, 1967). Sejak manusia berkelompok di situ telah timbul masalah
kepemimpina. Ini berarti bahwa kepemimpinan menyangkut kelompok, dan orang yang
mengambil pimpinan dalam kelompok. Namun demikian kepemimpinan tidak hanya
terlihat pada manusia, tetapi pada kalangan hewanpun tampak juga masalah
kepemimpinan ini.
Pada dunia hewan pemimpin akan selalu berjalan di
depan dan memberikan arah kepada yang dipimpinnya. Pada anak-anak akan terlihat
siapa yang menonjol dalam perannya untuk mengatur teman-temannya, dan itulah
pimpinannya. Pada gang di kalangan remaja, mereka juga
mempunyai pemimpin sendiri dengan ciri-ciri tertentu. Pada dunia mahasiswa
terdapat tokoh-tokoh mahasiswa yang dianggap sebagai pemimpin dengan ciri-ciri
tertentu pula.
B. Rumusan
Masalah
Makalah ini memuat tentang definisi dari kepemimpinan,
menjelaskan jenis-jenis kepemimpinan, fungsi kepemimpinan dalam kelompok, serta
teori-teori kepemimpinan dalam kelompok.
C. Tujuan
Penulisan
Adapun tujuan
penulisan makalah ini adalah:
1. Untuk
memenuhi tugas mata kuliah Psikologi sosial
2. Menjelaskan
kepada pembaca tentang definisi dari kepemimpinan
3. Menjelaskan
mengenai jenis-jenis kepemimpinan
4. Menjelaskan
tentang fungsi kepemimpinan dalam kelompok
5. Menjelasakan
beberapa teori-teori kepemimpinan dalam kelompok
D. Manfaat
Penulisan
Adapun manfaat penulisan makalah ini, yaitu:
1. Agar pembaca dapat memahami
pengertian kepemimpinan
2. Supaya pembaca dapat memahami
jenis-jenis kepemimpinan
3. Supaya pembaca memahami fungsi kepemimpinan
dalam kelompok
4. Agar pembaca dapat mengetahui
teori-teori kepemimpinan dalam kelompok.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Kepemimpinan
Suatu hal yang wajar adanya beberapa pendapat para
ahli mengenai kepemimipinan ini. Hal tersebut antara lain disebabkan karena
sudut pandang yang berbeda antara ahli satu dengan ahli satu dengan ahli yang
lain. Kemimpinan (Leadership) adalah kemampuan dari seseorang (yaitu pemimpin
atau leader) untuk mempengaruhi orang lain (yaitu yang dipimpin atau
pengikut-pengikutnya), sehingga orang lain tersebut bertingkah laku sebagaimana
dikehendaki oleh pemimpin tersebut. Kadangala dibedakan antara kepemimpinan
sebagai kedudukan dan kepemimpinan sebagai suatu proses sosial. Sebagai suatu
proses sosial, kepemimpinan meliputi segala tindaakan yang dilakukan seseorang
atau sesuatu badan, yang menyebabkan gerak dari masyarakat.
Kepemimpinan ada yang bersifat resmi (formal
leadership) yaitu kepemimpinan yang tersimpul di dalam suatu jabatan, dan ada
pula kepemimpinan karena pengakuan dari masyarakat akan kemampuan seseorang
untuk menjalankan kepemimpinan. Suatu perbedaan yang mencolok antara
kepemimpinan yang resmi dengan yang tidak resmi (informal leadership) adalah
bahwa berada di atas landasan-landasan atau peraturan-peraturan resmi, sehingga
dengan demikian daya cakupnya agak terbatas juga. Kepemimpinan tidak resmi
mempunyai ruang lingkup tanpa batas-batas resmi, oleh karena kepemimpinan
tersebut didasarkan atas pengakuan dan kepercayaan masyarakat. Ukuran benar
tidaknya kepemimpinan tidak resmi terletak pada tujuan hasil pelaksanaan
kepemimpinan tersebut yang dianggap menguntungkan atau merugikan masyarakat.
Walaupun seorang pemimpin yang resmi tidak boleh menyimpang dari
peraturan-peraturan resmi.
Ada beberapa defenisi tentang kepemimpinan yang satu
sama lain dapat saling melengkapi.
1. Menurut
Boring, Langeveld, dan Weld:
Kepemimpinan adalah hubungan dan individu terhadap bentuk suatu kelompok
dengan maksud untuk dapat menyelesaikan beberapa tujuan.
2. Menurut
George R. Terry:
Kepemimpinan adalah aktivitas mempengaruhi orang-orang agar dengan suka
rela bersedia menuju kenyataan tujuan bersama.
3. Menurut
H. Goidhamer dan E. A. Shils
Kepemimpinan adalah tindakan perilaku yang dapat mempengaruhi tingkah laku
orang lain yang dipimpinnya.
4. Menurut Ordeway
Tead
Kepemimpinan adalah aktivitas mempengaruhi orang-orang untuk bekerja sama
menuju pada kesesuaian tujuan yang mereka inginkan.
5. Menurut
John Petivner
Kepemimpinan merupakan seni dalam mengkoordinasikan dan mengarahkan
individu atau kelompok untuk mencapai suatu tujuan yang dikehendaki.
Kepemimpinan ditandai leh ciri-ciri kepribadian dimana di dalam suatu
situasi yang khusus mengambil peranan penting dalam usaha mencapai tujuan
kelompok bersama-sama dengan anggota yang lain. Ciri-ciri ini secara fungsional
berhubungan dengan pencapaian tujuan. Pemeliharaan serta memperkuat kelompok.
Dari beberapa perumusan yang berbeda-beda tersebut
ternyata bahwa di dalam setiap masalah kepemimpinan akan terdapat adanya tiga
unsur:
1. Unsur
Manusia
Yaitu manusia sebagai pemimpin ataupun sebagai mereka yang dipimpin.
Bagaimana hubungan antara mereka itu didalam situasi kepemimpinan, bagaimana
seorang pemimpin dan syarat-syarat kepemimpinan itu tanp melukan bagaimana
seharusnya memperlakukan manusia itu sebagai manusia.
2. Unsur
sarana
Yaitu merupaka segala macam prinsip dan teknik kepemimpinan yang dipakai
dalam pelaksanaanya. Termasuk bekal pengetahuan dan pengalaman yang menyangkut
masalah manusia itu sendiri dan kelompok manusia. Dasar ilmu pengetahuan yang
digunakan seperti psikologi, sosiologi, menegemen dan lain sebagainya.
3. Unsur
tujuan
Yaitu merupakan sasaran akhir kearah mana kelompok manusia akan digerakkan
untuk menuju maksud tujuan tertentu. Ketiga unsur tersebut dalam pelaksanaannya
selalu ada dan terjalin erat satu sama lain. (Wiyono Hadikusumo, 1973).
B. JENIS-JENIS
KEPEMIMPINAN
Klasifikasi pemimpin berdasarkan pada cara atau
pendekatan yang dilakukan oleh pemimpin, yaitu:
1. Kepemimpinan Otoriter
Pemimpin ini menentukan segala-galanya. Semua
aktivitas kelompok dijalankan atas instruksi pemimpin. Pemimpin mengatur dan
mendikte anggota. Anggota hanya sebagai pelaksana perintah pemimpin. Anggota
tidak pernah diberitahu tentang rencana-rencana yang akan dilaksanakan oleh
kelompok. Kedudukan pemimpin seolah-olah terpisah dari yang dipimpin. Sebab
pemimpin berhubungan dengan anggota hanya pada saat memberikan instruksi atau
perintah. Pemimpin tidak ikut serta dalam kegiatan kelompok.
Pemimpin otoriter menentukan kebijaksanaan kelompok, ia sendiri yang
membuat sebagian besar perencanaan, ia sendirilah yang secara penuh menentukan
kegiatan kelompok, mendikte kegiatan anggota serta pola antar hubungan anggota,
membuat keputusan atas hadiah dan hukuman bagi anggota. Oleh karena itu nasib
setiap individu di dalam kelompok berada di tangan pemimpin.
Ada berbagai cara untuk memperkuat dan melindungi
status kepemimpinannya, antara lain dengan mencegah anggota dari keikutsertaan
dalam pencapaian tujuan kelompok, mengontrol keterlibatan anggota menjadi
tergantung, dan tujuan kelompok menjadi tidak jelas.
2. Kepemimpinan Demokratis
Pemimpinan menempatkan anggota sebagai kawan dan bukan
sebagai orang yang dipekerjakan. Tugas dan kewajiban dijalankan bersama-sama
dengan pemimpin. Tanggung jawab dibagi-bagi di antara semua anggota. Apabila
ada kesalahan anggota, diperingatkan dengan cara yang bijaksana.
Pemimpin demokratis berusaha menampilkan keterlibatan dan keikutsertaan
yang maksimum dari setiap anggota dalam kegiatan kelompok dan dalam menentukan
tujuan kelompok. Ia berusaha membagi tanggung jawab dengan anggotanya. Ia
berusaha, mendorong dan memperkuat hubungan antara individu seluruh kelompok.
Ia juga berusaha mengurangi ketegangan dan konflik dalam kelompok.
3. Kepemimpinan Liberal
Pemimpin pasif, tidak berpatisipasi dengan kegiatan
kelompo. Ia berada di luar kelompok, pemimpin tidak memimpin tetapi melepaskan
anggota-anggotanya. Sir William Martin Conway mengadakan klasifikasi
kepemimpinan berdasarkan atas peranan sosial yang dibawakan menjadi tiga macam,
yaitu:
a. Crowd Compeller
Ialah macam kepemimpinan yang dilakukan oleh seseorang
yang mendapat panggilan kewajiban untuk melaksanakannya.
b. Crowd Representative
Kepemimpinan yang dilakukan bersifat sementara, yaitu
selama masa pengangkatannya untuk menduduki jabatan sebagai ketua kelompok. Dan
kelompok itulah yang memilih dia sebagai pemimpinnya.
c. Crowd Exponent
Pemimpin semacam ini pada saatnya yang tepat dan
diperlukan dapat menggerakkan massa sedemikian hebat dan mengarahkannya pada
sasaran tujuan yang dimaksud pula. Karena pemimpin tersebut dapat menduga apa
yang terasa dan yang menjadi keragu-raguan mereka, kemudian dapat
menggerakkannya sesuai dengan harapan yang sesungguhnya diinginkannya.
4. Perkembangan Kepemimpinan
Kepemimpinan merupakan hasil daripada organisasi
sosial yang telak terbentuk atau sebagai hasil dinamika daripada interaksi
sosial. Sejak mula kala terbentunya suatu kelompok sosial seseorang atau
beberapa orang di antara warga-warganya melakukan peranan yang lebih aktif
daripada rekan-rekannya, sehingga orang tadi atau beberapa orang tampak lebih
menonjol dari lain-lainnya.
Munculnya seorang pemimpin merupaka hasil dari suatu
proses yang dinamis yang sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan kelompok tersebut.
Apabila dalam saat tersebut muncul seorang pemimpin, maka kemungkinan besar
kelompok-kelompok tersebut akan mengalami suatu disintegrasi. Tidak munculnya
pemimpin tadi adalah mungkin karena seorang individu yang diharapkan akan
menjadi pemimpin, ternyata tidak berhasil membuka jalan bagi kelompok yang
bersangkutan untuk mencapai tujuannya dan bahwa kebutuhan-kebutuhan warganya
tidak terpenuhi.
Sifat-sifat yang diisyaratkan bagi seorang pemimpin,
tidaklah sama pada setiap masyarakat, walaupun tidak jarang ada
persamaan-persamaan di sana sini. Di kalangan masyarakat Indonesia perihal
sifat-sifat yang harus dipenuhi oleh seorang pemimpin, antara lain dapat
dijumpai dalam apa yang merupakan tradisonal Indonesia, misalnya dalam “Astra
Brata” yang merupakan kumpulan seloka dalam Ramayana, yang memuat
ajaran Sri Rama kepada Bharata, yaitu adiknya dari lain ibu.
Menurut Asta Brata, pada diri seorang raja berkumpul sifat-sifat dari
delapan Dewa yang masing-masing mempunyai kepribadian sendiri. Kedelapan sifat
dan kepribadian itulah yang harus dijalankan oleh seseorang raja (pemimpim)
yang baik. Asta Brata dalam kakawin Ramayana, terdiri dari sepuluh seloka, di
mana seloka pertama dan kedua, pada pokoknya berisikan hal-hal sebagai berikut:
a. Bahwa Astra Brata
merupakan suatu keseluruhan yang tidak dapat dipisah-pisahkan.
b. Asta Brata
memberikan kepastian bahwa seorang pemimpin yang menjalankannya, akan mempunyai
kekuasaan dan kewibawaan sehingga akan dapat menggerakan bawahannya. Keadaan
demikian dapat menghindari terjadinya krisis kepemimpinan. Krisis kepemimpinan
akan terjadi oleh karena pemimpin tidak berani untuk mengambil keputusan untuk
bertindak dan oleh karena dia tidak jujur.
C. FUNGSI
KEPEMIMPINAN DALAM KELOMPOK
Fungsi kepemimpinan adalah banyak dan bervariasi,
tergantung dari problem pokok yang akan dicapai oleh kelompok itu. Reven dan
Rubin menyebutkan empat fungsi pemimpin yaitu:
1. Membantu menetapkan
tujuan kelompok
Pemimpin adalah pembuat policy (policy maker) membantu
kelompok dalam menetapkan tujuan apa yang hendak dicapai. Kemudian merumuskan
rencana kerja guna mencapai tujuan yang sudah ditetapkan. Sebagai pelaksana,
pemimpin mengkoordinasi kegiatan-kegiatan semua anggota kelompok sesuai dengan
rencana yang telah ditetapkan.
2. Memelihara kelompok
Selama perjalanan kegiatan kelompok, tidak dapat
dielakkan terjadi ketidakcocokan di antara anggota yang sering diikuti dengan
ketegangan dan permusuhan. Pemimpin diharapkan dapat meredakan ketegangan,
perbedaan pendapat, dan secara umum menjaga keharmonisan kelompok.
3. Memberi simbol untuk
identifikasi
Anggota kelompok suatu ketika memerlukan simbol dimana
mereka dapat mengidentifikasi dirinya seperti misalnya bendera, slogan atau
simbol-simbol yang lain, misalnya untuk gerak jalan dan sebagainya. Pemimpin
itu sendiri kadang-kadan juga sebagai simbol dan kelompoknya. Dengan
mengidentifikasi dirinya dengan pemimpinnya, diharapkan dapat dijaga
kesatuan kelompok.
4. Mewakili kelompok
terhadap kelompok lain
Pemimpin mewakili kelompok dalam hubungannya dengaan
kelompok atau orang lain, ia diharapkan dapat memecahkan problem dan
ketegangan-ketegangan di antara kelompok dan membantu kerja kelompok dengan
kelompok lain terhadap tujuan umum.
Knech, Crutchfield, dan Ballachey menyebutkan fungsi
pemimpin lebih kompleks lagi. Fungsi itu adalah:
1. Pemimpin adalah eksekutif
Peranan pemimpin yang nyata di dalam setiap kelompok
adalah sebagai koordinator dan kegiatan kelompok. Dalam hal ini biasanya
pemimpin tidak mengerjakan pekerjaan kelompok tetapi menugaskan kepada anggota
kelompok yang lai, sedangkan pemimpin yang mengkoordinirnya.
2. Pemimpin sebagai perencana
Pemimpinlah yang menentukan rencana bagi kelompoknya.
Perencanaan ini adalah sebagai usaha mencapai tujuan kelompoknya.
3. Pemimpin sebagai pembuat
kebijaksanaan (policy-maker)
Salah satu fungsi yang paling penting dari pemimpin
adalah menetapan tujuan kelompok dan kebijaksanaannya.
4. Pemimpin sebagai orang
yang ahli (expert)
Pemimpin kerapkali sebagai sumber informasi dan
kecakapan (skill)
5. Pemimpin sebagai wakil
kelompok untuk hubungan keluar
Ia biasanya mewakili kelompoknya untuk berhubungan
dengan luar. Ia membawa suara kelompoknya. Ia sebagai juru bicara (spokesmen) dari
kelompoknya. Untuk itu ia harus dapat menafsirkan kebutuhan kelompoknya secara
tepat.
6. Pemimpin sebagai pengawas
hubungan di dalam kelompok
Ia harus menjaga hubungan antara anggota di dalam
kelompok itu sebaik-bainya.
7. Pemimpin sebagai orang
yang memberikan hadiah dan hukuman
Pemimpin yang menentukan tindakan-tindakan yang perlu
memperoleh hadiah dan hukuman.
8. Pemimpin sebagai wasit
(pelerai) dan perentara
Dalam mengahadapi konflik-konflik di dalam kelompoknya pemimpin bertindak
sebagai pelerai dan juga perantara, sehingga menghindarkan ketegangan-etegangan
yang terjadi di dalamnya.
9. Pemimpin sebagai contoh
(teladan)
10. Pemimpin sebagai simbol dan
kelompok.
11. Pemimpin sebagai pengganti tanggung
jawab individual (perorangan)
From (1941) menyatakan dalam tulisannya tentang adanya
kecenderungan untuk mendelegasikan atau mewakilkan tanggung jawabnya kepada
pemimpinnya dalam beberapa hal.
12. Pemimpin sebagai ideologis
Kadang-kadang pemimpin sebagai orang yang mencetuskan
idiologi dari kelompoknya, ia harus menjaga sumber kepercayaan, nilai-nilai,
serta norma daripada anggota kelompok.
13. Pemimpin sebagai figur ayah
Dalam banyak hal pemimpin berfungsi sebagai ayah dari
anggotaanya. Ia melindungi secara emosional bagi anggotanya, tempat memperoleh
rasa aman dan sebagainya.
14. Pemimpin sebagai
tempat menumpahkan segala kesalahan (scapegoat)
Hal ini sesuai dengan fungsi bahwasanya pemimpin
adalah penanggung jawab dari kelompoknya, sehingga kesalahan itupun, juga
menjadi tanggung jawab pemimpin.
D. TEORI-TEORI
KEPEMIMPINAN DALAM KELOMPOK
Dalam kepemimpinan terdapat adanya beberapa teori.
Bila dilihat dari teori kepribadian, seseorang pemimpi dilahirkan dengan
sifat-sifat kepemimpinannya. Namun sebaliknya bila pandangan lebih menekankan
kepada pengaruh lingkungan, maka pemimpin itu dibentuk oleh faktor lingkungan.
Faktor lingkungan akan memberikan pengaruh sedemikian rupa hingga akan
terbentuklah pemimpin itu.
Stogdill (1974) memberikan gambaran adanya berbagai-bagai macam pendapat
atau teori mengenai pemimpin dan kepemimpinan ini. Teori-teori tersebut adalah:
1. Greatman Theory
Sementara ahli kena pengaruh pandangan Galton mengenai
latr belakang keturunan dari orang-orang besar (great man), dan mencoba
menjelaskan masalah kepemimpinan dikaitkan dengan keturunan. Kelompo teori ini
mempelajari sifat-sifat yang menonjol dari para pemimpin yang berhasil.
Sifat-sifat apa yang dimiliki oleh pemipin tersebut dan kemudian dikaitkan
dengan latar belakang keturunan atau herediternya sebagai faktor pendukung.
Kelompok ahli ini menjurus pada teori traits of leadership.
2. Environmental
Theory
Pandangan ini menempatkan faktor lingkungan yang
menyebabkan timbulnya pemimpin. Keadaan lingkungan menstimulasi seseorang
melakukan kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan persoalan-persoalan yang
dihadapi pada waktu itu, sehingga keadaan ini menimbulkan pemimpin tertentu.
Pendapat atau teori ini tidak memperhatikan aspek-aspek predisposisi yang ada
pada diri seseorang, sehingga pandangan ini menimbulkan pendapat bahwa pemimpin
itu dibentuk oleh situasi atau keadaan pada waktu itu.
3. Personal-situasion Theory
Westburg berpendapat bahwa dalam kepemimpinan mencakup
baik sifat-sifat yang ada dalam diri individu (the affective, intelektual,
and action traits of the individual) maupun kondisi dimana individu berada,
atau lingungannya (the specific conditions under which the individual operates).
Dengan demikian akan jelas bahwa teori atau pangangan ini melihat pemimpin
merupakan hasil interaksi antara individu dengan kondisi atau situasi dimana
individu berada.
4. Interaction-expectation
Theory
Teori ini lebih melihat pada interaksi antara pemimpin
dengan kelmpok yang dipimpin. Teori ini lebih menitikberatkan dinamika
interaksi antara pemimpin dengan yang dipimpin, dan melalui interaksi ini dapat
dijaring keinginan-keinginan atau harapan-harapan yang dipimpinnya.
5. Humanistic Theory
Pandangan atau teori ini lebih melihat pada fungsi
kepemimpinan untuk mengatur individu atau kelompok yang dipimpinnya, untuk
merealisasikan motivasinya agar dapat bersama-sama mencapai tujuannya. Oleh
karena itu yang penting dalam teori ini ialah unsur organisasi yang baik, dan
dapat memperhatikan kebutuhan-kebutuhan kelompok yang dipimpinnya.
6. Exchange Theory
Dengan interaksi diharapkan adanya saling
harga-menghargai antara pemimpin dengan yang dipimpin, sehingga pemimpin dengan
yang dipimpin bersama-sama adanya kepuasan dalam mencpai harapan-harapannya,
tujuan atas dasar kebersamaan.
KARAKTER KEPEMIMPINAN PEMERINTAHAN YANG BER
ETIKA ADALAH
1.
AKOMODATIF, seorang pemimpin pemerintahan harus dapat menerima kritik atau
usulan dari berbagai pihak, hal ini harus dilakukan karena kebenaran itu tidak
hanya datang dari satu pihak, tetapi dari semua orang.
2.
SENSITIF, karakter kepemimpinan ini ditandai dengan kemampuan untuk secara dini
memahami dinamika perkembangan masyarakat, mengerti apa yang mereka butuhkan,
dan mengusahakan agar menjadi pihak pertama yang member perhatian terhadap
kebutuhan itu, dengan kata lain pemimpin yang baik harus turun dari kantor atau
rumah, lalu melihat kekurangan-kekurangan yang dihadapi rakyat.
3.
RESPONSIF, karakter ini ditandai aktifnya pemimpin jika berhadapan dengan
rakyat, pemimpin dalam hal ini lebih banyak berperan menjawab aspirasi atau
tuntutan masyarakat yang disalurkan melalui media massa. Setiap usulan rakyat tidak
hanya didengar saja, tetapi ditindak lanjuti dengan aksi.
4.
PROAKTIF, karakter ini ditandai sikap antisipasi terhadap kejadian-kejadian
yang akan timbul yang akan merugikan masyarakat misalnya banjir, wabah
penyakit, kelaparan dan sebaginya.
SEBALIKNYA KARAKTER KEPEMIMPINAN YANG TIDAK BER ETIKA ADALAH
1.
DEFENSIF, karakter kepemimpinan yang ditandai oleh sikap egoistik dan merasa
paling benar, bila rakyat mengadukan suatu persoalan, bukan diterima dengan
baik, tetapi malah sebaliknya dimarahi. Pemimpin yang ber etika seharusnya
tidak akan marah jika diberi saran atau dinasehati rakyatnya.
2.
REPRESIF, karakter kepemimpinan ini ditandai sikap yang selain egoisti dan juga
arogan, yang memandang kekuasaan sebagai sesuatu yang dimiliki, semakin besar
kekuasaan semakin besar kewenangan semakin sewenang-wenang.
E. PERBANDINGAN
KEPEMIMPINAN PEMERINTAHAN DILUAR NEGRI
1. Kepemimpinan
Pemerintahan Di Amerika Serikat
Amerika Serikat adalah negara federal, maka sistem
pemeritahan daerahnya berbetuk negara bagian yang terpisah sama sekali dengan
negara induknya bahkan di negara bagian mempunyai undang-undang sendiri.
Kebebasan mausia sangat dijunjung tinggi. Di amerika sudah tidak kaget lagi
ditemukan kasus perkosaan, pencabulan, seks bebas, judi, homosex, dekadensi
moral dan lain-lain. Itu semua sudah menjadi rahasia umum karena di negeri ini
kebebasan adalah yang utama.
2. Kepemimpinan Pemerintahan Di Jepang
politik kepemimpian pemerintahan Jepang tidak
membicarakan perseorangan tetapi tim kerja. Bangsa Jepang sangat membanggakan
groupnya, alamamaternya, bahkan negaranya. Begitu cintanya bangsa Jepang
terhadap negerinya, maka siapa saja yang bersalah dituntut untuk bunuh diri.
Jadi bila seorang pemimpin di Jepang bersalah, maka secara sadar yang
bersangkutan mengundurkan diri secara sportif.
3. Kepemimpinan
Di Arab Saudi
politik Arab Saudi memperlihatkan bahwa kekuasaan
masih akan sulit bergeser/pindah dari keluarga Ibnu Saud/keluarga kerajaan
walaupun mereka saling membunuh. Tetapi bagaimanapun perilaku pimpinan
pemerintahan negeri ini, pemimpin bisa berlaku adil dan umat islam di seluruh
dunia selalu merindukan untuk mengunjungi negeri ini. Di negara ini tidak ada
partai oposisi. Peradilan tertinggi dipegang oleh Mahkamah Banding yang sumber
hukumnya berasal dari Al Qur’an. Hukum disini sangat dijunjung tinggi dan
selalu ditegakkan
F.
PEMERINTAHAN DI INDONESIA
Sebelum Kemerdekaan
Di masa penjajaha/sebelum merdeka, perlawanan bagsa
Indonesia selalu gagal meskipun berkali-kali melakukan perlawanan. Hal yang
menyebabkan gagalnya usaha Idonesia adalah pemimpin peperangan bergerak
sendiri-sendiri, tidak bersatu dengan pemimpin dari berbagai kerajaan. Pemimpin
lebih suka bergerak sendiri dan atas nama daerahnya. Kebanyakan pemimpin
kerajaan mudah diadu domba satu sama lain.
setelah
merdeka
Masa Pemerintahan Presiden Soekarno
Dalam kepemimpinannya, Indonesia telah beberapa kali
terjadi perubahan konstituante. Sistem pemerintahan juga berubah-ubah.
Demokrasi liberal, demokrasi terpimpin, dicoba tapi semua gagal. Bahkan
Pacasila sebagai dasar negara diringkas menjadi Tri Sila, dan akhirnya menjadi
Eka Sila. Ada semboyan yang digembar-gemborkan masa itu untuk menggantikan
pancasila yaitu Nasakom (nasioal, agama, komunis). Campur tangan Belanda masih
sangat kental. Pada masa ini banyak sekali penyimpangan-penyimpangan yang
dilakukan oleh Presiden. Presiden Soekarno cenderung ke komunis yang akhirnya
menyebabkan pergolakan besar di negeri ini. Puncaknya adalah pemberontakan G30
SPKI.
Presiden Soeharto
Soeharto berkuasa di Indonesia selama 32 tahun. Gaya
kepemimpinan beliau dianggap otokratis karena selama kepemimpiannya banyak
sekali manipulasi, pengebirian DPR, korupsi dan semua perintah dan keinginannya
selalu terpenuhi. Semua elemen dan lembaga negara tunduk dibawah kekuasaan
beliau. Tidak ada yang berani mengkritik atau melawan karena bisa dihukum. Pada
tiga dasawarsa, pembangunan yang dirancang beliau dinilai berhasil namun ada
sebagian pihak yang mengatakan bahwa keberhasilan pembangunan itu bersifat semu
dan kamuflase. Di dua tahun akhir kepemimpinannya mulai terjadi pergolakan yang
menuntut beliau mundur. Akhirnya Soeharto berhasil dilengserkan pada tanggal
Mei 1998.
Presiden Habibie
Habibie menjadi presiden menggantikan Soeharto yang mengundurkan
diri. Namun di masa kepemimpinan beliau, belum mampu membawa perubahan ke arah
lebih baik. Pemerintahan Habibie memang tidak sama dengan Soeharto. Akan tetapi
beliau mengucapkan bahwa beliau merupakan murid Soeharto. Karena ucapan
tersebut, timbul pergolakan yang mengakibatkan Habibie tidak lama memerintah
Indonesia
Abdurrahman Wahid, Megawati Soekarno Putri, dan susilo
Bambang Yudhoyono
Ketiga tokoh itu adalah pemimpin yang mengemban tugas
untuk meneruskan cita-cita reformasi. Masing-masing pemimpin memiliki kelebihan
dan kekurangan masing-masing. Tetapi ketiga pemimpin tersebut belum mampu
mewujudkan cita-cita reformasi. Bahkan pada masa Megawati Soekarno Putri,
Indonesia kehilangan dua pulau yang berharga bagi Indonesia yaitu Sipadan dan
Ligitan. Susilo Bambang Yudhoyono dipandang juga belum mampu mengubah kondisi
bangsa Indonesia yang sudah terpuruk ini. Beliau dipandang tidak kompak dengan
wakilnya Jusuf Kalla. Bahkan kepemimpinan beliau amat bertolak belakang dengan
wakilnya tersebut. SBY dipandang cukup hati-hati dalam memutuskan sesuatu,
bertele-tele, kurang tegas dan greget. Sedangkan Jussuf Kalla tegas, langsung
ke tujuan tanpa basa-basi, cepat mengambil keputusan dan tegas. Ini dikarenakan
SBY berasal dari suku Jawa sedangkan Jussuf Kalla berasal dari Makassar dimana
orang-orangnya terkenal tegas.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kemimpinan (Leadership) adalah kemampuan dari
seseorang (yaitu pemimpin atau leader) untuk mempengaruhi orang lain (yaitu
yang dipimpin atau pengikut-pengikutnya), sehingga orang lain tersebut
bertingkah laku sebagaimana dikehendaki oleh pemimpin tersebut. Adapun
jenis-jenis kepemimpinan yaitu: kepemimpinan otoriter, kepemimpinan demokratis,
kepemimpinan liberal, serta perkembangan kepemimpinan.
Dan fungsi dari kepemimpinan dalam kelompok yaitu,
membantu menetapkan tujuan kelompok, memelihara kelompok, memberi simbol untuk
identifikasi, dan mewakili kelompok terhadap kelompok lain. Dan yang terakhir
teori-teori kepemimpinan dalam kelompo antara lain: greatman theory,
environmental theory, personal-situation thery, interaction-expectation theory,
humanistic theory, dan exchange theory.
B. Saran
Penulis mengaharapkan
semoga dengan penulisan makalah ini dapat memberi manfaat kepada pembaca terutama
kita sebagai calon pendidik dan konselor dapat memahami mengenai pengertian
kepemimpinan, jenis-jenis kepemimpinan, fungsi-fungsi kepemimpinan dalam
kelmpok, serta teori-teori kepemimpinan dalam kelompok.
DAFTAR PUSTAKA
Abu Ahmadi. (2007). Psikologi Sosial. Jakarta: Rineka Cipta.
Bimo Walgito. (1999). Psikologi Sosial Suatu Pengantar.
Yogyakarta: CV Andi Offset.
Harbani Pasolong,
Kepemimpinan Birokrasi, (bandung : Alfabeta, 2010)
Burhanuddin, Analisis Manajemen dan Kepemimpinan Pendidikan, (Malang :
Bumi Aksara, 1994)
Dadang Sulaeman dan Sunaryo, Psikologi Pendidikan, (Bandung : IKIP
Bandung,1983)
Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah (Tinjauan Teoritik
danPermasalahannya, (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 1995
|
DAFTAR ISI
Halaman Sampul ........................................................................................... i
Kata Pengantar ............................................................................................. ii
Daftar Isi ...................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah............................................................................. 1
C. Tujuan Penulisan................................................................................ 1
D. Manfaat Penulisan............................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Kepemimpinan................................................................. 3
B. Jenis-jenis
Kepemimpinan................................................................. 5
C. Fungsi Kepemimpinan Dalam
Kelompok......................................... 8
D. Teori Kepemimpinan Dalam
Kelompok........................................... 10
E. Perbandingan Kepemimpinan Diluar
Negri......................................
13
F. Pemerintahan Di
Indonesia............................................................... 14
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Daftar Pustaka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar