Materi : Leader Ship
Dosen :
A. Muhammad Yusri Teja, S.Pd, M.Pd
KEPEMIMPINAN DALAM KEPEMIMPINAN

OLEH
Nama :
Muhammad Idris
Fakultas/
Jurusan : Tarbiyah/ PAI
SEKOLAH
TINGGI AGAMA ISLAM DARUD DA’WAH WAL- IRSYAD (STAI DDI)
KABUPATEN
MAROS
TAHUN AJARAN 2014/ 2015
BAB II
PEMBAHASAN
KONSEP DASAR
KEPEMIMPINAN PENDIDIKAN
A.
Pengertian Kepemimpinan
Pendidikan
Mendefinisikan kepemimpinan merupakan suatu masalah
yang komplek dan sulit, karena sifat dasar kepemipinan itu sendiri memang
sangat kompleks. Akan tetapi, perkembangan ilmu saat ini telah membawa banyak
kemajuan sehingga pemahaman tentan kepemimpinan menjadi lebih sistematis dan
objektif. Kepemimpian melibatkan hubungan pengaruh yang mendalam yang terjadi
di antara orang-orang yang menginginkan perubahan yang signifikan, dan
perubahan tersebut mencerminkan tujuan yang dimiliki bersama oleh pemimpin dan
pengikutnya (bawahan).
Kepemimpinan (leadership)
adalah kegiatan manusia dalam kehidupan. Secara etimologi, kepemimpinan dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia berasal dari kata dasar “pimpin” yang jika
mendapat awalan “me” menjadi “memimpin” yang
berarti menuntun, menunjukkan jalan dan membimbing. Perkataan lain yang sama
pengertiannya adalah mengetuai, mengepalai, memandu dan melatih dalam arti
mendidik dan mengajari supaya dapat mengerjakan sendiri. Adapun pemimpin
berarti orang yang memimpin atau mengetuai atau mengepalai. Sedang kepemimpinan
menunjukkan pada semua perihal dalam memimpin, termasuk kegiatannya.[1][1]
Sebenarnya
kepemimpinan merupakan cabang dari ilmu administrasi, khususnya ilmu
administrasi negara. Ilmu administrasi adalah salah satu cabang dari ilmu-ilmu
sosial, dan merupakan salah satu perkembangan dari filsafat. Sedang inti dari
administrasi adalah manajemen.[2][2] Keberhasilan suatu organisasi atau kelompok dalam mencapai tujuan yang
ingin diraih, bergantung pada kepemimpinan seorang pemimpin. Jadi kepemimpian
menduduki fungsi kardinal dan sentral dalam organisasi, manajemen maupun
administrasi.
Ada beberapa pendapat para ahli mengenai depenisi
kepemimpinan. Antara lain :
1.
Menurut Seokarto
Indrafachrudi kepemimpinan adalah kemampuan dan kesiapan yang dimiliki oleh
seseorang untuk dapat mempengaruhi, mendorong, mengajak, menunutun, menggerakan
dan jika perlu memaksa orang lain agar ia menerima pengaruh itu dan selanjutnya
berbuat sesuatu yang dapat membantu pencapaian tujuan-tujuan tertentu.[3][3]
2.
Menurut Nanang Fattah
“Pemimpin pada hakikatnya adalah seorang yang mempunyai kemampuan untuk
memepengaruhi perilaku orang lain di dalam kerjanya dengan menggunakan
kekuasaan”.[4][4]
3.
Menurut Kartini Kartono
“Pemimpin adalah seorang pribadi yang memiliki kecakapan dan kelebihan
khususnya kecakapan dan kelebihan disatu bidang, sehingga dia mampu
mempengaruhi orang-orang lain untuk bersama-sama melakukan aktivitas-aktivitas
tertentu, demi pencapaian satu atau beberapa tujuan”.[5][5]
4.
Menurut Soetopo Hendyat
kepemimpinan adalah suatu kegiatan dalam membimbing suatu kelompok sedemikian
rupa sehingga tercapai tujuan dari kelompok itu yaitu tujuan bersama.[6][6]
5.
Menurut Mochammad Teguh kepemimpinan mempunyai menjadi 3 kata kunci,
yaitu :
a. Kepemimpinan merupakan suatu konsep relasi (relation consept),
artinya kepemimpinan hanya ada dalam relasi dengan orang lain, maka jika tidak
ada pengikut atau bawahan, tak ada pemimpin;
b. Kepemimpinan merupakan suatu proses, artinya proses kepemimpinan lebih dari
sekedar menduduki suatu otoritas atau posisi jabatan saja, karena dipandang
tidak cukup memadai untuk membuat seseorang menjadi pemimpin, artinya seorang
pemimpin harus melakukan sesuatu;
c. Kepemimpinan berarti mempengaruhi orang-orang lain untuk mengambil
tindakan, artinya seorang pemimpin harus berusaha mempengaruhi pengikutnya
dengan berbagai cara, seperti menggunakan otoritas yang terlegitimasi,
menciptakan model (menjadi teladan), penetapan sasaran, memberi imbalan dan
hukuman, restrukrisasi organisasi, dan mengkomunikasikan sebuah visi. Dengan
demikian, seorang pemimpin dapat dipandang efektif apabila dapat membujuk para
pengikutnya untuk meninggalkan kepentingan pribadi mereka demi keberhasilan
organisasi.[7][7]
Kepemimpinan merupakan motor atau daya penggerak
daripada semua sumber-sumber, dan alat yang tersedia bagi suatu organisasi.
Pendidikan sendiri adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan Negara.[8][8] Jadi dari beberapa
pendapat diatas, penyusun dapat menyimpulkan bahwa kepemimpinan pendidikan
adalah suatu kemampuan untuk mendorong atau mempengaruhi dalam lingkup
penggerakan pelaksanaan pendidikan demi tercapainya tujuan pendidikan secara
efektif dan efisien. Dalam kegiatannya pemimpin memiliki kekuasaan untuk
mengarahkan dan mempengaruhi bawahannya sehubungan dengan tugas-tugas yang
harus dilaksanakan. Pada tahap pemberian tugas pemimpin harus memberikan arahan
dan bimbingan yang jelas, agar bawahan dalam melaksanakan tugasnya dapat dengan
mudah dan hasil yang dicapai sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.
Tiap-tiap orang yang merasa terpanggil untuk
melaksanakan tugas memimpin di dalam lapangan pendidikan dapat disebut pemimpin
pendidikan, misalnya orang tua di rumah, guru disekolah, kepala sekolah di
sekolah maupun pengawas pendidikan di kantor pembinaan pendidikan dan di daerah
pelayanannya. Kepemimpinan sangatlah dibutuhkan dalam pembinaan pendidikan. Kepemimpinan
adalah masalah relasi dan pengaruh antara pemimpin dan yang dipimpin.
Kepemimpinan tersebut muncul dan berkembang sebagai hasil dari interaksi
otomatis di antara pemimpin dan individu-individu yang dipimpin (ada relasi
inter-personal). Kepemimpinan ini bisa berfungsi atas dasar kekuasaan pemimpin
untuk mengajak, mempengaruhi dan menggerakkan orang lain guna melakukan sesuatu
demi pencapaian satu tujuan tertentu. Dengan demikian, pemimpin tersebut ada
apabila terdapat satu kelompok atau satu organisasi.[9][9]
B.
Tipe Kepemimpinan
Dalam melaksanakan fungsi kepemimpinan maka akan berlangsung aktivitas
kepemimpinan. Hal ini apabila dipilah-pilah maka akan terlihat gaya
kepemimpinan dengan pola masing-masing.[10][10] Menurut Isjoni, dalam bukunya Manajemen Kepemimpinan dalam Pendidikan,
tipe-tipe kepemimpinan antara lain :
1.
Partisifatif
Kepemimipinan yang partisivatif adalah suatu cara
memimpin yang memungkinkan para bawahan turut serta dalam proses pengambilan
keputusan, bila ternyata proses tadi mempengaruhi kelompok, atau bila memang
kelompok (bawahan) ini mampu turut berperan dalam pengambilan keputusan dalam
hal ini atasan tidak hanya memberikan kesempatan kepada mereka yang
berinisiatip akan tetapi akan membantu mereka menyelesaikan tugas mereka
sendiri, misal dengan memberikan fasilitas. Pemimpin di sini bermaksud untuk
mengembangkan rasa tanggung jawab bawahan dalam mencapai tujuan kelompok,
organisasi atau lembaga, dengan menggunakan cara memberi pujian, atau juga
memberikan kritik yang membangun walau pada akhirnya tanggung jawab untuk
membuat keputusan itu ada ada tangan pemimpin namun dalam prosesnya,
pengambilan keputusan itu dikerjakan besama-sama dalam anggota kelompok.
\
2.
Laisser faire (bebas)
Dengan cara ini seorang pemimpin akan meletakan tanggung jawab pengambilan
keputusan sepenuhnya kepada para bawahan. Disini pemimpin hanya sedikit saja
atau hampir sama sekali tidak memberikan pengarahan. Sudah barang tentu dengan
cara ini maksud pemimpin adalah menggangap bawahanya sudah dewasa, dan tau apa kewajibannya. Dalam cara ini komunikasi antar bawahan,
maupun antara bawahan dengan pemimpinanya kurang sekali.[11][11]
Dan setiap pemimpin memiliki karakteristik atau tipe
kepemimpinan yang berbeda-beda antar satu pemimpin dengan pemimpin yang lain.
Konsep seorang pemimpin pendidikan tentang kepemimpinan dan kekuasaaan yang
memproyeksikan diri dalam bentuk sikap kepemimpinan, sifat dan kegiatan yang
dikembangkan dalam lembaga pendidikan yang akan dipimpinnya sehingga akan
mempengaruhi kualitas hasil kerja yang
akan dicapai oleh lembaga pendidikan tersebut.
Bentuk-bentuk kepemimpinan sering kita jumpai dalam
kehidupan masyarakat sehari-hari. Tetapi
disekolahpun terdapat berbagai macam tipe kepemimpinan ini. Sebagai
pemimpin pendidikan yang officiat leader, yang cara kerja dan cara bergaulnya
dapat dipertanggungjawabkan dan bisa menggerakkan orang lain untuk turut serta
mengerjakan sesuatu yang berguna bagi kehidupannya. Berdasarkan sifat dan
konsep kepemimpinan maka Seokarto mengutarakan ada tiga tipe pokok kepemimpinan yaitu :
tipe otoriter, tipe laissez faire dan tipe demokrasi.[12][12]
·
Tipe Otoriter
Pada kepemimpinan yang otoriter, semua kebijakan dasar
ditetapkan oleh pemimpin sendiri dan pelaksanaan selanjutnya ditugaskan kepada bawahannya.
Semua perintah, pemberian tugas dilakukan tanpa mengadakan konsultasi
sebelumnya dengan orang-orang yang dipimpinnya. Pemimpin otoriter berasumsi
bahwa maju mundurnya organisasi hanya tergantung pada dirinya.[13][13]
·
Tipe Laissez Faire
Pada tipe “laissez faire” ini, pemimpin memberikan
kebebasan yang seluas-luasnya kepada setiap anggota staf di dalam tata prosedur
dan apa yang akan dikerjakan untuk pelaksanaan tugas-tugas jabatan mereka.
Mereka mengambil keputusan dengan siapa ia hendak bekerjasama. Dalam
penetapannya menjadi hak sepenuhnya dari anggota kelompok atau staf lembaga
pendidikan itu. Apabila hal ini kita jumpai di sekolah, maka dalam hal ini bila
akan menyelenggarakan rapat guru biasanya dilaksanakan tanpa kontak pimpinan
(Kepala Sekolah), tetapi bisa dilakukan tanpa acara. Rapat bisa dilakukan
selagi anggota/guru-guru dalam sekolah tersebut menghendakinya.[14][14]
·
Tipe demokratis
Dalam tipe kepemimpinan ini seorang pemimpin selalu
mengikut sertakan seluruh anggota kelompoknya dalam mengambil keputusan, kepala
sekolah yang bersifat demikian akan akan selalu menghargai pendapat
anggota/guru-guru yang ada dibawahnya dalam rangka membina sekolahnya. Dalam
hasil penelitian menunjukkan bahwa untuk mencapai kepemimpinan yang demokratis,
aktivitas pemimpin harus :
a.
Meningkatkan interaksi
kelompok dan perencanaan kooperatif;
b.
Menciptakan iklim yang
sehat untuk perkembangan individual dan memecahkan pemimpin-pemimpin yang
potensial.[15][15]
Hasil ini dapat dicapai apabila ada partisipasi yang
aktif dari semua anggota kelompok yang berkesempatan untuk secara demokratis
memberi kekuasaan dan tanggungjawab. Pemimpin yang demokratis tidak
melaksanakan tugasnya sendiri. Ia bersifat bijaksana di dalam pembagian pekerjaan dan tanggung jawab.
Dapat dikatakan bahwa tanggung jawab terletak pada pundak dewan guru
seluruhnya, termasuk pemimpin sekolah. Ia bersifat ramah dan selalu bersedia
menolong bawahannya dengan nasehat serta petunjuk jika dibutuhkan.[16][16]
Menurut G. R. Terry yang dikutif Maman Ukas, bahwa tipe-tipe kepemimpinan
ada 6, yaitu :
Ø Tipe kepemimpinan pribadi (personal leadership). Dalam sistem
kepemimpinan ini, segala sesuatu tindakan itu dilakukan dengan mengadakan
kontak pribadi. Petunjuk itu dilakukan secara lisan atau langsung dilakukan
secara pribadi oleh pemimpin yang bersangkutan;
Ø Tipe kepemimpinan non pribadi (non personal leadership). Segala
sesuatu kebijaksanaan yang dilaksanakan melalui bawahan-bawahan atau media non
pribadi baik rencana atau perintah juga pengawasan;
Ø Tipe kepemimpinan otoriter (autoritotian leadership). Pemimpin
otoriter biasanya bekerja keras, sungguh-sungguh, teliti dan tertib. Ia bekerja
menurut peraturan-peraturan yang berlaku secara ketat dan instruksi-instruksinya
harus ditaati;
Ø Tipe kepemimpinan demokratis (democratis leadership). Pemimpin yang
demokratis menganggap dirinya sebagai bagian dari kelompoknya dan bersama-sama
dengan kelompoknya berusaha bertanggung jawab tentang terlaksananya tujuan
bersama. Agar setiap anggota turut bertanggung jawab, maka seluruh anggota ikut
serta dalam segala kegiatan, perencanaan, penyelenggaraan, pengawasan, dan
penilaian. Setiap anggota dianggap sebagai potensi yang berharga dalam usahan
pencapaian tujuan;
·
Tipe kepemimpinan
paternalistis (paternalistis leadership). Kepemimpinan ini dicirikan
oleh suatu pengaruh yang bersifat kebapakan dalam hubungan pemimpin dan
kelompok. Tujuannya adalah untuk melindungi dan untuk memberikan arah seperti
halnya seorang bapak kepada anaknya;
·
Tipe kepemimpinan
menurut bakat (indogenious leadership). Biasanya timbul dari kelompok
orang-orang yang informal di mana mungkin mereka berlatih dengan adanya sistem
kompetisi, sehingga bisa menimbulkan klik-klik dari kelompok yang bersangkutan
dan biasanya akan muncul pemimpin yang mempunyai kelemahan di antara yang ada
dalam kelempok tersebut menurut bidang keahliannya di mana ia ikut
berkecimpung.[17][17]
Secara garis
besarnya penyusun dapat menyimpulkan bahwa tipe kepemimpinan dibagi menjadi
tiga pola dasar, yakni :
o
Gaya kepemimpinan yang
berpola pada kepentingan pelaksanaan tugas
o
Gaya kepemimpinan yang berpola pada pelaksanaan hubungan kerja sama;
o
Gaya kepemimpinan yang berpola pada kepentingan hasil yang akan dicapai.
C.
Fungsi Kepemimpinan
Pendidikan
Dalam kehidupan organisasi, fungsi kepemimpinan
pendidkan adalah bagian dari tugas utama yang harus dilaksanakan. Menurut James
F. Stoner, agar kelompok dapat beroperasi secara efektif, seorang pemimpin
mempunyai dua fungsi pokok yaitu:
1)
Task Related/ Problem
Solving Function, dalam fungsi ini
pemimpin memberikan saran dalam pemecahan masalah serta memberikan sumbangan
informasi dan pendapat;
2)
Group Maintenance
funcion/Social Funcion, dalam fungsi ini
pemimpin membantu kelompok beroperasi lebih lancar, pemimpin memberikan
persetujuan atau melengkapi anggota kelompok yang lain, misalnya melerai
kelompok yang sedang berselisih pendapat, memperhatikan diskusi-diskusi
kelompok. Seorang pemimpin yang efektif adalah seorang pemimpin yang mampu
menampilkan kedua fungsi tersebut dengan jelas.[18][18]
Menurut Prof. Dr. H. Dailami Firdaus, SH, tugas
pokok kepemimpinan yang berupa mengantarkan, mengelompokkan, memberi petunjuk,
mendidik, membimbing dan sebagainya agar para bawahan mengikuti jejak pemimpin
mencapai tujuan organisasi, hanya dapat dilaksanakan secara baik bila seorang
pemimpin menjalankan fungsinya sebagaimana mestinya. Diantara fungsi
kepemimpinan antara lain :
a)
Fungsi Perencanaan
Seorang pemimpin perlu membuat perencanaan yang menyeluruh
bagi organisasi dan bagi diri sendiri selaku penanggung jawab tercapainya
tujuan organisasi. Manfaat-manfaat tersebut antara lain :
Perencanaan merupakan hasil pemikiran dan analisa
situasi dalam pekerjaan untuk memutuskan apa yang akan dilakukan;
Ø Perencanaan berarti pemikiran jauh ke depan disertai keputusan-keputusan
yang berdasarkan atas fakta-fakta yang diketahui;
Ø Perencanaan berarti proyeksi atau penempatan diri ke situasi pekerjaan yang
akan dilakukan dan tujuan atau target yang akan dicapai. Perencanaan meliputi
dua hal,
Seorang pemimpin yang senantiasa memandang ke depan
berarti akan mampu mendorong apa yang akan terjadi serta selalu waspada
terhadap kemungkinan. Hal ini memberikan jaminan bahwa jalannya proses
pekerjaan ke arah yang dituju akan dapat berlangsung terus menerus tanpa
mengalami hambatan dan penyimpangan yang merugikan. Oleh sebab seorang pemimpin
harus peka terhadap perkembangan situasi baik di dalam maupun diluar organisasi
sehingga mampu mendeteksi hambatan-hambatan yang muncul, baik yang kecil maupun
yang besar.
·
Fungsi pengembangan
loyalitas
Pengembangan kesetiaan ini tidak saja diantara
pengikut, tetapi juga untuk para pemimpin tingkat rendah dan menengah dalam
organisai. Untuk mencapai kesetiaan ini, seseorang pemimpin sendiri harus
memberi teladan baik dalam pemikiran, kata-kata, maupun tingkah laku
sehari-hari yang menunjukkan kepada anak buahnya pemimpin sendiri tidak pernah
mengingkari dan menyeleweng dari loyalitas segala sesuatu tidak akan dapat
berjalan sebagaimana mestinya.
·
Fungsi Pengawasan
Fungsi pengawasan merupakan fungsi pemimpin untuk
senantiasa meneliti kemampuan pelaksanaan rencana. Dengan adanya pengawasan
maka hambatan-hambatan dapat segera diketemukan, untuk dipecahkan sehingga
semua kegiatan kembali berlangsung menurut rel yang telah ditetapkan dalam
rencana.
·
Fungsi mengambil
keputusan
Pengambilan keputusan merupakan fungsi kepemimpinan
yang tidak mudah dilakukan. Oleh sebab itu banyak pemimpin yang menunda untuk
melakukan pengambilan keputusan. Bahkan ada pemimpin yang kurang berani
mengambil keputusan. Metode pengambilan keputusan dapat dilakukan secara
individu, kelompok tim atau panitia, dewan, komisi, referendum, mengajukan usul
tertulis dan lain sebagainya.
·
Fungsi memberi motivasi
Seorang pemimpin perlu selalu bersikap penuh perhatian
terhadap anak buahnya. Pemimpin harus dapat memberi semangat, membesarkan hati,
mempengaruhi anak buahnya agar rajin bekerja dan menunjukkan prestasi yang baik
terhadap organisasi yang dipimpinnya. Pemberian anugerah yang berupa ganjaran,
hadiah, piujian atau ucapan terima kasih sangat diperlukan oleh anak buah sebab
mereka merasa bahwa hasil jerih payahnya diperhatikan dan dihargai oleh
pemimpinnya. Di lain pihak, seorang pemimpin harus berani dan mampu mengambil
tindakan terhadap anak buahnya yang menyeleweng, yang malas dan yang telah
berbuat salah sehingga merugikan organisasi, dengan jalan memberi celaan,
teguran, dan hukuman yang setimpal dengan kesalahannya.[19][19]
D.
Syarat dan Ciri-ciri
kepemimpinan Pendidikan
Ada
tiga hal penting dalam konsepsi kepemimpinan antara lain:
Kekuasaan, Kekuasaaan
adalah otorisasi dan legalitas yang memberikan wewenang kepada pemimpin untuk
mempengaruhi dan menggerakkan bawahan untuk berbuat sesuatu dalam rangka
penyelesaian tugas tertentu;
1)
Kewibawaan, Kewibawaan
merupakan keunggulan, kelebihan, keutamaan sehingga pemimpin mampu mengatur
orang lain dan patuh padanya;
2)
Kemampuan, Kemampuan adalah sumber
daya kekuatan, kesanggupan dan kecakapan secara teknis maupun sosial, yang melebihi dari
anggota biasa.[20][20] Sementara itu Stodgill
yang dikutip oleh Isjoni menyatakan pemimpin itu
harus mempunyai kelebihan sebagai persyaratan, antara lain :
a.
Kepastian, kecerdasan,
kewaspadaan, kemampuan berbicara, kemampuan menilai;
b.
Prestasi, gelar kesarjanaan,
ilmu pengetahuan dalam bidang tertentu;
c.
Tangggung jawab,
berani, tekun, mandiri, kreatif, ulet, percaya diri, agresif;
d.
Partisipasi aktif,
memiliki stabilitas tinmggi, kooperatif, mampu bergaul;
M. Ansori Ardiansyah menjelaskan bahwa
seorang pemimpin paling tidak harus memiliki tiga ciri, yaitu :
·
Penglihatan Sosial, Artinya suatu kemampuan
untuk melihat dan mengerti gejala-gejala yang timbul dalam masyarakat
sehari-hari;
·
Kecakapan Berfikir
Abstrak, Dalam arti seorang pemimpin harus mempunyai otak yang cerdas, intelegensi
yang tingggi. Jadi seorang pemimpin harus dapat menganalisa dan mumutuskan
adanya gejala yang terjadi dalam kelompoknya, sehingga bermanfaat dalam tujuan
organisasi;
·
Keseimbangan Emosi, Orang yang mudah naik
darah, membuat ribut menandakan emosinya belum mantap dan tidak memililki
keseimbangan emosi. Orang yang demikian tidak bisa jadi pemimpin sebab seorang
pemimpin harus mampu membuat suasana tenang dan senang. Maka seorang pemimpin
harus mempunyai keseimbangan emosi.
DAFTAR PUSTAKA
AL-Qur’an dan
Terjemahnya
Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional
Wahyu Wijaswanto, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1999,.
Kartini Kartono, Pemimpin dan Kepemimpinan, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 1998.
Seokarto Indrafachrudi dkk, Pengantar Kepemimpinan Pendidikan, Surabaya : Usana Offset Printing, 1983.
[2][2] Kartini Kartono, Pemimpin dan Kepemimpinan,
Jakarta : PT. Raja Grafindo
Persada, 1998, hal : 11.
[3][3] Seokarto Indrafachrudi dkk, Pengantar Kepemimpinan
Pendidikan, Surabaya : Usana
Offset Printing, 1983, hal : 23
[5][5] Kartini Kartono, Pemimpin dan Kepemimpinan,
Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 1998, hal : 33
[6][6] Soetopo hendyat,dkk, Kepemimpinan dan supervisi
pendidikan. Malang
: Bina Aksara, 1984, hal
: 1
[7][7] Mochammad Tegu, dkk.Latihan
Kepemimpinan Islam Tingkat Dasar, Yogyakarta : UII Press, 2001, hal : 69
[9][9] Kartini Kartono, Pemimpin dan Kepemimpinan,
Jakarta : PT. Raja Grafindo
Persada, 1998, hal : 5.
[10][10] Veithzal Rivai dan Dedy Mulyadi, Kepemimpinan
dan Perilaku Organisasi, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2010, hal : 36
[11][11] Isjoni, Manajemen Kepemimpinan dalam
Pendidikan, Bandung : Sinar Baru Algensindo, 2007, hal :
57-58
[12][12] Seokarto Indrafachrudi dkk, Pengantar Kepemimpinan
Pendidikan, Surabaya : Usana
Offset Printing, 1983, hal : 49. Lihat juga Maman Ukas, Manajemen Konsep, Prinsip, dan
Aplikasi, Bandung : Ossa Promo, 1999, hal : 262-263
[14][14] Soetopo hendyat,dkk, Kepemimpinan dan
supervisi pendidikan. Malang : Bina Aksara, 1984, hal : 8
[16][16] Seokarto Indrafachrudi dkk, Pengantar Kepemimpinan
Pendidikan, Surabaya : Usana
Offset Printing, 1983, hal : 22
[17][17] Maman Ukas, Manajemen Konsep, Prinsip, dan
Aplikasi, Bandung : Ossa Promo, 1999, hal : 261-262
[18][18] M. Asrori Ardiansyah, Fungsi dan Tugas
Kepemimpinan Pendidikan, diunggah pada tanggal 15-03-2013
[21][21] Isjoni, Manajemen Kepemimpinan dalam
Pendidikan, Bandung : Sinar Baru Algensindo, 2007, hal : 68
Tidak ada komentar:
Posting Komentar