Selasa, 11 Agustus 2015

BAB I
PENDAHULUAN
A.    LATAR BELAKANG
Segala puji bagi Allah, yang telah menjadikan hamba-Nya untuk hidup berpasang-pasangan. Laki-laki mencintai perempuan dan perempuan merindukan laki-laki dan selanjutnya mereka diikat dengan tali pernikahan. Dengan menikah maka mereka dapat mempunyai anak dan keturunan.
            Shalawat dan dalam semoga dilimpahkan kepada Rasul-Nya, yaitu Nabi Muhammad, para sahabat dan keluarganya sampai hari kiamat.
            Menurut ajaran agama Islam, anak-anak itu adalah amanah Allah kepada Ibu/Bapak. Setiap hari amanah haruslah dijaga dan dipelihara; dan setiap pemeliharaan mengandung unsur-unsur kewajiban dan tanggung jawab. Bila orang tua salah dalam mendidik anak, maka kesalahan itu akan menyebabkan kerusakan yang nyata, kela-laian yang serius, penghianatan terhadap amanah itu, dan merusak suatu bukti bahwa orang tua tersebut lemah dalam hal agama.
            Rumah tangga merupakan lembaga pendidikan yang pertama untuk tempat mendidik anak. Rumah merupakan cikal bakal terbentuknya masyarakat yang terdidik. Dalam rumah tangga yang harmonis, yang didasarkan atas taat kepada Allah dan Rasulnya, yang dilandasi oleh cinta dan kasih sayang, maka akan dapat melahirkan generasi muda yang berkualitas dan saleh. Dan anak saleh merupakan dambaan semua orang tua yang bertakwa.
            Anak sebelum dididik melalui bangku sekolah dan masyaraka, terlebih dahulu dididik dalam rumah dan keluarga. Sudah barang tentu, dalam proses pendidikan itu akan terekam segala gerak-gerik orang tuanya, baik dalam aspek sosialnya maupun dalam beribadahnya. Karena itu orang tua mempunyai tanggung jawab yang sangat besar terhadap anak-anaknya.
            Apabila orang tua telah mendidik anak-anaknya dengan baik dan benar, lalu anaknya menjadi anak yang saleh, maka orang tua tersebut akan mendapat pahala yang besar di sisi Allah.
            Rasulullah bersabda:
“ Apabila anak adam (manusia) meninggal dunia, maka putuslah amalnya, kecuali tiga: sedekah jariah, ilmu yang bermanfaat dan anak saleh yang mendoakan orang tuanya. “
Sebaliknya apabila orang tua salah dalam mendidik anak-anaknya, atau orang tua mengabaikan pendidikan anak-anaknya, lalu anak tersebut menjadi anak yang durhaka, maka orang tua tersebut akan memikul dosa yang besr disisi Allah.
Rasulullah bersabda:
“ Kamu semua adalah pemimpin dan setia pemimpin akan dimintai pertanggung jawaban atas kepemimpinannya. “  
Seorang kepala negara adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggung jawaban atas kepemimpinannya. Seorang suami adalah pemimpin dalam keluarganya dan akan dimintai pertanggung jawaban atas kepemimpinanya. Seorang istri adalah pemmpin atas rumah suaminya dan anak-anaknya dan dia akan dimintai pertanggung jawaban atas kepemimpinanya.
            Rasulullah bersabda:
“ Setiap anak dilahirkan dalam keadaan suci. Maka orang tuanyalah kelak yang menjadikannya yahudi,nasrani,atau majusi” (HS.Bukhari)
Hadist diatas menekankan begitu penting peranan orang tua dalam membentuk pribadi anaknya. Pendidikan yang salah akan mencetak anak yang salah langkah yaitu kafir atau durhaka; demikan juga dengan pemberian pendidikan yang benar, akan mencetak akan yang saleh/shalehah. Memang benar jika ketika Rasulullah ditanya tentang peran orang tua, beliau menjawab:
“ Mereka adalah yang menyebabkan surgamu atau nerakamu” (HR. Ibnu Majah)
Apakah kita siap ketika mendapati anak kita melakukan kerdurhakaan terhadap kita, sembari mereka mengatakan : “ Wahai ayah dan ibu, sesungguhnya engkau telah menyia-nyiakan di saat aku masih kecil, maka aku sia-siakanmu dimasa tua!”. Naudzubillah...
            Mendidik anak memerlukan perjuangan dan pengorbanan. Namun perjuangan itu tidak akan sia-sia karena di mata Allah, apa yang kita lakukan dinilai sebagai jihad. Kita tidak perlu merasa iri terhadap para suami, yang bisa berkiprah mencari nafkah diluar rumah. Sebagai istri dan ibu, dengan suami mempunyai tanggung jawab sendiri-sendiri, yang masing-masing benilai jihad  di mata Allah SWT.
B.     RUMUSAN MASALAH
1.      Bagaimana pengetiaan, tipe, ciri, dan etika kepemimpinan orang tua.
2.      Bagaimana peranan wanita dalam rumah tangga.
3.      Apa kiat-kiat yang harus dilakukan dalam kepemimpinan rumah tangga.










BAB II
PEMBAHASAN
A.    KEPEMIMPINAN ORANG TUA
Kepemimpinan orang tua terdiri dari dua kata yaitu kepemimpinan dan orang tua. Buku psikologi sosial dijleaskan bahwa: “ Kepemimpinan adalah keseluruhan dari keterampilan (skill) dan sikap (atitude) yang diperlukan oleh tugas pemimpin” (Gerungan, 1991:128). Sedangkan menurut Oday Tead seperti yang dikutip oleh Cahyono dalam buku Psikologi Kepemimpinan dijelaskan bahwa: “ Kepemimpinan adalah merupakan kombinasi dari serangkaian  perangai yang memungkinkan seseorang  mampu mendorong orang lain untuk menjelaskan tugas-tugas tertentu” (Cahyono, 1984:14) dari kedua pendapat tersebut, maka yang dimaksud dengan kepemimpinan adalah keseluruhan dari keterampilan dan sikap yang diperlukan oleh tugas perihal pemimpin atau arah memimpin yang merupakan kombinasi dari serangkaian perangai yang memungkinkan seseorang mampu mendorong orang lain untuk menjalankan tugas-tugas tertentu. (DR. Kartini Kartono, 1979) Kepemimpinan ialah suatu bentuk dominasi yang didasari kemampuan pribadi yang mampu, sanggup mendorong ayau mengajak orang berbuat sesuatu.
Dalam kamus besar bahasa indonesia dijelaskan yang dimaksud dengan orang tua adalah : “ orang tua adalah ayah, ibu kandung, dan orang-orang yang dianggap tua”   ( Krisdalaksana, dkk,706). Ahli lain mengatakan dalam bukunya Bimbingan keluarga dijelaskan bahwa “Orang tua adalah bapak/ibu yang memiliki wewenang dan anggung jawab untuk membesarkan anak-anaknya” (Kartono, 1998:2). Dari kedua pendapat tersebut, maka yang dimaksud dengan orang tua adalah ayah dan ibu kandung yang memiliki wewenang dan tanggung jawab untuk membesarkan anak-anaknya.
Kepemimpinan merupakan suatu hal yang sentral dalam suatu kelompok, apakah kelompok dalam organisasi, partai, instansi, maupun rumah tangga. Dalam suatu kelompok tersebut masing-masing individu memainkan peran masing-masing dan disinilah diperlukan suatu kepemimpinan yang dapat mengaturnya agar apa yang diharapkan dapat tercapai. Sehubungan dengan hal ini dalam buku psikologi kepemimpinan dijelaskan bahwa: “Kepemimpinan timbul disebabkan oleh tiga hal yaitu : a) Pemimpinan dan pemekaran kelompok, (b) Pemimpin dan krisis dan (c) Pemimpin dan kegagalan pemimpin” (Cahyono, 1984: 25-27).
1.      Pemimpin dan Pemekaran Kelompok
Mana kala suatu kelompok berkembang menjadi besar, lebih luas dan lebih kompleks, pada saat itulah ikut berkembang pula suatu kepemimpinan. Hal yang demikian bisa dimengerti mengingat dengan semakin luas dan kompleksnya sesuatu kelompok bisa jadi berakibat pula dengan semakin sehubungan dengan hal ini.
2.      Pemimpin dan Krisis
Buku Psikologi Kepemimpinan dijelaskan bahwa :
Timbulnya kepemimpinan bisa juga disebabkan oleh suatu situasi dimana upaya pencapaian tujuan kelompok mengalami hambata, atau situasi dimana ekstensi kelompok menghadapi ancaman-ancaman yang serius diluar.
3.      Pemimpin dan Kegagalan Pemimpin
Pemimpin-pemimpin baru bisa juga akan mucul manakala emimpin sebelumnya tidak mampu melaksanakan fungsi-fungsi kepemimpinan secara memadai.
Selanjutnya dalm buku Psikologi Sosial dijelaskan bahwa :
Tipe dan Ciri-ciri Kepemimpinan Orang Tua
1.      Tipe kepemimpinan orang tua
Setiap orang tua dalam suatu keluarga memiliki tipe kepemimpinan yang berbeda-beda, ada orang tua cenderung otoriter, ada orang tua yang penuh dengan kompromi dengan anak-anaknya (demokratis) dan ada pula orang tua cenderung memberikan kebebasan pada anak-anaknya.

2.      Ciri masing kepemimpinan orang tua
Berikut ini akan diuraikan secara singkat ciri masing-masing cara kepemimpinan orang tua tersebut yaitu sebagai berikut :
3.2.1.      Ciri kepemimpinan orang tua yang otoriter
Buku Menuju Keluarga Sakinah dijelaskan bahwa “ Ciri kepemimpinan yang otoriter  adalah (a) Menuntut kepatuhan mutlak anak, (b) Pengawasan ketat terhadap anak dalam segala kegiatannya, (c) Memperhatikan hal-hal yang spele dan (d) Banyak mengeritik anak” (salam,2000 : 81). Selanjutnya dalam buku Psikologi Pendidikan Mengutamakan Segi-segi Perkembangan dijelaskan bahwa: “ Ciri Kepemimpinan yang otoriter adalah (a) Semua hal ditentukan oleh gurunya (orang tuanya), (b) Tiap langkahnya ditentukan oleh pemimpin (orang tua) , (c) Pemimpin membagikan tugas, (d) Pemimpin memuji atau memberikan kritik secara pribadi, dia bersikap tanpa menghiraukan” (Soetoe, 1982 :39). Pendapat diata, menunjukan bahwa  kepemimpinan yang otoriter orang tua terlalu menuntut kepatuhan, ketaatan dan banyak memberikan kritikan-kritikan kepada anak-anaknya walaupun hal-hal yang sepele dan bahkan juga orang tua suka bertindak kejam tanpa menghiraukan anak-anaknya.

3.2.2.      Ciri kepemimpinan orang tua yang demokratis
Kepemimpinan orang tua yang demokratis ini, orang tua lebih banyak menyelesaikan sesuatu dengan jalan damai, penuh dengan kasih sayang, selalu memberikan nasehat dan dorongan pada anak-anaknya. Hal ini sesuai dengan pendapat seorang ahi dalam Psikologi Pendidikan Mengutamakan Segi-segi Perkembangan dijelaskan bahwa :
Ciri kepemimpinan yang demokratis adalah (a) Semua diputuskan secara bersama, (b) Aktivitas dilakukan bersama-sama pada permulaan, pola aktivitas selanjutnya telah digariskan apabila diperlukan bantuan, orang tua bertindak dengan memberikan beberapa alternatif, (c) Tiap anggota keluarga bebas memilih dan pembagian tugas dilakukan melalui perundingan dan (d) Pemimpin bersikap obyektif, adil dalam teguran dan pujian, berusaha mengenai anggotanya (Soetoe, 1982 : 39 ). 
3.2.3.      Ciri kepemimpinan orang tua yang liberal (laisez faire)
Dalam buku Psikologi Perkembangan Mengutamakan Segi-segi perkembangan dijelaskan bahwa :
Ciri kepemimpinan yang laisez faire/laisez passer adalah (a) Kebebasan penuh tiap-tiap anggota kelompok, (b) Memberikan penerangan (nasehat) bila diminta, (c) Pemimpin tidak nurut campur sama sekali, (d) Pemimpin tidak memberikan komentar atas aktivitas kelompok atau anggota kelompok, kecuali diminta dan tidak berusaha mencampuri hal-hal yang terjadi” (Soetoe 1982 : 39). 
Keluarga (orang tua) merupakan lingkungan pendidikan yang pertama dan utama bagi anak dari mana anak orang tua berperan sebagai pendidik, sebagaian besar anak tumbuh dan berkembang didalam keluarganya dan mendapatkan pendidikan dari orang tuanya,  sehingga kemampuan, bakat, minat, dan sikap seseorang anak banyak dipengaruhi oleh orang tua dalam mengasuhnya.
Secara kodrat orang tua adalah pendidik yang pertama dan utama terhadap perkembangan jasmani dan rohani anak-anaknya dirumah. Predikat orang tua sebagai pendidik dirumah datang secara otomatis setelah pasangan suami istri dikarunai anak.
Yang disebut pendidik dalam pendidikan Islam adalah dirinya dan orang lain. Pendidik dalam Islam juga disebut sebagai orang-orang yang bertanggung jawab terhadap perkembangan peserta didiknya dengan upaya mengembangkan seluruh potensi peserta didiknya, baik berupa potensi afektif (rasa) , kognitif (rasa), psikomotor (karsa).
Dikutip dari Abudin Nata, pengertian pendidik adalah orang mendididk dalam bidang mendidik. Secara khusus pendidikan dalam persepektif pendidikan Islam adalah orang-orang yang bertanggung jawab terhadap perkembangan seluruh potensi peserta didik. Kalau kita melihat secara fungsional kata pendidik dapat diartikan sebagai pemberi atau penyalur pengetahuan, keterampilan.
Orang tua, dalam perspektif ini merupakan orang orang dewasa yang bertanggung jawab memberikan pertolongan pada anaknya dalam perkembangan jasmani dan rohaninya, agar mencapai tingkat kedewasaan, mampu mandiri dalam memenuhi tugasnya sebagai hamba dan khalifah Allah SWT dan mampu melakukan tugas sebagai makhluk sosial dan makhluk individu yang mandiri nantinya.
Orang tua punya wewenang mutlak dalam mendidik anak-anaknya dirumah dan tidak dapat diganggu gugat oleh orang lain. Orang tua sebagai orang dewasa pertama yang memikul tanggung jawab pendidikan, sebab secara alami anak pada masa-masa awal kehidupannya berada ditengah-tengah ibu dan ayahnya. Dari merekalah anak mulai mengenal kaidah-kaidah pendidikan. Dasar-dasar pandangan hidup, sikap hidup, dan keterampilan hidup banyak tertanam sejak anak berada di tengah-tengah  orang tuanya. Orang tua dapat mengenalkan segala hal yang merekan ingin beritahukan kepada anak atau yang anak sendiri yang ingin mengetahuinya.
Bentuk dan isi serta cara-cara pendidikan di dalam keluarga akan selalu mempengaruhi tumbuh dan berkembanganya watak, budi pekerti, dan kepribadian tiap-tiap manusia. Pendidikan  dalam lingkungan keluarganya inilah yang nantinya akan dijadikan modal dasar untuk mengikuti pendidikan dijenjang berikutnya yaitu ketika anak memasuki pendidikan formal/sekolah.
Pendidikan yang dilakulan orang tua terhadap anak atas dorongan kasih sayang itu selanjutnya dilambangkan Islam dalam bentuk kewajiban yang akan dipertangggung jawabkan di hadapan Allah SWT. Orang tua dalam pandangan ini adalah ibu dan bapak yang masing-masing mempunyai tanggung jawab yang sama dalam pendidikan anak.
Orang tua boleh dikatakan sebagai pemimpin dalam memimpin anaknya lebih-lebih seorang bapak sebagai kepala rumah tangga. Orang tua dalam memanage pendidikan bagi anaknya tentunya mempunyai batasan-batasan kaidah etika (kode etik) yang harus dipenuhi sebagai klasifikasi seorang pendidik yang pertama dan utama dalam keluarga.
Adapun beberapa kode etik yang harus dimiliki orang tua sebagai pendidik menuru AL-Ghazali seharusnya mencakup hal-hal sebagai berikut :
1.      Bersikap penyantun dan penyayang (QS. Ali Imran : 159)
2.      Menjaga kewibaannya dan kehormatannya dalam bertindak
3.      Menghidari dan menghilangkan sikap angkuh terhadap sesama ( QS. Al-Najm : 32)
4.      Bersikap rendah hati ketika menyatu dengan sekelompok masyarakat (QS. Al-Hijr : 88)
5.      Menghindarkan dari aktivitas yang tidak berguna dan sia-sia
6.      Meninggalkan sifat marah dalam menghadapi problem anaknya.
7.      Mencegah dan mengontrol anak dalam mempelajari ilmu yang membahayakan (QS. Al- Baqarah : 195)
8.      Mencegah anak dalam mempelajari ilmu fardhu kifayah (kewajiban kolektif, seperti mempelajari ilmu kedokteran, psikologi, dan sebagainnya) sebelum mempelajari ilmu fardlu’ ain ( kewajiban individual, seperti akidah, syari’ah, dan akhlak) 
Pendidikan dimasa kanak-kanak merupakan dasar pembentukan pribadi muslim, untuk itu penanaman agama akan dimulai sejak usia kanak-kanak sehingga sudah seharusanya lembaga pendidikan memperhatikan masalah ini dengan penuh perhatian.
Secara garis besar pendidikan yang harus ditekankan bagi orang tua dalam keluarga terhadap anaknya dapat dikelompokkan mejadi tiga, yaitu :
1.      Menanamkan dan Melaksanakan Pembinaan Akidah dan Akhlak
2.      Menanamkan dan Melakukan Pembinaan Kepribadian Dan Sosial
3.      Memanamkan dan Melaksanakan Pembinaan Intelektual.
Dalam literatur lain dijelaskan bahwa untuk mendidik anak, orang tua hendaknya harus memperhatikan hal-hal berikut dibawah ini :
a.       Orang tua jangan bertindak keliru terhadap anaknya, misalkan : terlalu memanjakan, terlalu keras, terlalu lemah dan sejenisnya.
b.      Orang tua harus menyediakan waktu cukup untuk bertemu anak-anaknya agar tercipta rasa kasih sayang.
c.       Kekuasaan yang dimilik orang tua jangan dihubungkan dengan kepentingan pribadinya, sebab hal ini dapat menimbulkan pertentangan antara anak dengan orang tuanya.
 Salah satu doa yang diajarkan Allah dalam Al-Qur’an adalah permohonan agar diberi keluarga yang harmonis. Allah berfirman :
“ Ya Tuhan kami, anugrahkanlah kepada kami jodoh dan keturunan yang bisa menjadi penyejuk hati, dan jadikanlah kami pemimpin bagi orang-orang yang bertakwa.” (QS.Al-Furqan : 74)
Kalau diuraikan, doa diatas berisi tiga permohonan, yaitu :
-          Pertama, seorang suami mengharapkan istri yang saleh, atau seorang istri mengharapkan suami yang saleh sehingga dapat menjadikan dirinya aman dan tenang selama hidup didunia dan akhirat.
-          Kedua, memohon anak dan keturunan yang saleh. Keberadaan anak saleh yang mampu menjaga agama sangat penting, karena anak yang taat dalam beragama akan menyelamatkan orang tuanya juga. Sebagaimana sabda Rasulullah bahwa bila manusia meninggal dunia, maka putuslah amalnya kecuali tiga hal yaitu sedekah jariah, ilmu yang bermanfaat dan anak saleh yang mendoakan orang tuanya.
-          Ketiga, memohon agar dapat melakukan suatu perbuatan takwa, sehingga orang orang mengikuti jalan kita.
Ibnu Abbas berpendapat, yang dimaksud dengan pemimpin bagi orang yang takwa adalah “ mengharapkan keluarga yang menyeru dan menjalankan kebaikan, dan mengharapkan agar ibadahnya dilanjutkan oleh anak keturunannya, dan dirinya dapat membawa manfaat bagi masyarakat lain.”
Kiat Membina Keluarga Yang Harmonis
Supaya keluarga kita menjadi keluarga yang baik, yang harmonis dan dapat membahagiakan kehidupan kita di dunia dan akhirat, maka perlu ditempuh langkah-langkah sebagai berikut:
1.      Memilih jodoh yang saleh
Dalam memilih jodoh Rasulullah memberi petunjuk dengan sabdanya:
a.       “Barang siapa menikah seorang perempuan karena agamanya, niscaya Allah mengharuniainya dengan harta.”
b.      “Janganlah kamu menikahi perempuan itu karena kecantikannya, mungkin kecantikannya itu akan membawa kerusakan bagi mereka sendiri. Dan janganlah kamu menikahi mereka karena mengharap harta mereka, mungkin harta itu akan menyebabkan dia menjadi sombong, tapi nikahilah dengan dasar agama. Dan sesungguhnya hamba sahaya yang hitam lebih baik, asal ia beragama.” (HR Baihaqi)
c.       “Sebaik-baiknnya perempuan (istri) itu adalah istri yang apabila engkau memandangnya, ia menyenangkanm; dan jika engkau berpergian, di peliharanya hartamu dan dijaganya kehormatannya.”
d.      “Dunia ini adalah perhiasan. Dan sebaik-baik perhiasan adalah wanita yang saleh.”
e.       Daari Jabir, sesungguhnya Rasulullah telah bertanya kepadanya: “Hai Jabir, engkau menikah dengan perawan atau janda?” jabir menjawab: “Saya menikah dengan janda.” Rasulullah bersabda: “Alangkah baiknya jika engkau menikah dengan perawan. Engkau dapat menjadi hiburanya dan dia pun menjadi hiburan bagimu.”

2.      Agama harus dijadikan pegangan
Baik suami maupun istri menghadapi berbagai persoalan yang timbul dalam rumah tangga. Karena itu, rumus pertama agar rumah tangga harmonis adalah menjadikan agama sebagai pegangan yang kuat untuk menyelesaikan persoalan hidup. Dalam agama Islam, kewajiban suami istri telah diatur dengan sebaik-baiknya. Bila suami dan istri bertakwa, niscaya Allah memberi solusi kepada mereka sehingga keluarga yang harmonis dapa mereka capai. Dengan bertakwa, maka orang mukmin sanggup menghadapi dan mengatasi segala kesulitan. Allah akan membukakan jalan keluar bagi orang mukmin yang bertakwa. Dan dengan bertakwa, maka Allah memberi kemudahan kepada mereka sehingga ketenangan dalam hidup berumah tangga dapat diraih.
Allah berfirman :
“ Barang siapa yang bertakwa kepada Allah, maka akan menjadikan bagi dia jalan keluar, dan memberi dia rezeki dari arah yang tak disangka-sangka. Barang siapa yang bertawakal kepada Allah, niscaya Allah yang menjadi penjaminnya. Sesungguhnya Allah itu sampai apa yang Dia kehendaki. Sesungguhnya Allah telah menjadikan segala sesuatu denga ketentuan-Nya.” (QS. Ath-Thalaq: 2-3)

3.      Cinta dan kasih sayang
Allah berfirman:
“ Dan di antara tanda-tangda kekuasan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadannya. Dan Dia jadikan diantara kamu cinta dan kasih sayang. Sesungguhnya pada yang dimikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kamu yang berfikir.”(QS. Ar-Rum : 21).
Ayat diatas menjelaskan fungsi dari pernikahan yaitu supaya tenteram. Artinya akan gelisahlah hidup kalau hanya seorang diri karena kesepian, terpencil tidak berteman. Lalu si kakak laki-laki mencari perempuan sampai dapat dan si perempuan menunggu sampai datang. Maka hidup pun di padukan jadi satu. Karena hanya dengan perpaduan jadi satu itulah akan dapat berlangsung regenerasi manusia.
Segala sesuatu mencari timbalanny. Cinta dan kasih sayang yang disebut dalam ayat diatas sangat diperlukan supaya hidup rumah tangga dapat berlangsung dan harmonis.
4.      Laksanakan kewajiban masing-masing.
Rumah tangga akan harmonis apabiah suami berusaha sekuat tenaga melaksanakan kewajiban-kewajibannya, dan istri pun berikhtiar semaksimal mungkin memenuhi tanggung jawabnya. Rumah tangga akan menjadi petaka apabila suami dan istri hanya pandai menuntut hak mereka. Kalau suami atau istri hanya pandai menuntut hak tapi lupa akan kewajibanya masing-masing, rumah tangga semacam ini akan menjadi sumber penderitaan.
Supaya kita mempunyai anak yang saleh, maka disamping itu berdoa kita juga harus berusaha mendidik anak kita supaya menjadi anak yang saleh.
Meskipun dilihat dari sudut biologis dan fitrah kejadiannya manusia, setiap ibu-bapak dengan sendirinya akan selalu memelihara anak-anaknya, tetapi mengingat pentingnya soal itu, maka Allah masih terus mengingatkan tanggung jawab tersebut.
Allah berfirman:
“ Dan hendaklah takut kepada Allah, orang-orang yang seandainya meninggalakan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap kesejahteraan mereka. Karena itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar.” (QS. An-Nisa : 9)
“ Hai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu dan keluargamu dari apa neraka yang bahan bakarnya terbuat dari manusia dan batu.”(QS.Al-Tahrim : 6)
Dari ayat di atas dapat disimpulkan bahwa Allah memerintahkan kepada orang yang beriman agar memelihara dan mendidik anak-anaknya dengan sebaik-baiknya.
Agar anak itu tumbuh  menjadi dewasa dan senantiasa mampu taat kepada Tuhannya, iklhas beribadah kepada-Nya, maka bagi anak itu harus disiapkan tempat yang bagus dan pemeliharaan yang sempurna setelah kelahirannya. Anak hendaknya diberi nama yang bagus sebab nama yang akan memepengaruhi perkembangan jiwa dari anak tersebut. Di antara pemeliharaan yang wajib diupayakan untuknya adalah mempersiapkan kesehatannya dan kekuatan fisiknya, mempersiapkan  lingkungan yang baik sehingga dia dapat tumbuh menjadi anak yang sehat dan saleh.
Di dalam Al-Quran dan as-sunnah banyak yang dijelaskan cara-cara memelihara dan mendidik anak sehingga anak hendaknya dimulai ketika anak masih dalam kandungan sampai dewasa dengan cara sebagai berikut.
Memberi nama yang baik
Berilah nama yang baik. Nama yang baik sangat mempengaruhi pembentukan kepribadian anak dan mengangkat makna-makna yang terkandung didalam nama itu.
Rasulullah bersabda:
“ Pada hari kiamat kamu sekalian dipanggi dengan nama-nama kamu dan nama-nama leluhurmu. Karena itu baguskanlah nama-nama kalian.” (HR Ahmad dan Abud Daud).
Mengenai nama, Ibnu Qayyim memberi penjelasan sebagai berikut.
Secara keseluruhan, maka akhlak, aktivitas dan amal perbuatan yang jelek terpengaruh oleh nama-nama yang jelek. Sebaliknya, akhlak, dan aktivitas yang baik juga dipengaruhi oleh nama-nama yang baik.
Rasulullah diberi nama Muhammad dan Ahmad, karena banyak perangai yang terpuji pada diri beliau. Untuk itu, panji pujian berada di tangan beliau, sedangkan umatnya disebut dengan ‘hammaadun’ yaitu orang-orang yang memuji Allah. Beliau juga manusia yang paling banyak memuji Allah.
Memberi Nafkah yang Halal
Berilah nafkah yang halal dan bak pada anak-anak. Anak adalah titipan Allah. Kita harus membesarkannya dengan harta yang halal supaya berkah.
Allah berfiman:
“Hai orang-orang yang beriman, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat dibumi.” (QS. Al-Baqarah:168).
Rasulullah bersabda:
“ Satu dinar kamu nafkahkan dijalan Allah, satu dina kamu nafkahkan untuk hamba sahaya, satu dina kamu sedekahkan kepada orang miskin dan satu dinar kamu nafkahkan kepada keluargamu, maka yang paling besar pahalanya adalah yang kamu nafkahkan kepada keluargamu.” (HR.Muslim).
Nafkah untuk anak yaitu makanan, minuman dan pakaian serta biaya pendidikan. Makanan dan minuman untuk anak hendaknya yang bergizi dan halal.
            Menurut ajaran Islam, anak-anak itu adalah amanah Allah kepada ibu-bapak. Setiap amanah haruslah dijaga dan dipelihara; dan setiap pemeliharaan mengandung unsur-unsur kewajiban dan tanggung jawab. Di dalam suatu hadist yang masyhur, yang menguraikan secara umum tentang pertanggung jawaban terhadap amanah, Rasulullah bersabda :
            “Tiap-tiap dari kamu adalah pengembala, dan bertanggung jawab atas yang digembalakannya. Imam (kepala negara) adalah pengembala dan bertanggung jawab atas rakyatnya. Seorang laki-laki adalah pengembala, dan bertanggung jawab atas digembalakannya (istri dan anak-anaknya). Perempuan adalah pengembala dirumah suaminya, dan bertanggung jawab atas digembalakannya. Seorang pembantu adalah pengembala dan bertanggung jawab dirumah tuannya. Masing-masing dari kamu adalah pengembala dan bertanggung jawab atas gembalaan masing-masing.” (HR.Bukhari dan Muslim).
Hadist diatas menunjukan bagaimana pentingnya pertanggung jawaban atas kewajiban yang terpikul di pundak kita masing-masing. Sejak jabatan yang tertinggi yaitu imam (Kepala Negara) sampai suami dan istri dan pembantu dirumah tangga, semuanya bertanggung jawab dihadapan Allah atas tugas masing-masing.
Adapun hakekat dan fungsi amanah tentang pemeliharaan anak-anak itu mengandung arti dan nilai yang jauh lebih dalam dan luas daripada amanah-amanah yang lain. Sebab didalamnya berjalin dan melekat secara langsung kepentingan manusia yang bersangkutan dalam hal ini ibu-bapak baik dilihat dari sudut biologis maupun dari sisi sosiologis.
Rasulullah bersabda:
“ Suruhlah anak-anakmu melakukan shalat ketika berumur tujuh tahun. Pukullah mereka bila meninggalkan shalat bila berumur sepuluh tahun. Dan pisahkanlah tempat tidur diantara mereka.”(HR.Abu Daud)
“Perhatikan anak-anak kamu dan bentuklah sebaik-baiknya budi pekerti mereka.”
Dalam proses pertumbuhan anak-anak, ibu-bapak memegang peranan yang amat penting, malah boleh di sebutkan yang paling menentukan. Menurut ajaran Islam, anak-anak dilahirkan dalam fitrah, yaitu berakidah tauhid dan cenderung kepada kebaikan, Rasulullah bersabda:
“ Tiap-tiap anak lahir dalam keadaan fitrah ibu-bapaknyalah yang membentuk anak itu menjadi seorang Yahudi atau Nasrani atau Majusi.”
Maksud hadist tersebut ialah bahwa baik-buruknya seorang anak, baik jasmaniah maupun ruhaniah, menjadi orang yang saleh atau fasik dan lain-lain sebagaimana dalam mendidik anak sangat penting amaka pada tingkat pertama dan tingkat terakhir, merekalah yang memikul kewajiban dan tanggung jawab secara langsung.     
Kewajiban dan tanggung jawa itu, dalam garis besarnya ialah mendidik dan membentuk anak-anak tersebut dalam tiga hal, yaitu:
1.      Jasmaniyah
2.      Aqliyah (pikiran kecerdasan)
3.      Ruhaniah
Mengenai soal jasmaniyah, ialah berusaha supaya anak anak itu menjadi sehat badannya jauh dari segala macam penyakit.
Adapun di bidang Aqliyah, ialah mengusahakan supaya anak-anak itu mempunyai kecerdasan dan ilmu pengetahuan.
Adapun di bidang ruhaniah, yang menyangkut dengan pembentukan jiwa, watak, imam, budi pekerti dan segala sesuatu yang bersifat moral dan akhlak, inilah unsur yang mana penting. Ada dua faktor utama yang menentukan dalam hal ini. Pertama, faktor rumah tangga yang langsung dipegang pimpinan dan kendalinya oleh ibu-bapak sendiri. Kedua, faktor masyarakat, karena itu supaya anak berkembang menjadi anak yang baik, maka orang tua harus memberi contoh yang baik kepada anak-anaknya untuk shalat. Orang tua juga harus mencarikan lingkungan pergaulan yang baik bagi anak-anaknya. Dengan demikian anak-anaknya akan berkembang menjadi anak yang saleh.
Didalam Al-Qur’an ada satu surat yang bernama surat Luqman, di mana Allah memberikan contoh kepada ibu-bapak untuk mendidik anak-anaknya, yang seperti sudah dilakukan di zaman dahulu oleh Luqman terhadap anak-anaknya. Ada dua keterangan dari Ahli-ahli tafsir mengenai Luqman itu. Pertama, yang menyatakan bahwa Luqman itu seorang Nabi; Kedua yang menyatakan bahwa dia hanya seorang Ahli Hikmah. Adapun pendidikan yang diberikan oleh Luqman kepada anak-anaknya adalah sebagai berikut.
Pertama, tauhid
Allah berfirman:
“ Dan ingatlah ketika Luqman berkata kepada anaknya dikala dia mengajarinya; wahai anakku, janganlah engkau menyekutukan Allah. Sesungguhnya menyekutukan Allah itu adalah benar-benar kezaliman yang besar.”
            Nasehat “ jangan mempersekutukan Allah” (syirik) itu disebutkan dengan istilah tauhid adalah termasuk dalam rangk Aqidah, yang merupakan landasan pokok dalam kehidupan manusia. Maka masalah tauhid diletakkan pada nomor satu dalam urutan rangkaian-rangkaian nasehat itu. Tauhid membentuk jiwa dan sikap hidup manusia semata-mata percaya kepada Allah sebagai Tuhan, kepercayaan yang murni. Dengan pendidikan tauhid, anak-anak akan mempunyai pegangan dan tidak kehilangan kompas dalam situasi yang bagaimana pun, baik di waktu lapang maupun di waktu sempit. Sebab mereka percaya sepenuhnya, bahwa segala sesuatu yang ditemui dalam hidup ini, datangnya dari Yang Maha Kuasa dan akan kembali pada-Nya pula.
           
Kedua, berbakti kepada orang tua.
Allah berfirman:
“Dan kami wasiatkan kepada manusia terhadap kedua ibu bapaknya. Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah dan bertambah lemah dan mnyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu. Hanya kepada-Mu kamu kembali.”  
            Dalam ayat diatas digambarkan kesusahan seorang ibu ketika mengandung anaknya. Sejak awal kehamilan, di sudah sering muntah-muntah da semakin lemah. Sesudah anaknya lahir, dia memelihara dan menyusui sampai dua tahun sehingga anaknya tumbuh menjadi anak yang sehat. Lalu anak tersebut disekolahkan sehingga dapat menjadi anak yang pandai dan mandiri, karena itu semua manusia harus bersyukur kepada Allah dan kepada orang tuanya.
Mengingat besarnya jasa ibu-bapak itu, maka pada ayat tersebut di atas Allah merangkai sejajar dalam satu kalimat kewajiban bersyukur kepada Allah dan berterima kasih kepada ibu-bapak. Perbuatan berbakti kepada orang tua merupakan salah satu cara untuk berterima kasih kepada orang tua dan ini termasuk perbuatan yang paling baik.
Abdullah bin Mas’ud berkata, aku bertanya kepada Rasulullah:” Amalan apakah yang paling dicintai oleh Allah?”
Rasulullah menjawab: “Shalat pada waktunya”
Aku bertanya lagi: “Kemudian apa lagi?”
Rasulullah menjawa: “Berbakti kepada kedua orang tua.”
Aku bertanya lagi: “Jihad di jalan Allah.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Ketiga, ibadah, seperti dalam surat Luqman itu, diterangkan: “Hai anakkku, dirikanlah shalat.”(QS.Luqman:17)
Keempat, pendidikan kemasyarakatan.
            Allah berfirman:
            “Suruhlah mengerjakan perbuatan yang ma’ruf (baik-baik) dan laranglah dari (perbuatan) yang mungkar.
Hendaklah ibu-bapak mendidik anak-anaknya supaya mereka membiasakan diri berbuat kebajikan, baik untuk dirinya sendiri maupun orang lain atau masyarakat.
Kelima, tentang pembentukan mental.
          Allah berfirman:
   “Dan berlaku sabarlah (teguh hati) menghadapi peristiwa (musibah) yang menimpa engkau. Sesungguhnya (sikap) yang demikian itu termasuk urusan yang sangat penting.
            Sikap sabar dan teguh hati mengarungi gelombang hidup terutama menghadapi musim pancaroba, adalah satu sikap mental yang diperlukan untuk mencapai sukses dan kemenangandalam setiap usaha atau perjuangan.
            Keenam, mengenai pendidikan budi pekerti.
                        Allah berfirman:
“ Dan janganlah kamu palingkan mukamu dari manusiadan janganlah kamu berjalan dimuka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang sombong dan membanggakan diri.” (QS.Luqman:18)
            Ini termasuk budi pekerti dan sopan santun. Yaitu kalau sedang bercakap-cakap, berhadap-hadapan dengan seseorang, maka hendaknya kita menghadapkan muka ke padanya. Menghadapkan muka adalah alamat dari mengahadapkan hati. Sombong dan membanggakan diri termasuk sikap yang di benci Allah.
Selanjutnya Allah berfirman:
“Dan sederhanakalah dalam berjalan dan lunakanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai.”(QS.Luqman:19)
Dalam berjalan, jangan tergesa-gesa, karena lekas payah. Tetapi juga jangan lambat, nanti didahului orang bersikaplah yang pertengahan.
Jangan bersuara keras tidak sepadan dengan yang hadir. Suara yang keras hanya dipakai untuk berpidato dihadapan orang banyak atau dipakai hendak mengerahkan orang banyak kepada suatu pekerjaan yang besar. Tetapi bila hanya berbicara dua orang, hendaknya berbicara dengan lemah lembut.
Suara yang paling jelek adalah suara keledai.Mujahid berkata:
“Suara keledai itu jelek sekali. Maka orang yang bersuara keras, menghardik, sampai seperti akan pecah kerongkongannya, suaranya jadi terbalik, maka itu menyerupai suara keledai. Tidak enak didengar dan tidak disukai oleh Allah.”
Nasehat Luqman kepada anaknya merupakan dasar-dasar pendidikan bagi seorang Muslim. Pokok-pokok inilah yang harus disemaikan oleh ibu-bapak kedalam jiwa putra-putrinya semenjak masih kecil sehingga setelah dewasa kelak. Anak-anak itu sudah terlatih dengan alat-alat dan syaraf-syaraf yang diperlukan dalam menghadapi kehidupan, yang sesuai hasrat yang diinginkan oleh ibu-bapak,
Satu hal yang sangat penting. Ialah penerapan ibu-bapak sendiri, yaitu praktek-praktek dan kenyataan-kenyataan yang mereka tunjukkan dalam perbuatan sendiri. Tidak mungkin seorang anak mempunyai Aqidah yang kuat, menjadi orang yang taat dan berbakti kepada Allah, menjadi pejuang menegakkan kebajikan dan memberantas kemaksiatan, mempunyai moral dan budi pekerti yang baik, jika ibu-bapak sendiri tidak melakukan hal-hal yang demikian dalam kehidupan mereka sendiri.
Jadi ibu dan bapak harus memberi teladan yang baik bagi anak-anaknya. Islam sangat menekankan untuk memberi teladan yang baiak bagi anak-anak. Sikap Islam seperti ini merupakan bentuk dari perlindungan Islam terhadap anak-anak.
Allah berfirman:
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (keselamatan) hari kiamat dan dia banya mengingat Allah.” (QS.Al-Ahzab:21)
Orang tua hendaknya mencontoh Rasulullah dan menjadikan Rasulullah sebagai suri teladan. Dan anak-anak cenderung untuk meniru dan mencontoh orang tuanya. Jika orang tua itu orang yang baik, maka insya Allah anak-anaknya akan berkembang menjadi anak yang saleh.
Dalam pelaksanannya, maka Umar telah memberikan tuntunan bagaimana mendidik anak. Umar berkata:
“ Ajar dan didiklah anakmu sesuai dengan zaman yang akan dihadapinya.”
B.     PERANAN WANITA DALAM RUMAH TANGGA
Suatu peran akan membuat bahagia atau bangga apabila yang bersangkutan memilih dengan sadar peran tersebut, serta mengetahui betapa ‘pentingnya’ peran yang disandangnya. Menilik para ibu yang tidak bahagia, kalau mereka memilih perannya secara sadar memang ‘ya’ karena mereka memutuskan untuk menikah, sehingga mutlak baginya akan menerima status sebagai ibu; sehingga bisa disimpulkan, kalau penyebab ketidakbahagiaan para ibu adalah kurang pengetahuanya tentang begitu besarnya peran yang disandang.
Ibu merupakan madrasah bagi anak-anaknya. Dari Ibu lah anak-anak awa kali mendapatkan pelajaran pertamanya. Berhubung para ibu mempunyai jam kerja yang panjang dirumah, tidak mustahil ibu yang lebih banyak berinteraksi dengan anaknya. Sehingga baik atau buruk sang anak ada ditangan ibunya. Rasulullah bersabda:
“Tiap diri kalian adalah pemimpin, seorang wanita adalah pemimpin dirumah tangga suaminya dan anak-anaknya, dan ia bertanggung jawab atas apa yang dipimpinya.” (HR. Muslim)
Nah, kalau kita mengingat hadist ini, maka suatu ketika kita dimintai pertanggung jawaban oleh Allah atas apa yang telah kita pimpin (menjaga kehormatan, harta suami, serta mendidik anak-anak).
Anak adalah amanah dari Allah. Tidak semua perempuan diamanahi Allah untuk bisa mengandung, melahirkan, serta merawat anak. Bagaimana mungkin, kita yang telah dipercaya Allah akan menghianati-Nya, dengan menyia-nyiakan amanah itu? Kita hendaknya bersyukur atas status kita sekaran, yaitu menjadi seorang ibu. Peran yang kita sandang begitu mulia, karena semua ibu ibaratnya menjadi pendidik sehingga bisa mempersiapkan generasi penerus yang berkualitas.
Beberapa penelitian membuktikan betapa sangat dahsyat peran kasih sayang ibu terhadap keberhasilan anaknya. Dengan memberikan kasih sayang yang berlimpah (tidak berarti memanjakannya), seorang anak akan merasa aman dan percaya terhadap ibunya. Si anak akan belajar menerima cinta dan memberikan cintanya kepada orang lain. Dalam kondisi ‘damai’, otak pun akan bekerja secara optimal. Anak-anak ini akan memberikan tanggapan yang positif kalau diberi nasihat (karena rasa aman dan percaya kepada orang tuanya). Pendek kata, anakyang mendapatkan cukup kasih sayang lebih mudah dibentuk akhlaknya. Sebaliknya, anak yang mengalami kekurangan kasih sayang akan selalu merasa terancam sehingga membuat pola perilaku yang selalu siap tempur, sehingga rentan terhadap perilaku agresif. Budaya kekerasan yang kian merebak, disinyalir karen akibat para generasi muda yang kekurangan kasih sayang orang tua (ibu kandungnya) dimasa awal kehidupannya.
Suatu ketika Rasulullah ditanya tentang peran orang tua. Beliau menjawab:
“ Mereka adalah yang menyebabkan surgamu atau nerakamu.” (HR. Ibnu Majah).
Yah, memang benar hadist ini, karena salah atau benar pendidikan yang diberikan kepada anak, bisa menjadikan anak terbentuk menjadi pribadi yang saleh dan shalehah, sehingga siap menyongsong surganya; demikian pula sebaliknnya, pendidikan yang salah bisa berakibat si anak menjadi durhaka,  dan dia pun siap menyongsong nerakanya..
Jangan sampai, kita salah mendidik anak, karena bukan hanya anak saja yang menerima adzab dari Allah, namun kita juga yang pertama kali akan menerima adzab itu. Karena bagaimanapun juga, kitalah pemimpin anak-anak sehingga ‘rusaknya’ anak-anak adalah hasil dari kerja kita, naudzubillah...
Kita jangan merasa iri dengan para suami karena mereka bisa berkiprah diluar rumah untuk berjihad mencari nafkah bagi keluarganya. Karena apa pun yang kita lakukan di rumah akan dinilai Allah sebagai jihad, yang pahalanya jelas surga. Rasulullah bersabda:
“Sesungguhnya wanita yang hamil, melahirkan, dan merawat anaknya akan mendapatkan pahala seperti orang yang berjihad di jalan Allah.”
Antara kita dan suami bisa berjihad dengan bekerja sama mengelola keluarga. Dengan keyakinan ini, kita bisa termotivasi untuk bersungguh-sungguh menjalankan peran kita sebagai istri/ibu, sehingga membentuk rumah tangga yang sakinah, mawwadah, serta rahmah dapat terwujud, amin.
Status sebagai ibu rumah tangga kurang mendapatkan penghargaan pada publik. Banyak orang yang memandang sebelah mata dan meremehkan pekerjaan yang menunggu penyelesaian 24 jam dalam sehari, dan diringkas menjadi tiga kata: IBU RUMAH TANGGA. Oleh karena itu, banyak wanita yang lebih memilih bekerja dijalur rumah daripada memilih sebagai ibu rumah tangga. Wanita yang bekerja akan mendapatkan gaji, sebagai simbol dari penghargaan atau hasil kerjanya, dan statusnya dimata masyarakat pun lebih terangkat karena terkesan lebih mandiri (tidak bergantung penuh pada suami).
Kurangnya penghargaan atas peran sebagai ibu rumah tangga menyebabkan para wanita merasa kurang bahagia dengan statusnya. Perasaan ini bisa mempengaruhi kehidupannya setiap hari, misalnya melakukan tugasnya dengan setengah hati, suka mengeluh, suka menggerutu, dan perasaan tidak bahagia. Perasaan-perasaan ini membuat peran ibu rumah tangga kurang optimal dalam mendampingi suami beserta anak-anaknya.
Tugas utama ibu rumah tangga adalah sebagai pendamping suami dan pendidik, pemelihara anak. Jadi tugas ‘maintemance’ suami dan anak bisa kita lakukan secara profesional. Bagaimana caranya? Misalnya sebagai pendamping suami, kita bisa bertindak sebagai patner dalam membuat suatu kebijakan dalam rumah tangga, atau sebagai ‘manager keuangan’ rumah. Sebagai manager keuangan, kita harus mengatur uang dari suami sedemikian rupa sehingga bisa cukup mengcover kebutuhan sehari-hari dan untuk menabung. Kalau toh harga kebutuhan naik, kita bisa membuat kebijaksanaan beberapa pos pengeluaran dikurangi atau menurunkan kualitas hidangan dan pakaian. Kalau jalan ini sudah ditempuh, ternyata masih ssah untuk bertahan, diskusikan kepada direktur (dalam hal ini adalah suami); mungkin memang harus melakukan seusatu untuk menghadapi hal ini, apakah istri akan mekakukan kerja sambilan tanpa meninggalkan fungsinya sebagai ibu rumah tangga, atau suami akan menambah kerja paruh waktu. Jangan merasa tidak mau tahu uang darimana, yang penting mengeluarkan tanpa memperhitungkan cukup atau tidaknya, kalau kurang tahunya minta tambahan ke suami, itu sih bukan tingkat manager, tapi tingkat pelaksana (setara pembantu). Sekarang tinggal pilih, mau bertindak sebagai manager atau pelaksana? Ini baru salah satu contoh peran ibu sebagai pendamping suami yang bisa kita kerjakan secara profesional.
Selain sebagai pendamping suami, ibu juga bertindak sebagai pendidik dan pemelihara anak. Slogan ibu adalah madrasah bagi anak mungkin sangat tepat. Ada sebuah syair yang begitu bagus menggambarkan peran seorang ibu:
Ibu laksana lembaga pendidikan.
Bila dipersiapkan dengan baik,
Ia dapat membentuk pribadi yang lebih baik,kuat
Dan tangguh.
Ibu laksana taman,
Jika dijaga kelestariannya,
Tak selembar daun pun yang dimakan hama.
Ibu adalah guru dari segala guru yang utama.
Dia mampu menurunkan kemuliaan dari
Generasi ke generasi.
Yah, itulah gambaran yang sangat tepat untuk peran seorang ibu, dari ibulah semua anak manusia mengenal kasih sayang, dan pelajaran pertamanya, entah adab sopan santun. Setiap anak dilahirkan suci bagaikan kerja kosong, makam kedua orang tuanyalah yang akan menggoreskan pena sehingga sebaik atau seburuk apapun hasinya merupakan ‘hasil karya’ orang tuanya.
Mayoritas ‘jam kerja’ ibu dirumah sehingga para ibulah yang banyak menghabiskan waktu untuk berinteraksi dengan anaknya. Anak mendapatkan pendidikan pertamanya dari sang ibu. Maka ibu yang akan ‘mencetak’ sikap dan prilaku anak. Maka bertindak secara profesional merupakan suatu keharusan, salah satunya ibu membuat kurikulum sendir. Semakin dini kurikulum tersebut diterapkan akan semakin efektif dalam mendidik anak. Misalnya ibu bisa memberikan teladan yang baik dalam bersikap dan berperilaku dengan cara menetapkan ‘jadwal’ belajar. Apa saja yang diajarkan?
Sebelum mengajarkan kepada anak, kita hendaknya melakukan apa yang akan kita ajarkan. Jangan hanya menyuruh anak, sementara kita sendiri tidak melaksanakannya, hal ini mencetak anak yang pembangkang. Mendidik anak sewaktu kecil laksan mengukir pada batu, sedangkan mendidiknya setelah dewasa laksana melukis dalam air (tidak berbekas). Anak dan suami adalah amanah dari Allah. Kita sebagai ibu / istri tidak bisa menyia-nyiakan mereka.
“ Sesungguhnya Tuhanmu mempunyai hak atas kamu, dirimu mempunyai hak atas kamu, keluargamu mempunyai hak atas kamu, maka berikanlah setiap yang mempunyai hak itu haknya” (HR. Bukhari dan Muslim).
Kita harus terus mengemban amanah dan berbuat adil, sehingga tidak ada pihak yang merasa terdzalimi. Mulai sekarang, marilah kita kembali ke peran utama kita sebagai istri dan ibu bagi anak-anak kita. Untuk bisa berperan secara optimal, kita harus menjalaninya dengan hati yang bahagia. Kita awali setiap bangun pagi  dengan bersyukur. Buatlah semacam ritual beberapa menit saja. Duduklah beberapa saat sebelum beranjak dari tempat tidur. Disini tidak hanya melafadzkan doa bangun tidur saja yang merupakan rutinitas harian, kita harus benar-benar bersyukur bahwa Allah masih memberi kesempatan kepada kita, bisa menikmati kesempatan sebagai istri dan ibu (karena siapa yang bisa menjamin setiap orang bakal bisa bangun setelah tidur?).
Lihatlah suami dan anak yang masih tertidur pulas, amati mereka. Kita ucapkan “Alhamdulillah, hari ini Allah masih memberi kesempatan aku untuk mendampingi kalian...” Kita juga bersyukur hari ini dalam keadaan sehat, amati seluruh tubuh kita dan rasakan. Setelah itu semua, Senyumlah! Karean dengan senyum ternyata bisa mempengaruhi mood kita. Cobalah dengan senyum, kita akan cenderung merasa bahagia. Setelah mengawali hari dengan bersyukur dan senyum, mandilah sebagai pendongkrak semangat untuk mengawali hari ini. Nah,dengan tips ringan ini, semoga kita semua bisa mengawali hari dan berperan secara lebih bahagia.
Sedang bila mereka mati dalam kesyahidan, maka mereka tetap hidup dan mendapatkan rezki dari Tuhan. Adapun kami yang merawat mereka, tidak mendapatkan balasan apapun”. Kemudian Rasulullah bersabda:
“Sampaikan kepada setiap perempuan yang engkau jumpai, bahwa taat kepada suami dan menghormati haknya menyerupai pahala semua itu, namun amat sdikit diantara kalian yang melakukannya.” (HR. Ibnu Abbas).
Menelaah hadits tersebut di atas, kita bisa mengetahui bahwa ternyata sejak dahulu para perempuan telah menuntut adanya emansipasi dalam berbagai hal. Kalau para lelaki wajib berjihad di medan peran, maka perempuan juga ingin melakukan hal yang sama. Namun Islam telah mengatur semuanya, sehingga kaidah keseimbangan dan keharmoni-san hidup tetap terjaga. Walaupun perjuangan yang dilakukan kaum laki-laki dan perempuan sangatlah berbeda, namun pahala yang dijanjikan ternyata sama. Janji Allah pasti ditepati. Sekarang, apa lagi yang membuat mu sedih, wahai para ibu? Ternyata pengorbananmu dirumah dihargai Allah sebagai jihad yang balasannya tak lain adalah surga.
Untuk para ibu, kita tidak harus berperang dengan  memanggul senjata. Cukup mentaati suami sehingga suami ridha, maka surga pun siap menanti. Allah ‘meringankan’ jihad para wanita. Rasulullah bersabda:
apabila wanita menjaga shalatnya yang lima waktu, berpuasa pada bulannya, menjaga kehormatannya, dan mentaati suaminya, niscaya ia akan masuk surga dari pintu mana saja yang dia sukai.” (HR. Ahmad)
Kita tidak perlu secara fisik bertempur, kepanasan, kehujanan, tidak tidur, tidak makan / minum, lari-lari, memanggul senjata yang berat, selalu waspada, dan lain sebagainya. Kita bisa berjihad sesuai koridor yang ditetapkan Allah. Namun hal yang ‘ringan’ inipun masih dirasa berat oleh kita. Sehingga memang benar hadits di atas, amat sedikit dari kita yang melakukannya.
Tugas ibu yang utama, selain sebagai pendamping suami adalah sebagai pndidik anak-anaknya. Sebagai pendamping suami, apakah kita memenuhi hak-hak suami dan menjalankan amanahnya? Rasulullah bersabda:
Ya Umar, adakah engkau ingin aku beritahu tentang sebaik-baiknnya simpanan surga? Yakni wanita shalehah yang apabila suami memandangnya, ia menyenangkan. Jika diperintah suami, ia taat. Dan jika suami tidak berada di sampingnya, ia bisa menjaga kehormatan diri” (HR. Abu Dawud dan ibnu majah).
Abdullah bin umar r.a mengabarkan, bahwa Rasulullah SAW. Bersabda:
kalian semua adalah pemimpin. Dan kalian semua akan dimintai pertanggung jawaban atas apa yang di pimpinnya. Seorang suami adalah pemimpin di rumah tangganya, dan dia bertanggung jawab atas apa yang dipimpinnya. Seorang wanita (ibu) adalah pemimpin di rumah suaminya dan anak-anaknya, dan dia bertanggung jawab atas apa yang di pempinnya.” (Muttafaun ‘Alaih)
Seorang istri sangat bertanggung jawab terhadap hal-hal yang menyangkut kerumah tangga serta pembianaan anak-anaknya. Semua anak terlahir ke dunia dalam keadaan suci. Banyak pakar psikologi yang menggambarkan jiwa anak seperti kertas kosong. Maka orang tuanyalah yang akan  mencoretkan atau ‘membentuk’ kertas tersebut. Ibu, yang notabene mengandung, melahirkan, serta menyusui, banyak menghabiskan waktu bersmasi anak. Maka, peran ibu sangatlah besar dalam membina ank-anaknya.
Sebagai istri, kita jangan iri dengan kiprah suami yang bekerja diluar rumah. Jangan sekali-kali berfikir kalau kita lebih sengsara karena harus hamil, melahirkan dan menyusui anak kita. Allah menyamakan pengorbanan wanita yang hamil dan menyusui seperti pejuang di garis depan fii sabilillah. Jika ia meninggal di antara waktu tersebut, maka baginya adalah pahala mati shahid (HR. Thabrani). Pengorbanan seorang ibu sangatlah besar dalam mengandung, melahirkan serta menyusi anaknya. Oleh karena itu, Allah berfirman:
dan kami perintahkan kepada manusia bebuat baik kepada kedua ibu-bapaknya: ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah dan menyapihnya dalam dua tahun...”. (QS. Luqman: 14)
Hal ini juga ditegaskan dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah. Suatu ketika seseorang datang kepada Rasulullah, dan ia berkata,
Wahai Rasulullah, siapa yang paling berhak saya perlakukan dengan baik?” Rasulullah menjawab “ibumu” dia bertanya lagi, “Setelah itu siapa?” Rasuluullah menjawab, “ibumu”. Dia bertanya lagi, “Setelah itu siapa lagi?” Rasulullah menjawab “Bapakmu”.
Penghormatan terhadap seseorang ibu beberapa kali dibandingkan terhadap bapak. Karena ibu lah yang telah banyak berkorban dalam keadaan yang payah.
 Ibu adalah pemimpin bagi anak-anaknya. Sebagai pemimpin, kita harus bisa memberi teladan yang baik terhadap anak kita; melindungi, merawat, serta mengarahkan kebiasaan tabiat anak sehinggga tercetak anak dengan akhlak yang baik. Mendidik anak pun sedini mungkin. Pada tahap perkembangannya, anak dengan usia yang sangat dini biasanya hanya meniru. Maka sangat penting kiranya bagi kita untuk selalu memberi contoh yang baik dalam keluarga. Berhubung ibu sebagai pemimpin dalam urusan kerumahtanggaan, termasuk anak-anak maka keadaan bahagia dan sedih keluarga tersebut sangat tergantung pada ibu.




C.  KIAT-KIAT YANG HARUS DILAKUKAN DALAM KEPEMIMPINAN RUMAH TANGGA.
a.    Apa yang sebaiknya harus dilakukan seorang ibu:
1.      Menjaga hati
Kita merupakan aktor sentral dirumah. Kalau akting kita baik, maka alur cerita dalam keluarga kita baik, sebaliknya kalau akting kita buruk. Mengingat peran kita begitu penting, maka kita harus pintar-pintar dalam membawakan sangat ditentukan oleh suasana hati kita setiap harinya.
2.      Menjaga lisan
Rasulullah bersabda:
“Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan beriman kepada hari akhir, maka hendaklah ia berkata baik atau jika tidak bisa, maka lebih baik diam saja.”(HR Bukhari-Muslim)
Banyak orang mengatakan lidah tak bertulang. Karena kelenturan tanpa tulang inilah banyak yang kita keluarkan, baik dengan sengaja atau tidak bisa menyakiti orang lain. Kalau kita sering menyumpahi anak? Apa kita sebagai orang tua tidak menyesal kalau ‘doa’ kita yang berbentuk sumpah serapah dikabulkan Allah. Apa lagi ketika ‘berdoa’ kita dalam keadaan marah atau tersakiti (termasuk orang yang teraniaya), apa tidak mustahil ‘doa’ tersebut akan terkabul? Rasulullah , memperingatkan umatnya:
“ Janganlah berdoa jelek untuk diri kalian, dan jangan pula mendoakan jelek atas anak-anak kalian, juga jangan berdoa jelek atas harta benda kalian. Janganlah kalian menepati saat yang ketika Allah diminta, Dia akan mengabulkan.”(HR. Muslim & Abu Dawud).
Kita dilarang berdoa yang jelek untuk diri sendiri dan keluarga kita, siapa tau Allah mengabulkannya.
3.      Jaga sikap
Sikap yang wajib kita tunjukan di depan anak adalah sikap takwa kepada Allah (selalu menghadirkan Allah dalam rumah tangga kita), juga sikap menghormati suami. Orang tua adalah satu team yang kompak. Di depan anak jangan sekali-kali menampakkan pendapat yang berseberangan.
4.      Jaga perbuatan
Apapun yang kita lakukan setiap saat merupakan pembentukan kebiasaan dalam keluarga. Ibu sebagai manager dalam keluarga anak membuat peraturan, termasuk jadwal kegiatan keseharian. Usahakan apapun yang kita lakukan mengandung unsur efektif dan efisien. Kita dianjurkan untuk berhemat, karena sikap pemborosan adalah teman dari setan.
Allah berfirman      
“Sesungguhnya pemborosan-pemborosan itu adalah saudara-saudara setan dan setan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya.” (QS Al Isra’ 27).
Salah satu perbedaan antara laki-laki dan perempuan dari struktur tubuh adalah adanya rahim dan hal-hal yang berkaitan dengannya, yang tidak dimiliki oleh laki-laki. Kebutulah organ tersebut bernama rahim, seperti salah satu asma Allah yang berarti ‘sayang’ atau cinta kasih. Perempuan diharapkan mampu memberikan kasih sayanganya, karena itu ditubuh perempuanlah sesosok janin tumbuh, serta didekapannya seorang bayi akan berkembang.
Beberapa hal dibawah ini merupakan data betapa sangat dahsyatnya efek kasih sayang ibu terhadap anaknya, yaitu antara lain :
1.      Anak mempunyai akhlak yang baik
2.      Syaraf otak berkembang denga sempurna
3.      Mensukseskan ‘the golden age
4.      Efek pengukuhan positif


1). Anak mempunyai akhlak yang baik
Rasulullah mencontohkan betapa beliau sangat menyayangi anak kecil, yaitu Hasan dan Husain, cucunya. Dalam suatu riwayat diceritakan, bahwa Beliau menimang-nimang Hasan bin Ali sewaktu masih kecil seraya bersabda :
“ Ya Allah, sesungguhnya aku mencintainya, maka cintailah orang yang mencintai dirinya.” (HR. Bukhori)
Disalah satu riwayat juga disebutkan bahwa ketika Aqro’ bin Habis menyaksikan beliau mencium Hasan dan Husein, Aqro’pun berkata :
“ Apakah kalian mencium anak-anak kecil kalian? Sesungguhnya aku memilik 10 anak yang tidak seorang pun pernah aku cium”. Lalu Rasulullah menjawab: “Apakah aku bisa menguasai dirimu bila Allah telah mencabut rasa kasih sayang dari dalam hatimu?” (Muttafaqun ‘Alaih).
“Bukan dari golongan kami orang yang tidak mengasihi anak kecil kami”. (HR. Ahmad, Abu Dawud dan Tirmidzi)
Pada suatu kesempatan, Ibnu Abbas yang masih kecil bermalam disisi Rasulullah, sehingga Ibnu Abbas menyaksikan Rasulullah berwudhu dan menjalankan sholat lail. Apa yang dirasakan Ibnu Abbas waktu itu, dia bisa bermalam bersama junjungannya dan menyaksikan ritual malam yang dilakukan beliau. Rasulullah telah memberi contoh bagaimana berlaku baik dengan anak kecil, yaitu dengan cara memberi contoh yang baik (Ibnu Abbas yang masih kecil menyaksikan kegiatan ritual beliau), memperlakukan sebaik mungkin (menimang, mencium cucunya), sehingga si anak bisa merasakan limpahan kasih sayang orang dewasa disekitarnya. Hal ini terbukti pada zaman Rasulullah, mentalitas anak bisa tertempa sehingga bisa mencetak generasi yang tangguh.
Kasih sayang yang kita berikan merupakan hak anak. Jangan sampai kita merampas hak anak yang sangat mendasar ini. Seorang anak yang merasakan limpahan kasih sayang akan merasakan rasa aman dan mengembangkan rasa percaya terhadapnya. Dengan kedua rasa ini, anak dengan mudah belajar untuk mencintai orang-orang disekitarnya. Anak yang mempunyai rasa cinta dengan mudah mengembangkan sikap empati, simpati, dan toleran, yang merupakan sikap dasar untuk membinan hubungan dengan orang lain secara menyenangkan. Sikap-sikap baik inilah yang mendukung si anak dengan mudah menerima nasihat dari lingkungannya, sehingga sangat mudah terbentuk akhlak yang baik.
Kasih sayang pertama dan paling utama diyerima bati dengan merasakan dekapan, pelukan hangat dari ibunya. Oleh sebab itu, para ibu jangan sungkan-sungkan untuk sering mungkin memeluk, mendekap, serta menggendongnya, sehingga ada penyatuan fisik antara ibu dengan bayi. Jangan takut mitos, si bayi akan ‘bau tangan’ atau terbiasa digendong sehingga tidak mau dilepas oleh ibunya.
2). Syaraf otak berkembang dengan sempurna
Setiap manusia mempunyai otak. Kita semua mengenal bagian-bagian otak yang terdiri dari batang otak dan otak tengah, yang sering disebut dengan reptilian brain (otak reptil), namanya juga otak reptil maka prilaku binatang banyak dipengaruhi bagian otak yang satu ini, lymbie system yang mengatur masalah emosi otak dan cinta, serta cerebral cortex, yang mengatur cara berfikir. Ketiga hal ini bekerja sangat cepat dan saling berkaitan, sehingga kita tidak bisa menyadari bagian otak yang mana yang saat ini sedang bekerja.
Para peneliti di Baylor College of Medicine menemukan bahwa anak-anak yang jarang diajak bermain atau jarang disentuh, perkembangan otaknya 20% atau 30% lebih kecil daripada ukuran normalnya. Ini membuktikan setiap bayi memerlukan stimulasi untuk merangsang terbentuknya pola dalam otaknya. Stimulasi ini mensyaratkan kontak fisik dengan orang tuanya, sehingga si anak merasa aman. Bila anak telah merasa aman, maka bagian otak lymbic (yang mengatur emosi dan cinta) berkembang secara optimal. Emosi positif ini akan mempengaruhi perkembangan korteks (cara berfikir) anak.

3). Mensukseskan the golden age
Beberapa tahun ini sering sekali kita mendengar istilah the golden age. Istila ini mengacu pada usia keemasan anak, dimana pertumbuhan dan perkembangan anak memerlukan stimulasi yang yang optimal sehingga bisa menghasilkan anak yang hebat, dari segi fisik maupun mental. Rentang usia yang diyakini adalah o-5 tahun pertama perkembangannya. Memang benar, pada usia itu anak memerlukan ‘cetakan’ atau pendidikan yang bagus, sehingga akan membentuk pola tertentu pada sikap berfikir dan cara berperilakunya. Maka, para ibu yang menghabiskan banyak waktu bersama anaknya, hendaknya berusaha memberikan pola pendidikan dasar islami sehingga tercetak anak yang shaleh dan shalehah. Apa saja yang perlu dibina untuk mensukseskan ‘the golden age’ ini?
a). Akidah merupakan keimanan yang mendasar.
b). Pembiasaan kegitan ritul. Rasulullah bersapda :
      “ Perintahkan anak-anak kalian shalat saat berusia berusia tujuh tahun dan pukullah, karena meninggalkannya saat berusia sepuluh tahun” (HR. Ahmd dan Abu Dawud).
c). Pembianaan karakter baik, yaitu semua karakter yang menjunjung tinggi nilai kemanusiaan: jujur amanah, loyal, hemat menghargai waktu, menyukai ilmu, berbagai dengan sesama, menghargai orang lain, menyayangi sesama, dan lain sebagainya.
d). Perangsangan otak kanan dan kiri. Otak manusia terdiri dari 2 belahan, yaitu kiri dan kanan. Secara singkat, otak kiri berhubungan dengan hal-hal yang logis dan rasional; sedangkan otak kanan berhubungan dengan seni dan perasaan.
4). Pengukuhan positif
Ibu yang waktunya banyak dihabiskan untuk mengasuh dan mendidik anaknya dirumah, sangat penting perannya dalam menanamkan konsep diri pada anak. Anak akan belajar diterima atau ditolak oleh lingkungannya, yaitu lantaran orang tua. Jika keberadaan dirinya banyak ditolak dan dicemooh, maka anak tersebut akan belajar bahwa dirinya tidak berharga, sehingga timbul rasa rendah diri dan minder.
Semakin ia sering menerima perlakuan buruk dari lingkungannya, semakin ia membenci diri dan yakin bahwa ia benar-benar tidak berharga. Perasaan ini akan selalu terpendam dan terefleksikan dalam bentuk keputusan dan merasa gagal dalam banya hal.
Begitu pula sebaliknya, seorang anak yang menerima perlakuan yang baik dari orang tua, akan merasa dirinya diterima. Ia akan belajar menghargai dirinya, sehingga timbul rasa percaya diri. Begitu besar efek penghargaan dan atau penolakan terhadap anak ini. Maka sebagai orang tua, kita harus banyak-banyak memberi sambutan positif dan baik terhadap kondisinya, sehingga anak-anak belajar menerima dan mencintai dirinya dan timbul rasa percaya diri.
Ilmu neurologi mengatakan anak yang merasa aman dan bahagia akan mengeluarkan hormon yang merangsang neurotransmitter menyalurkan pesan ke korteks, sehingga anak akan lebih mudah belajar. Sedangkan ilmuwan yang meneliti air membuktikan bahwa air bisa mendengar menerima pesan, dan membaca. Berhubung tubuh manusia sebagian besar berunsur air, maka ‘cap’ yang diberikan kepadanya akan direaksi apakah hal ini akan membentuk heksagonal yang baik dan merangsang pertumbuhan manusia tersebut, ataukah sebaliknya.
Sifat Penunjang Suksesnya Peran Ibu
Ibu merupakan sentral yang mampu mewatnai kehidupan dalam rumah tangganya. Kebahagiaan bisa diciptakan kalau seorang ibu benar-benar mengupayakan kebahagiaan dalam keluarganya. Selain komitmen yang terjalin dengan suami, peran ibu sangat dominan untuk menghantarkan terciptanya generasi yang saleh/shalehah. Apa saja yang bisa mendukung suksesnya ‘peran’ yang diemban para ibu? Ada beberapa sifat baik, apabila sang ibu berusaha menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari, maka rumah bukan saja berarti’house´, namun lebih cenderung kearah ‘home’ , atau lebih singkatnya akan tercipta ‘rumahku surgaku’.


Sifat-sifat tersebut antara lain:
1.      Penyayang
2.      Sabar
3.      Mau berkorban
4.      Disiplin
5.      Tegas
6.      Cerdas
7.      Bijaksana
8.      Tawakal
Disamping itu ada beberapa dibawah ini akan kami rangkum kiat-kiat yang dapat membantu dalam mendidik anak.
1.      Tanamkan nilai-nilai tauhid, keimanan dan akhlak yang mulia.
Didalam Al-Qur’an ada satu surat yang bernama surat Luqman, di mana Allah memberikan contoh kepada orang tua untuk mendidik anak-anaknya, seperti yang sudah dilakukan di zaman dahulu oleh Luqman terhadap anak-anaknya.
2.      Biasakan anak melaksanakan ibadah ritual, seperti shalat lima waktu, puasa dan membayar zakat fitrah.
Rasulullah bersabda:
“Suruhlah anak-anakmu melakukan shalat ketika berumur tujuh tahun. Pukullah mereka bila meninggalkan shalat bisa berumur sepuluh tahun. Dan pisahkanlah tempat tidur diantara mereka.”(HR. Abu Daud).
3.      Memberi teladan yang baik. Orang tua harus memberi teladan yang baik bagi anak-anaknya. Misalnya dalam beribadah. Orang tua hendaknya shalat lima waktu. Orang tua hendaknya puasa di bulan ramadhan dan mengajak anaknya untuk berpuasa dibulan ramadhan. Jika orang tuanya baik, insya Allah anaknya juga akan menjadi anak yang saleh. Teladan yang paling baik adalah Rasulullah. Maka hendaknya orang tua meneladani Rasulullah dan ia menjadi teladan bagi anak-anaknya.
Allah berfirman:
“Sesungguhnya para diri Rasulullah itu terdapat teladan yang baik bagi kamu, yaitu bagi orang yang mengharapkan rahmat Allah, keselamatan pada hari kiamat dan banyak mengingat Allah.” (QS. Al-Ahzab:21)
4.      Menyuruh anak membaca Al-Qur’an
Orang tua hendaknya juga menyuruh anak-anaknya untuk membaca al-Qur’an dan menghafal sebagian dari al-Qur’an.
Rasulullah bersabda:
“Tidaklah suatu kaum berkumpul disalah satu rumah dari rumah-rumah Allah (Masjid), untuk membaca al-Quran dan saling mempelajarinya, melainkan diturunkan sakinah (ketenangan hati) atas mereka, rahmat Allah meliputi mereka, para Malaikat rahmat mengililingi mereka, dan Allah menyebut-nyebut di depan majelis Malaikat.”(HR Muslim dan Abu Daud).
5.      Mencarikan lingkungan pergaulan yang baik.
Faktor masyarakat, sekolah, teman dan lingkungan sangat besar pengaruhnya pada pertumbuhan anak. Orang tua harus mencarikan lingkungan dan teman yang baik bagi anak-anaknya sehingga dia dapat berkembang menjadi anak yang saleh.
Rasulullah bersabda:
“Perhatikan tetanggamu sebelum kamu menempati rumah.”
6.      Membentengi anak dengan dzikir-dzikir yang disyariatkan. Caranya adalah dengan memberikan tuntunan berdzikir kepada mereka bila masih kecil.
Bacaan dzikir yang paling utama adalah tahlil, yaitu ucapan “Laa ilaha illalaah” (Tidak ada Tuhan kecuali Allah). Kalimat tahlil mempunyai banyak keistimewaa. Mengenai keistimewaan bacaan tahlil, Rasulullah bersabda :
“Dzikir yang paling utama yaitu ucapan “Laa ilaha illalaah”. (HR. Tirmidzi).
Dari hadist ini dapat disimpulkan bahwa dzikir yang paling utama adalah kalimat tahlil. Karena kalimat tahlil merupakan kalimat tauhid yang merupakan sumber bagi setiap agama yang berasal dari Allah.
7.      Selalu merangsang anak untuk pergi ke masjid dikala mereka masih kecil dan mendorong mereka shalat dimasjid ketika remaja.
Rasulullah bersabda:
“Barang siapa yang pagi dan sore hari pergi ke masjid, niscaya Allah menyediakan baginya surga sebagai tempat istirahat setiap pagi dan sore.”
Rasulullah juga bersabda:
“Apabila kalian melihat seseorang yang biasa mengunjungi masjid, maka yakinlah bahwa orang tersebut telah beriman.”
8.      Membiasakan anak untuk melaksanakan sebagian tanggung jawab dalam kehidupan rumah tangga.
9.      Memperhatikan fase-fase perkembangan usia anak. Hal ini perlu mendapat perhatian orang tua, sebab ketika anak menjadi dewasa, secara otomatis pemikirannya berkembang.
10.  Duduk bersama anak-anak
Hal yang perlu diperhatikan oleh ayah, betapapun kesibukannya, ialah meluangkan waktu khusus untuk duduk-duduk bersama anak-anaknya.
11.  Berlaku adil diantata mereka. Suatu masyarakat akan tegak karena keadilan. Kondisi manusia tidak lurus melainkan dengan keadilan.
Rasulullah bersabda:
”Bertakwalah kepada Allah dan hendaknya kamu berlaku adi diatara anak-anakmu”.
12.  Memberi nafkah kepada mereka dengan baik. Cara nya dengan mencukupi semua kebutuhan mereka sehingga mereka terpaksa mencari uang diluar rumah. Memberi nafkah kepada anak tidak boleh berlebihan, tetapi juga jangan sampai kekurangan. Memberi nafkah kepada anak hendaknya sesuai dengan yang dibutuhkan anak dan sesuai dengan kemampuan orang tuanya.
Allah berfirman:
“Dan (hamba-hamba Allah yang Maha Pemurah itu) orang-orang yang bila menafkahkan harta mereka, mereka tidak boros dan tidak kikir, tetapi pertengahan diantara keduanya.” (QS. Al-Furqan:67)
13.  Mengamati keadaan mereka dan memantau mereka dari jauh. Diantaranya adalah sebagai berikut :
                                i.            Memperhatikan mereka dalam melaksanakan ibadah ritual seperti shalat, wudhu, puasa dan sebagainya.
                              ii.            Mengawasi HP mereka.
                            iii.            Menanyakan tentang kawan-kawan mereka.
                            iv.            Memantau apa yang mereka baca.
14.  Menghormati teman-teman anaknya yang baik.
Rasulullah bersabda:
“Janganlah kamu mengambil sahabat karib kecuali orang yang beriman.”
15.  Menjauhkan anak dari teman yang jahat. Tetapi cara yang ditempuh oleh orang tua harus tetap bijaksana.
Rasulullah bersabda:
“Perumpamaan teman yang baik dan yang jahat seperti pembawa kasturi dan peniup bara api. Pembawa kasturi bisa saja memberimu kasturi dengan Cuma-Cuma, atau kamu membeli kasturi itu darinya, atau kamu mendapatkan bau yang harum, sementara peniup bara api bisa saja membakar baju kamu, atau kamu mendapatkan bau yang tidak sedap.”
16.  Memberikan kesempatan kepada anak untuk mengoreksi diri.
Rasulullah bersabda:
“Setiap anak Adam (manusia) pasti pernah berbuat salah. Dan sebaik baik orang yang berbuat kesalahan adalah orang yang bertaubat.”
Bertaubat yaitu memohon ampun kepada Allah atas kesalahannya, menyesal di dalam hatinya dan bertekad untuk tidak mengulangi kesalahannya.
17.  Menciptakan suasana saling memahami di antara suami-istri.
18.  Memilih sekolah yang tepat bagi anak-anaknya dan berusaha untuk memantau mereka di sekolahnya
19.  Membuat perpustakaan rumah yang sederhana.
Rasulullah bersabda:
“Barang siapa ingni berbahagia di dunia, hendaknya dia berilmu. Barang siapa ingin berbahagia di akhirat hendaknya berilmu. Dan barang siapa ingin berbahagia di dunia dan akhirat, hendaknya dia berilmu.”
20.  Mengalarkan ilmu agama kepada anak-anak terutama Al-Qur’an dan as-sunnah.
Rasulullah bersabda:
“Barang siapa dikehendaki oleh Allah kebaikan baginya, maka Allah akan memberikan pemahaman kepadanya tentang masalah agama.”
21.  Mengikat anak-anak dengan salafus saleh dalam panutan (figur) dan petunjuk. Meneladani ‘perjalanan hidup’ salafus saleh itu sesuatu yang dapat membangkitkan semangat dalam kehidupan dan cita-cita yang tinggi. Dengan demikian ia akan mengidolakan para salafus saleh, terutama para sahabat Rasulullah.
Allah berfirman:
“ Orang-orang yang mendahului dan pertama masuk Islam yaitu orang-orang Muhajirin dan orang-orang Anshar, dan orang-orang yang mengikuti jejak mereka dengan baik, maka Allah ridha kepada mereka dan merekan ridha kepada Allah. Allah telah menyediakan untuk mereka surga-surga yang mengalir dibawahnya sungai-sungai, mereka kekal didalamnya. Yang demikian itulah keberuntungan yang besar.”(QS. At-Taubah:100)
22.  Mengajarkan kepada anak-anak agar meminta izin kalau mau memasuki kamar orang tuanyam atau kamar saudara-saudaranya yang lain.
Allah berfirman:
“Apabila anak-anakmu telah baligh, hendaklah mereka minta izin kalau masuk ke kamarmu sebagaimana orang lain meminta izin. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu. Allah Maha Mengetahui dan Maha Bijaksana.”(QS. An-Nuur:59)
Kamar orang tua dengan anak sudah baligh (remaja) hendaknya terpisah. Dengan demikian ketika orang tua sedang mengadakan hubungan suami istri atau berbicara hal-hal yang bersifat pribadi anak-anaknya tidak ada yang tahu.
23.  Sesuatu yang perlu mendapat perhatian dalam mendidik anak adalah tidak tergesa-gesa untuk mendapatkan hasil. Oleh karena itu, kewajiban orang tua apabila ia telah berusaha mencurahkan segala kemampuan untuk kebaikan anaknya; ia telah berusaha memberi nasehat, memperingatkan, serta menjelaskan hal-hal positif dan negatif kepadanya, bahkan telah mencurahkan segala potensi yang dimilikinya maka ia tidak boleh bersikap tergesa-gesa memetik hasilnya. Justru, ia berkewajiban bersabar dan terus-menerus berdoa untuk kebaikan anaknya, maka bisa jadi setelah waktu tertentu si anak akan menerima semua nasehat dan peringatan tersebut.
24.  Diantara sesuatu yang dapat membantu proses pendidikan ialah hendaknya orang tua menyadari bahwa nasehat itu tidak akan sia-sia. Sekalipun seseorang belum mendapatkan hasil dari usahanya memberi nasihat kepada anak-anaknya dan hasratnya agar mereka diberi petunjuk oleh Allah serta menjadi anak-anak yang saleh, namun hal itu bisa dijadikan alasan dihadapan Allah kelak. Sebab, nasehat itu tidak akan siasia selama-lamanya, ia bagaikan benih yang ditaburkan ke tanah, sedangkan Allah yang manangani penyiramannya, pemeliharanannya, dan pertumbuhannya.
Allah berfirman:
“Hai orang orang yang berfirman, jagalah dirimu dan keluargamu dari apa neraka yang bahan bakarnya terbuat dari manusia dan batu.”(QS. At-Tahrim:6).
25.  Membantu anak-anak melaksanakan atau meningatkan kebajikan.
26.  Memelihara balasan yang baik untuk anak-anak. Di antara sesuatu yang baik dilakukan oleh orang tua ialah menghargai amal saleh anak-anaknya.
Orang yang berilmu anak mendapatkan kedudukan yang tinggi disisi Allah. Hal ini sesuai dengan firman Allah.
“Allah meninggikan orang yang beriman diantara kamu dan orang-orang yang berilmu beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”(QS. Al-Mujaadalah:11).
Mengingat betapa pentingnya ilmu, maka Islam mewajibkan pemeluknya untuk rajin menuntut ilmu. Dan ilmu yang paling utama yang harus dipelajari oleh setiap umat Islam adalah ilmu Al-Qur’an
Rasululllah bersabda:
” Barang siapa menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga.”
Ali bin Abu Thalih berkata:
”Ilmu itu lebih beharga daripada harta. Sebab ilmu menjaga kamu. Sedangkan harta, kamu harus menjaganya.”
Abdul malik berkata:
“Anakku, pelajarilah ilmu. Jika pemimpin, kamu bisa mengungguli prang lain. Jika penengah , kamu bisa bersikap benar. Dan jika menjadi rakyat, kamu bisa hidup.”
Yang kita harapkan bukan sekedar ilmu, tetapi ilmu yang bermanfaat.
Rasulullah bersabda:
“Ya Allah, sungguh aku memohon kepada Engkau ilmu yang bermanfaat, rezeki yang baik, dan amal yang diterima.”(HR Ibnu Majah dan Imam Ahmad).
Ilmu yang bermanfaat yaitu ilmu yang dapat mendekatkan pemiliknya kepada Allah. Ilmu tersebut dapa memberi manfaat bagi dirinya dan orang lain. Ilmu tersebut dapat berupa ilmu agama (ilmu diniyyah) atau ilmu pengetahuan umum (ilmu kauniyyah). Dan dengan ilmu tersebut dia akan dekat kepada Allah dan takut kepada Allah.
Allah berfirman:
“Sesungguhnya yang taku kepada Alllah diantara hamba-hambanya hanyalah para Ulama (orang yang berilmu).”(QS.Faathir:28)
Alangkah baiknya kalua kita mempunyai ilmu yang bermanfaat lalu kita mengajarkan ilmu tersebut kepada orang lain. Dengan demikian kita tetap mendapat pahala walau kita telah meninggal dunia. Didalam hadist disebutkan bahwa bila seseorang meninggal dunia, maka putuslah amalnya, kecuali tiga hal:
-          Pertama sedekah jariah seperti membangun masjid dan madrasah.
-          Kedua, ilmu yang bermanfaat.
-          Ketiga, anak saleh yang mendoakan kedua orang tuanya.
Mengajarkan Al-Qur’an dan as-Sunnah
Orang tua harus mengajarkan ilmu agama kepada anak-anak, terutama al-Qur’an dan as-sunnah. Dan orang tua juga harus mengajarkan ilmu pengetahuan umum kepada anak-anaknya untuk bekal hidup sesudah mereka dewasa kelak.
Ajarkanlah al-Qur’an dan as-sunnah kepada anak-anak, laki-laki maupun perempuan. Pengajaran yang di berikan kepada anak-anak hendaknya sesuai dengan tingkat kecerdasan dan usianya.
Dengan memahami al-Qur’an dan as-sunnah, anak-anak dapat beribadah dengan baik dan benar dan mempunyai keimanan yang lebih bersih. Bila orang tua tidak ahli dalam agama, amaka dia dapat mengundang sorang ustadz untuk mengajarkan agama kepada anak-anaknya.
Rasulullah bersabda:
“Barang siapa dikehendaki oleh Allah kebaikan baginya, maka Allah akan memberikan pemahaman kepadanya tentang masalah agama.”(HR. Bukhari dan Muslim).
Dasar agama Islam adalah al-Qur’an dan as-sunnah. Maka hendaknya kita mengajarkan kepada anak kita al-Qur’an dan as-sunnah. Dan untuk lebih memahamkan agama kepada anak-anak, maka kita juga mengajarkan ilmu fikih dan ilmu tauhid. Dengan demikian, anak kita mempunyai akidah yang benar dan dapat beribadah dengan benar. Kalau kita bukan ulama, kita akan mengalami kesulitan dalam mengajarkan agama kepada anak-anak kita. Karena itu alangkah baiknya kali kita menyekolahkan anak-anak kita pada sekola Islam. Dengan demikian kewajiban kita untuk mengajarkan agama Islam kepada anak kita dapat dipenuhi oleh sekolah Islam.
Rasulullah bersabda:
“Ajarilah anak-anak kalian mengenai tiga hal; kecintaan kepada nabi kalian, mencintai keluarganya, dan membaca Al-Qur’an. Karena sesungguhnya para pembaca Al-Qur’an itu berada dibawah naungan singgasana Allah di hari kiamat di mana tiada naungan kecuali naungan-Nya bersama para Nabi dan orang-orang pilihan-Nya.”(HR. Thabrani dan Ibnu An-Najjar).
Memilihkan sekolah yang tepat untuk anak.
1.      Pilh  sekolah yang benar-benar Islami.
Pilih sekolah yang mengutamakan mutu pendidikan dengan konsep Isam. Dari sisi penerapan keagamaan di sekolah tersebut dapat di ketahui sejauh mana sekolah tersebut menerapkan nilai-nilai keagamaan kepada anak-anaknnya.
2.      Pilih sekolah yang memiliki guru yang saleh
Hal ini dapat dilihat dari akhlak mereka dan ibadah mereka.Utbah bin Abu Sufyan berkata kepada guru anak-anaknya, Abdush-Shamad :
” Hendaklah yang kamu kalukan dalam mendidik anakku adalah memperbaiki dirimu sendiri karena mata mereka mengikuti langkah-langkahmu. Yang baik menurut mereka adalah ada saja yang kamu lakukan dan kamu perbuat, sementara yang jelek menurut mereka adalah apa saja yang kamu tinggalkan.”
3.      Pilih sekolah yang menerapkan konsep komunitas Islam.
Misalnya  apakah sekolah tersebut menerapakan suasana Islami, perilaku pendidik dan anak didiknya apakah menerapakan suasana Islami dilingkungan sekolah sperti kebiasaan salam , kebiasaan shalat berjamaah dimasjid dan sebagainya.
Membiasakan membaca buku.
Allah berfirman:
1.      ” Bacalah dengan nama Tuhanmu yang telah menciptakan.
2.      Dia menciptakan manusia dari segumpulan darah
3.      Bacalah, dan Tuhanmu adalah Maha Mulia
4.      Dia mengajarkan (manusia) dengan pena.
5.      Dia mengajari manusia apa-apa yang tidak diketahuinya.”
(QS. Al-Alaq:1-5)
Ayat diatas menjelaskan tentang pentingnya kedudukan baca tulis dalam memperlajari ilmu pengetahuan. Sebab hanya manusia yang dapat membaca dan menulis. Allah mengajari manusai dengan perantaraan pena. Artinya dengan mempergunakan pena atau tulisan, maka hanyalah ilmu pengetahuan yang dapat dipelajari dan dihimpun oleh manusia.
1.      Aktivitas membaca buku
Membaca merupakan aktivitas untuk menambah ilmu pengetahuan dan juga wawasan berfikir
Allah berfiman:
“ Maka berilah kabar gembira kepada hamba-hambaku. Yaitu orangorang yang mendengarkan perkataan (informasi), lalu dia mengikuti yang paling baik dari perkataan tersebut. Mereka itu adalah orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan mereka itu adalah ulul-albab.”(QS Az-Zumar:17-18).
Jadi sifat ulul-albab (orang mukmin yang cerdas) adalah mempunyai semangat belajar yang tinggi, suka mencari informasi dari buku,ceramah atau internet, tetapi mereka bersikap kritis.
2.      Perpustakaan dirumah
Setiap keluarga muslim hendaknya membuat perpustakaan rumah, walaupun perpustakaan yang sederhana, perpustakaan itu mencakup buku-buku dan kaset-kaset yang cocok bagi anak--anak maupun orang tuanya.
3.      Merangsang terjadinya lompatan kecerdasan.
Membaca buku anak merangsang otak sehingga kecerdasan meningkat dan fungsi indranya berkerja lebih aktif.
4.      Mematangkan emosi
Kebiasann membaca sejak usia dini bagi anak-anak dapat mematangkan emosi mereka. Anak terbiasa berfikir dan menggunakan pengetahuannya untuk memahami keadaan sekeliling.
5.      Menambah kosakata
Membaca buku dapat menambah kosakata dan pengetahuan tata bahasa. Yang lebih penting lagi membaca akan mengenalkan kita pada banyak ragam ungkapan kreatif.
6.      Menambah bijaksana dalam menghadapi kehidupan
7.      Membaca memicu imajinasi.
Rasulullah bersabda:
“Barang siapa ingin berbahagia di dunia, hendaknya dia berilmu. Barang siapa ingin berbahagia diakhirat, endaknya dia berilmu. Dan barang siapa ingin berbahagia didunia dan di akhirrat, maka hendaknya dia berilmu.”

b.   Cara yang dilakukan untuk membangkitkan potensi anak.
Banyak cara yang dapat digunakan untuk mengoptimalakn potensi anak. Kualitas anak dipengaruhi oleh banyak hal.
Pertama, keadaan orang tua itu sendiri. Biasanya orang tua yang cerdas akan melahirkan anak yang juga cerdas. Orang tua yang saleh biasanya juga melahirkan anak yang saleh. Karena itu Rasulullah menyuruh kita untuk mencari istri yang saleh.
Kedua, yaitu makanan. Anak yang diberi makanan halal dan baik akan tumbuh menjadi anak yang sehat dan kuat.
Ketiga, yaitu pendidikan. Anak yang mendapat pendidikan yang baik dan sesuai dengan kemampuan anak, maka ia akan tumbuh secara optimal.

Yang juga perlu diketahui oleh orang tua ialah bahwa bakat dan kecerdasan maunia itu bermacam-macam . orang tua hendaknya mengetahui bakat dan kecerdasan anaknya lalu dapat menumbuhkan secara optimal.
Allah berfirman:
“Katakanlah: ‘tiap-tiap orang yang beramal menurut bawaanya’(QS. Al-Isra:84).
Rasulullah bersabda:
“Manusia yang paling baik adalah manusai yang paling bermanfaat bagi orang lain.”

Memberi Makanan Yang Bergizi
1.      Menyusui anak
Seorang ibu hendaknya menyusi anaknya yang baru lahir selama dua tahun. Kalau tidak memungkinkan, ibu boleh menyusi kurang dari dua tahun. Penelitian metakhir menunjukan bahwa kualitas air susu ibu (ASI) tidak bisa digantikan oleh susu apapun. Karena itu, Islam menganjurkan kepada para ibu supaya menyusui anak-anaknya.
Allah berfirman: “Ibu-ibu hendaknya menyusukan anak-anaknya selama dua tahu, bagi orang yang menghendaki akan menyempurnakan penyusuan. Dan kewajiban ayah (suami) memberi makan dan pakaian kepada para ibu (istrinya) dengan cara yang baik. Seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya. Janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan karena anaknya dan juga seorang ayah karena anaknya. Dan warisanpun berkewajiban demikian. Apabila keduanya ingin menyapih (sebelum dua tahun) dengan kerelaan keduanya dan bermusyawarah, maka tidak ada dosa atas keduanya.”

2.      Pola makan yang sehat
Makanan yang sehat adalah makanan yang mengandung unsur-unsur makanan yang sempurna. Makanan yang sehat haus terdiri dari: karbohidrat, zat lemak, mineral, protein, vitamin, serat dan air.
Allah berfirman:
“Maka hendaklah manusia itu memerhatikan makanannya.  Sesungguhnya Kami benar-benar telah mencurahkan air (dari langit), kemudian Kami belah bumi dengan sebaik-baiknya, lalu Kami tumbuhkan biji-bijian di bumi itu, anggur dan sayur-sayuran, zaitun, dan pohon kurma, kebun-kebun yang lebat, dab buah-buahan serta rumput-rumputan. Untuk makanan bagimu dan untuk binatang-binatang ternakmu.”(QS.’Abasa:24-32).
Membangkitkan Percaya Diri
Allah berfirman:
“Janganlah kamu merasa lemah dan janganlah kamu berduak cita. Karena kamu adlah umat yang paling tinggi, jika kamu benar-benar orang yang beriman.”(QS. Ali-Imran:139).
Salah satu hal yang menghambat potensi anak kita adala kurang percaya diri. Karena itu orang tua harus menumbuhkan rasa percaya diri pada anaknya sehingga dia dapat tumbuh secara optimal.



Memahami Potensi dan Bakat Anak
Bakat dan kecerdasan anak berbeda-beda. Ada anak yang mempunyai bakat dalam banyak bidang sekaligus, tetapi ada pula anak yang hanya mempunyai kecerdasan satu bidang saja. Kalau anak belajar pada bisang yang sesuai dengan bakat dan minatnya, amak dia akan berprestasi tinggi. Sebaliknya kalau dia belajar pada bisang yang bukan bakatnya, maka prestasi akan rendah sehingga sulit untuk bersaing dalam masyarakat yang kian konpetitif. Karena itu cukup banyak anak yang tidak sukses di sekolah, tetapi sukses di bidang lain. Karena dia punya bakat yang lebih spesifik. Contohnya para seniman dan para artis.
Horward Gardner telah mengidentifikasikan tujuh kejeniusan atau kecerdasan yang berbea, yakni:
1.      Linguistik verbal : ini dalah kercerdasan yang sekarang dipakai oleh sistem pendidikan kita untuk mengukur IQ seseorang
2.      Numerik : ini adalah kecerdasan yang berhubungan dengan data yang diukur dalam angka-angka.
3.      Spasial :  ini adalah kecerdasan yang dimiliki oleh orang-orang kreatif, para artis dan desainer.
4.      Fisik : ini adala kecerdasan yang dimiliki oleh para olahragawan.
5.      Intrapersonal : ini adlah kecerdasan yang kerap disebut kecerdasan emosional.
6.      Interpersonal :  ini adalah kercerdana yang berasal dari umat manusia terhadap hal-hal di sekeliling mereka.
Mengoptimalkan Potensi Anak
Anak akan lebih berhasil dalam hidupnya apa bila dia bekerja sesuai dengan bakatnya. Jadi tugas orang tua adalah menemukan kecerdasan anak-anaknya. Dan yang lebih penting lagi, anak akan sukses kalau dia  itu belajar pada bidang yang disukainya. Dan lebih baik lagi kalau anak mempunyai kecerdasan pada bidang tertentu, lalu disekolahkan pada bidang tersebut. Maka anak akan berkembang secara optimal.
c.       Kiat mendidik anak yang bermasalah.
Anak yang bermasalah
Terkadang pada kasus-kasus tertentu orang tua mengalami kesulitan dalam mendidik anak, yaitu anak mengalami ketidaknormalan atau anak normal namun menunjukkan perilaku yang bermasalah (anak nakal).
Anak-anak yang tidak normal, yang mengalami masalah dalam menerima pendidikan dari orang tua secara wajar, biasanya ditunjukkan dengan keterlambatan penerimaan pemahaman karena mengalami kendala dalam penerimaanya. Dengan kurangnya pemahaman yang diserap  oleh anak maka dapat memunculkan perilaku yang tidak baik. Perilaku anak seperti  ini dapat menimbulkan masalah bagi orang-orang yang berada pada lingkungan tempat hidup dan interaksi anak. Sebagai contoh perilakuyang diperlihatkan oleh anak-anak penderita autis dan hiperaktif.
Autisme
Autisme bukanlah penyakit menular, namun suatu gangguan perkembangan yang luas yang ada pada anak. Mereka hidup dalam dunianya sendiri. Seorang ahli mengatakan autisme adalah dasar dari manusia yang kepribadian ganda (Sizhophren). Autis pada anak berbeda-beda tarafnya dari yang ringan sampai yang berat. Autis dapat terjadi pada siap saja tanpa membedakan perbedaan status sosial maupun ekonomi.
Hiperaktif
Gangguan pemusatan perhatian disertai gejala hiperaktivitas motorik yang dikenal sebagai Attention Deficir Hiperactivity Disorder (ADHD) atau Attention Deficit Disorder (ADD) menjangkiti 3% -5% anak berusia 4 - 14 tahun. Gejalanya anak mengalami kesulitan dalam memusatkan perhatian (defisit dalam memusatkan perhatian) sehingga anak tidak dapat menyelesaikan tugas-tugasnya yang diberikan kepadanya secara baik, selalu gelisah dan tidak bisa duduk dengan tenang, bersikap apatis terhadap lawan bicaranya, mudah terpengaruh oleh stimulus yang datang dari luar dirinya, sering mengucapkan kata-kata secara spontan (tidak sadar) dan mengalami kesulitan dalam bermain bersama temannya karena ia tidak memiliki perhatian yang baik.
Anak Nakal
Anak nakal adalah anak yang mengekspresikan tindakan yang melanggar norma dan aturan yang diberlakukan pada mereka. Perilaku nakal yang dilakukan anak, seringkali berakibat negatif, baik bagi dirinya ataupun orang lain, seperti : malas, tidak disiplin, berkata-kata kasar dan senang berkelahi untuk menunjukkan superioritas atas anak-anak yang lain. Anak normal, anak autisme dan hiperaktif dapat berkembang menjadi anak nakal bila orang tua kurang serius dalam mendidik anak-anaknya.
Kiat mengatasi anak yang bermasalah
 Untuk mendidik anak-anak bermasalah seperti autisme dan hiperaktif diperlukan cara-cara berbeda dengan anak normal. Kiat-kiat yang diperlukan untuk mendidik anak yang bermasalah antara lain sebagai berikut.
1.      Menerima kekurangn yang ada pada diri anak dengan ikhlas dan sabar .
Ketika orang tua memiliki anak yang bermasalah, maka hal ini merupakan ujian. Karena itu orang tua harus memilik kesadaran bahwasanya ujian ini datangnya dari Allah.
Allah befirman:
“ Apakah manusia mengira bahwa mereka anak dibiarkan hanya karena mereka mengatakan kami beriman, padahal mereka belum diuji.”(QS. Al Ankabut:1-2)
“Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu); dan di sisi Allah-lah pahala yang besar.”(QS. At-taghaabun:15)


2.      Tetap melanjutkan proses pendidikan
Proses pendidikan bagi anak bermasalah harus tetap dilakukan. Hal ini sangatlah penting walaupun akan memerlukan energi yang berlebih. Melakukan proses pendidikan yang baik pada anak-anak yang bermasalah merupakan tantangan bagi kedua orang tua sekaligus wujud tanggung jawab pada anak.
Rasulullah bersabda:
“Tidak ada pemberian orang tua kepada anak yang lebih utama daripada pendidikan yang baik.”(HR. Tirmidzi)
Disamping itu pendidikan yang baik juga merupakan wujud kasih sayang orang tua kepada anak.
3.      Tidak berputus asa
Apabila orang tua ketiak sedang melakukan proses pendidikan dan melihat anaknya masih menjunjukkan pembangkangan bahkan penentangan, dan sulit untuk diatur, maka sekali-kali dilarang untuk berputus asa dalam berusaha mendidik anak demi kebaikan mereka. Karena putus asa dari rahmat Allah bukanlah tipe orang-orang beriman. Justru , ia berkewajiban untuk menanti kelapangan dari Allah. Barangkali rahmat Allah segera datang sehingga membuat anak sembuh dan dapat dengan mudah mengikuti ajaran kita dan menjadi anak yang mempunyai perilaku yang baik.
Allah berfirman:
“Janganlah kamu putus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tidaklah putus asa dari rahmat Allah kecuali orang-orang yang kafir.”(QS. Yusuf:87)
4.      Menjalani proses terapi dan pendampingan anak.
Tidaklah Allah mendatangkan pada diri manusia itu penyakit melaikan bersama obatnya. Rasulullah bersabda :
“Tidaklah Allah menurunkan suatu penyakit, melainkan Dia menurunkan obatnya.”(HR. Bukhari dan Muslim).
“Sesungguhnya Allah menurunkan penyakit beserta obatnya, dan Dia telah menetapkan bagi setiap penyakit obatnya, maka janganlah berobat dengan perkara yang haram.”(HR. Abu Dawud).
Anak-anak dengan masalah pada dirinya, seperti autisme dan hiperaktif sesungguhnya dapat tumbuh menjadi orang dewasa memiliki perilaku positif, bahkan dapat hidup normal dan berprestasi, ketika mereka diberi terapi secara medis dan psikologis yang baik. Oleh karena itu lakukanlah pengobatan pada anak dan lakukan pendampingan agar orang tua lebih memahami perkembangan anak.
5.      Berusaha mengenali gejala anak bermasalah lebih dini.
Dengan kemampuan untuk mengenali gejala anak bermasalah lebih dini, ini akan membuat orang tua mampu untuk mengarahkan anak dengan baik lagi, dan peluang anak untuk bisa sembuh lebih besar lagi.
6.      Bermusyawarah dengan orang yang ahli dalam bidang pendidikan.
Orang tua hendaknya bermusyawarah dengan para ahli dibidang pendidikan seperti kalangan ulama, juru dakwah, pengajar, pendidik maupun pakar.
7.      Menambah pengetahuan dengan membaca buku=buku yang bermanfaat.
Orang tua hendaknya rajin membaca buku pendidikan mengenai anak bermasalah. Hal ini akan membantu untuk medidik anak, karena dengan membaca hasil dan percobaan (eksperimen), dan keahlian orang lain dalam mendidik anak, maka orang tua akan mengambil pelajaran dari pengalaman orang lain tersebut.
8.      Menampakkan ketidaksukaan terhadap perilaku anak yang tidak baik.
Ketika anak kita berbuat tidak baik, maka tunjukkanlah rasa tidak suak terhadap perbuatan yang dilakukan anak, serta berikan penjelasan mengapa perbuatan anak tersebut tidak disukai orang tua.


9.      Menerapkan hukuman yang persifat mendidik.
Hukuman bagi anak yang melakukan penggaran memang diperlukan, akan tetapi orang tua harus secara bijak memilih hukuman yang akan diberlakukan pada anak. Pilihlah hukuman yang bersifat mendidik, dengan kata lain meskipun anak merasa tidak nyaman, namun dengan hukuman tersebut secara tidak langsung membuat anak menjadi lebih baik.
10.  Menjadikan materi sebagai sarana dala mendidik.
Ketika kata-kata tidak mampu untuk mengendalikan tingkah laku anak, maka materi atau uang bisa di jadikan sebagai salah satu sarana untuk dapat mengendalikan anak.
Dengan cara yang sama orang tua dapat mengendalikan anak-anak yang bermasalah dengan menggunakan uang. Caranya adalah sebagai berikut :
a.       Tidak memanjakan anak dengan uang
b.      Tidak membiasakan anak merasa berhak atas uang orang tua, terutama jika anak beranjak usia remaja.
c.       Menghentikan pemberian uang pada anak ketika anak tidak melaksanakan kewajibannya dengan baik, seperti: lalai terhadap shalat, tidak mau pergi sekolah dan kurang berbakti pada kedua orang tua. Uang baru diberikan ketika kewajiban tersebut berjalan dengan baik namun tetap dalam kadar yang layak, tidak berlebih tetapi juga tidak kurang.
11.  Mengeluarkan anak dari lingkungan yang buruk
Anak menjadi naka biasanya terpengaruh oleh orang-orang dilingkungan tempat ia biasa berinteraksi. Ketika orang tua mengetahui anak sering bergaul dengan orang-orang yang memilik akhlak yang buruk, maka cegah dan larang anak untuk mengunjugi dan berinteraksi dengan mereka. Menengeluarkan anak dari lingkungan tidak baik bisa dengan memberika kegiatan alternatif yang lebih bermanfaat pada anak, dimana orang tua tahu persis kegiatan tersebut melibatkan orang-orang yang baik.

12.  Menyerahkan pendidikan anak pada pihak lain yang terpecaya
Keputusan orang tua untuk menyerahkan pendidikan dan pembinaan anak pada pihak lain adalah apabila orang tua sudah tidak mampu mendidik anak bermasalah.

13.  Memohonkan ampunan kepada Allah bagi anak.
Sebagaimana memohonkan ampunan bagi orang-orang mukmin laki-laki dan perempuan. Maka banyak-banyaklah beristighfar dan memohonkan ampun kepada Allah atas segala kesalahan yang dilakukan oleh anak-anak kita yang bermasalah dan berharap mereka terhenti dari berbuat salah dan dosa.
Allah berfirman:
“Maka ketahuilah, bahwa sesungguhnya tidak ada Allah (sesembahan Tuhan) selain Allah dan memohonlah ampunan bagi dosamu dan bagi (dosa) orang-orang mukmin laki-laki dan perempuan, Allah mengetahui tempat kamu berusaha dan tempat kamu tinggal.”(QS Muhammad:19)
Disamping istighfar, orang tua hendaknya juga berdoa kepada Allah supaya diberi anak yang saleh. Di  dalam al-Qur’an juga dijelaskan dia Nabi Ibrahim supaya diberi anak yang saleh.
Allah berfirman:
“Ya Tuhanku, berilah kepadaku seorang naka yang saleh.”(QS. Ash-shaffaat:100).
14.  Berusaha menghadirkan kesadaran pada anak dengan kehidupan akhirat.
Sangat penting bagi anak apabila orang tua selalu mengingat anak anak kehidupan setelah alam dunia yaitu akhirat. Dengan begitu anak menjadi tahu bahwa perilakunya didunia selain akan memberikan efek langsung didunia tapi juga akan ia pertanggung jawabkan kelak diakhirat. Tentu saja ini berlaku bagi anak yang sudah menginjak usia remaja atau sudah dewasa.
Mengingatkan anak akan akhirat juga dapat orang tua lakukan dengan sering-sering membacakan ayat Al-Qur’an tentang perilaku jahat yang akan mendapatkan balasan neraka dari Allah, sebagaimana firman-Nya:
“ Dan orang-orang yang mengerjakan kejahatan (mendapat) balasan yang setimpal dan mereka ditutupi kehinaan. Tidak ada bagi mereka seorang pelindungpu dari (azab) Alla, seakan-akan muka mereka ditutupi dengan kepingan-kepingan malam yang gelap gulita. Mereka itulah penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.”(QS. Yunus:27)



















BAB III   
KESIMPULAN

Rasulullah SAW telah menetapkan tanggung jawab terhadap laki-laki (suami) dan perempuan (istri) dalam kapasitas sebagai pemimpin yang berbeda didalam sebuah keluarga. Suami sebagai pemimpin bertugas mengendalikan arah rumah tangga serta menjamin kebutuhan hidup sehari-hari (seperti makanan, minuman dan pakaian) serta bertanggung jawab penuh atas berjalannya seluruh fungsi-fungsi keluarga. Suami pula yang bertugas sebagai benteng dalam kehidupan bermasyarakat.
            Adapun istri berperan sebagai pelaksana teknis tersedianya kebutuhan hidup keluarga serta penanggung jawab harian atas terselenggaranya segala sesuatu yang memungkinkan fungsi-fungsi keluarga tersebut dapat dicapai. Berjalan tidaknya fungsi-fungsi keluarga secara adil dan memadai merupakan indikasi tercapai tidaknya keharmonisan dalam keluarga. Namun, ibarat mengayuh perahu, keduanya harus saling kompak dan bekerjasama agar biduk rumah tangga tidak terbalik. Fungsi-fungsi keluarga yang dimaksud adalah fungsi reproduksi (berketurunan), proteksi (perlindungan), ekonomi sosial, edukasi (pendidikan), afektif (kehangatan dan kasih sayang), rekreasi dan fungsi religi (keagamaan). Tugas utama seorang istri secara umum ada dua: (1)  sebagai ibu, yang berkaitan langsung dengan pemenuhan fungsi reproduksi serta fungsi edukasi; (2) sebagai pengatur rumah tangga, yang berkaitan dengan pemenuhan fungsi-fungsi keluarga yang lainnya.
Sepanjang sejarah peradaban manusia, peran seorang ibu sangat besar dalam mewarnai dan membentuk dinamika zaman. Lahirnya generasi-generasi bangsa yang unggul, kreatif, penuh inisiatif, bermoral tinggi, berevisi kemanusiaan, beretos kerja andal dan berwawasan luas, tidak luput dari sentuhan seorang ibu. Ibulah orang pertama kali memperkenalkan, mensosialisasikan, menanamkan, dan mengakarkan nilai-nilai agama, budaya, moral, kemanusiaan, pengetahuan, dan keterampilan dasar, serta nilai-nilai luhur lainnya kepada seorang anak.
Dengan kata lain, peran ibu sebagai pencerah peradaban, “pusat” pembentukan nilai, atau “patokan” penafsiran makna kehidupan makna kehidupan, tak seorang pun menyangsikannya. Namun seiring gerak roda peradaban, peran ibu sebagai pencerah peradaban bakal menemui tantangan yang semakin berat. Setidaknya ada dua tantangan mendasar yang harus dihadapi oleh seorang ibu ditenga dinamika peradaban global. Pertama, tantangan internal dalam lingkungan keluarga yang harus tetap menjadi sosok feminin yang lembut, penuh perhatian dan kasih sayang, serta sarat sentuhan cinta yang tulus kepada suamidan anak-anak. Kedua, tantangan eksternal diluar kehidupan rumah tangga seiring tuntutan zamam yang semakin terbuka terhadap masuknya nilai-nilai global yang menuntut dirinya untuk bersikap maskulin.
Dalam menyikapi dan menyiasati dua tantangan mendasar itu, seorang ibu jelas dituntut untuk semakin memaksimalkan perannya, memberdayakan potensi dirinya sehingga mampu tampil feminin dan maskulin sekaligus dalam menerjehmakan dan menginternalasasi selera zaman yang mustahil dihindarinya sebagai seorang ibu yang hidup diera globalisasi. Ini artinya, fitrah seorang ibu tidak hanya “dicairkan” dalam lingkup domestik, tetapi juga harus ditebarkan pada ranah publik, seiring dengan semakin kompleks dan rumitnya masalah-masalah yang harus diatasi.
Peran ibu dalam mengokohkan ketahanan keluarga adalah tugas yang berat, namun karena Allah menciptakan perempuan sebagai ibu untuk memelihara kehidupan, ketahanan untuk memelihara kehidupan sudah buit in dalam diri ibu. Hanya apakah para ibu menyadarinya potensinya atau tidak. Tatkala ibu bisa memerankan tugasnya dengan baik, sehingga terbina keluarga yang berkualitas secara utuh dan menyeluruh, Allah telah menjanjikan imbalan-Nya. Dalam mengokohkan ketahan keluarga, berangkat dari keikhlasan, kesabaran dan keluasan ilmu, ibu harus siap memberikan keteladanan, membimbing, memotivasi, mensupport terhadap kebaikan dan bersama-sama memecahkan masalah keluarga dengan upaya doa.
Dan orang-orang yang sabar karena mencari keridhaan Tuhannya, mendirikan shalat, dan menafkahkan sebagian rezeki yang Kami berikan kepada mereka, secara sembunyi atau terang-terangan  serta menolak kejahatan dengan kebaikan; orang-orang itulah yang mendapat tempat kesudahan (yang baik). (Yaitu) surga ‘Adn yang mereka masuk ke dalamnya bersama-sama dengan orang-orang yang saleh dari bapak-bapaknya, isteri-isterinya dan anak cucunya, sedang malaikat-malaikat masuk ketempat-tempat mereka dari semua pintu.(QS. Ar-Ra’du:22-23)
Keluarga merupakan komunitas sosial yang terkecil dilingkungan masyarakat, tapi apabila suatu keluarga itu tidak terbina dengan pola pendidikan dan akhlak yang baik, maka kita akan kehilangan masa depan. Bukankan kerusakan suatu negara/bangsa karena pembinaan masyarakat yang lemah. Akibat dari prilaku masyarakat juga ditimbulkan dari ketidakharmonisan keluarga, yang berakar pada prilaku pendidikan dan tanggung jawab orang tua terhadap keluarga dan anak-anaknya.
Keberhasilan pembinaan rumah tangga bukan diukur dari rumah yang besar, fasilitas yang mewah, semua kebutuhan terpenuhi, kendaraaan yang siap suatusaat,atau segala aktivitas dan kesibukan yang menghasikaln uang,. Namun dibalik tanggung jawab dan perna orang tua , ada kekuatan yang maha dahsyat. Tapi sangat disayangkan sebagian besar mereka tidak tertarik dengan perkerjaan itu. Rasulullah ketika ditanya tentang peran kedua orang tua, beliau menjawab:
“ Mereka adalah (yang menyebabkan) surgamu atau nerakamu.”(HR. Ibnu Majah)
Kalau kita amati hadist tersebut, tentu dalam benak kita membayangkan seorang ibu peruh baya dengan kondisi yang tubuh kurang sehat, karena makannya tidak teratur, itupun harus berbagi dengan anak-anaknya. Sementara pakaian yang digunakan pastilah kumal dan tidak karuan. Gambaran seperti ini tentulah tidak asing dan sering kira jumpai jalan-jalan kota, perempatan lampu lalu lintas, dan tempat-tempat yang lalu lalang. Seorang ibu dengan anaknya yang dicintainya berjuang sekuat tenaga, agar anak kandungnya itu tidak kelaparan. Bahkan jauh dari angannya, ibu ittu punya satu harapan; yaitu kelak suatu hari nanti anaknya bisa hidup lebih baik dari ibunya.
Dibalik peran ibu yang maha dahsyat dalam membina dan mendidik rumah tangganya. Ia pun harus rela menanggalkan kariernya, kesibukann dikantor, jabatan atau aktivitas yang banyak menyita waktu, bahkan tak sempat untuk bercanda dan bergurau atau membicarakan sesuatu dengan buah hatinya. Inilah saatnya para ibu sejati membuktikan kasih sayangnya kepada suami dan anak-anaknya. Kodrat wanita sebagai ibu rumah tangga sangat mulia, bagaimana mendidik anak dengan benar? Dan bagaimana dengan anda sendiri?




















DAFTAR PUSTAKA
-          Chomaria nurul. Menjadi Ibu Penuh Cinta, Solo. PUSTAKA ILTIZAM Desember 2009.
-          Hasan.Ir.Mt. Anak Saleh, Kiat dan Petunjuk Dalam Mendidik Anak Secara Islami, Bandung. CIPTA DEA PUSTAKA, Mei 2008.
-          perananorangtuasebagaipendidikdirumah.blogsopt.com, diakses pada tanggal /29/05/2015
-          www.fimadi.com/ibu-sebagai-benteng-pertahanan-keluarga diakses pada tanggal /29/05/2015   









  



Tugas Akhir Mata Kuliah
KEPEMIMPINAN
Dosen : A.Muh Yusri Teja. S.pdi.Mpd.
KEPEMIMPINAN ORANG TUA DALAM RUMAH TANGGA
 









Nama : Murniati
Nim : 1331076
Jurusan : Tarbiyah (Pai)
SEMESTER IV

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM
DARUL DAKWAH WAL IRSYAD ( STAI DDI ) MAROS
2015
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah segala puji syukur kehadirat Allah SWT. Yang telah melimpahkan karunia dan rahmat-Nya pada setiap makhluk-makhluknya. Lautan kasih sayang yang tak pernah pilih kasih kepada semua  hamba-Nya. Salawat dan salam senantiasa tercurahkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat-sahabatnya, tabi’in dan orang-orang yang senantiasa istiqomah dalam langkah perjuangannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “ KEPEMIMPINAN ORANG TUA DALAM KELUARGA “
Makalah ini di ajukan sebagai tugas akhir mata kuliah LEADERSHIP/ KEPEMIMIPINAN,“ semoga makalah ini bermanfaat bagi setiap orang orang yang menbacanya dan apabilah terdapat kesalahan atau kekurangan dalam makalah ini, mohon kritik dan sarannya sehingga makalah ini bisa lebih baik dari sekarang

Maros, 30 Mei 2015

        Penyusun






ii
 
                                                                                               
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ....................................................................................          i
KATA PENGANTAR ..................................................................................          ii
DAFTAR ISI.................................................................................................         iii
BAB I  PENDAHULUAN ..........................................................................          1
A.    Latar Belakang ............................................................................          1
B.     Rumusan Masalah .......................................................................          3
BAB II PEMBAHASAN .............................................................................          4
BAB I
PENDAHULUAN
A.    LATAR BELAKANG
Segala puji bagi Allah, yang telah menjadikan hamba-Nya untuk hidup berpasang-pasangan. Laki-laki mencintai perempuan dan perempuan merindukan laki-laki dan selanjutnya mereka diikat dengan tali pernikahan. Dengan menikah maka mereka dapat mempunyai anak dan keturunan.
            Shalawat dan dalam semoga dilimpahkan kepada Rasul-Nya, yaitu Nabi Muhammad, para sahabat dan keluarganya sampai hari kiamat.
            Menurut ajaran agama Islam, anak-anak itu adalah amanah Allah kepada Ibu/Bapak. Setiap hari amanah haruslah dijaga dan dipelihara; dan setiap pemeliharaan mengandung unsur-unsur kewajiban dan tanggung jawab. Bila orang tua salah dalam mendidik anak, maka kesalahan itu akan menyebabkan kerusakan yang nyata, kela-laian yang serius, penghianatan terhadap amanah itu, dan merusak suatu bukti bahwa orang tua tersebut lemah dalam hal agama.
            Rumah tangga merupakan lembaga pendidikan yang pertama untuk tempat mendidik anak. Rumah merupakan cikal bakal terbentuknya masyarakat yang terdidik. Dalam rumah tangga yang harmonis, yang didasarkan atas taat kepada Allah dan Rasulnya, yang dilandasi oleh cinta dan kasih sayang, maka akan dapat melahirkan generasi muda yang berkualitas dan saleh. Dan anak saleh merupakan dambaan semua orang tua yang bertakwa.
            Anak sebelum dididik melalui bangku sekolah dan masyaraka, terlebih dahulu dididik dalam rumah dan keluarga. Sudah barang tentu, dalam proses pendidikan itu akan terekam segala gerak-gerik orang tuanya, baik dalam aspek sosialnya maupun dalam beribadahnya. Karena itu orang tua mempunyai tanggung jawab yang sangat besar terhadap anak-anaknya.
            Apabila orang tua telah mendidik anak-anaknya dengan baik dan benar, lalu anaknya menjadi anak yang saleh, maka orang tua tersebut akan mendapat pahala yang besar di sisi Allah.
            Rasulullah bersabda:
“ Apabila anak adam (manusia) meninggal dunia, maka putuslah amalnya, kecuali tiga: sedekah jariah, ilmu yang bermanfaat dan anak saleh yang mendoakan orang tuanya. “
Sebaliknya apabila orang tua salah dalam mendidik anak-anaknya, atau orang tua mengabaikan pendidikan anak-anaknya, lalu anak tersebut menjadi anak yang durhaka, maka orang tua tersebut akan memikul dosa yang besr disisi Allah.
Rasulullah bersabda:
“ Kamu semua adalah pemimpin dan setia pemimpin akan dimintai pertanggung jawaban atas kepemimpinannya. “  
Seorang kepala negara adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggung jawaban atas kepemimpinannya. Seorang suami adalah pemimpin dalam keluarganya dan akan dimintai pertanggung jawaban atas kepemimpinanya. Seorang istri adalah pemmpin atas rumah suaminya dan anak-anaknya dan dia akan dimintai pertanggung jawaban atas kepemimpinanya.
            Rasulullah bersabda:
“ Setiap anak dilahirkan dalam keadaan suci. Maka orang tuanyalah kelak yang menjadikannya yahudi,nasrani,atau majusi” (HS.Bukhari)
Hadist diatas menekankan begitu penting peranan orang tua dalam membentuk pribadi anaknya. Pendidikan yang salah akan mencetak anak yang salah langkah yaitu kafir atau durhaka; demikan juga dengan pemberian pendidikan yang benar, akan mencetak akan yang saleh/shalehah. Memang benar jika ketika Rasulullah ditanya tentang peran orang tua, beliau menjawab:
“ Mereka adalah yang menyebabkan surgamu atau nerakamu” (HR. Ibnu Majah)
Apakah kita siap ketika mendapati anak kita melakukan kerdurhakaan terhadap kita, sembari mereka mengatakan : “ Wahai ayah dan ibu, sesungguhnya engkau telah menyia-nyiakan di saat aku masih kecil, maka aku sia-siakanmu dimasa tua!”. Naudzubillah...
            Mendidik anak memerlukan perjuangan dan pengorbanan. Namun perjuangan itu tidak akan sia-sia karena di mata Allah, apa yang kita lakukan dinilai sebagai jihad. Kita tidak perlu merasa iri terhadap para suami, yang bisa berkiprah mencari nafkah diluar rumah. Sebagai istri dan ibu, dengan suami mempunyai tanggung jawab sendiri-sendiri, yang masing-masing benilai jihad  di mata Allah SWT.
B.     RUMUSAN MASALAH
1.      Bagaimana pengetiaan, tipe, ciri, dan etika kepemimpinan orang tua.
2.      Bagaimana peranan wanita dalam rumah tangga.
3.      Apa kiat-kiat yang harus dilakukan dalam kepemimpinan rumah tangga.










BAB II
PEMBAHASAN
A.    KEPEMIMPINAN ORANG TUA
Kepemimpinan orang tua terdiri dari dua kata yaitu kepemimpinan dan orang tua. Buku psikologi sosial dijleaskan bahwa: “ Kepemimpinan adalah keseluruhan dari keterampilan (skill) dan sikap (atitude) yang diperlukan oleh tugas pemimpin” (Gerungan, 1991:128). Sedangkan menurut Oday Tead seperti yang dikutip oleh Cahyono dalam buku Psikologi Kepemimpinan dijelaskan bahwa: “ Kepemimpinan adalah merupakan kombinasi dari serangkaian  perangai yang memungkinkan seseorang  mampu mendorong orang lain untuk menjelaskan tugas-tugas tertentu” (Cahyono, 1984:14) dari kedua pendapat tersebut, maka yang dimaksud dengan kepemimpinan adalah keseluruhan dari keterampilan dan sikap yang diperlukan oleh tugas perihal pemimpin atau arah memimpin yang merupakan kombinasi dari serangkaian perangai yang memungkinkan seseorang mampu mendorong orang lain untuk menjalankan tugas-tugas tertentu. (DR. Kartini Kartono, 1979) Kepemimpinan ialah suatu bentuk dominasi yang didasari kemampuan pribadi yang mampu, sanggup mendorong ayau mengajak orang berbuat sesuatu.
Dalam kamus besar bahasa indonesia dijelaskan yang dimaksud dengan orang tua adalah : “ orang tua adalah ayah, ibu kandung, dan orang-orang yang dianggap tua”   ( Krisdalaksana, dkk,706). Ahli lain mengatakan dalam bukunya Bimbingan keluarga dijelaskan bahwa “Orang tua adalah bapak/ibu yang memiliki wewenang dan anggung jawab untuk membesarkan anak-anaknya” (Kartono, 1998:2). Dari kedua pendapat tersebut, maka yang dimaksud dengan orang tua adalah ayah dan ibu kandung yang memiliki wewenang dan tanggung jawab untuk membesarkan anak-anaknya.
Kepemimpinan merupakan suatu hal yang sentral dalam suatu kelompok, apakah kelompok dalam organisasi, partai, instansi, maupun rumah tangga. Dalam suatu kelompok tersebut masing-masing individu memainkan peran masing-masing dan disinilah diperlukan suatu kepemimpinan yang dapat mengaturnya agar apa yang diharapkan dapat tercapai. Sehubungan dengan hal ini dalam buku psikologi kepemimpinan dijelaskan bahwa: “Kepemimpinan timbul disebabkan oleh tiga hal yaitu : a) Pemimpinan dan pemekaran kelompok, (b) Pemimpin dan krisis dan (c) Pemimpin dan kegagalan pemimpin” (Cahyono, 1984: 25-27).
1.      Pemimpin dan Pemekaran Kelompok
Mana kala suatu kelompok berkembang menjadi besar, lebih luas dan lebih kompleks, pada saat itulah ikut berkembang pula suatu kepemimpinan. Hal yang demikian bisa dimengerti mengingat dengan semakin luas dan kompleksnya sesuatu kelompok bisa jadi berakibat pula dengan semakin sehubungan dengan hal ini.
2.      Pemimpin dan Krisis
Buku Psikologi Kepemimpinan dijelaskan bahwa :
Timbulnya kepemimpinan bisa juga disebabkan oleh suatu situasi dimana upaya pencapaian tujuan kelompok mengalami hambata, atau situasi dimana ekstensi kelompok menghadapi ancaman-ancaman yang serius diluar.
3.      Pemimpin dan Kegagalan Pemimpin
Pemimpin-pemimpin baru bisa juga akan mucul manakala emimpin sebelumnya tidak mampu melaksanakan fungsi-fungsi kepemimpinan secara memadai.
Selanjutnya dalm buku Psikologi Sosial dijelaskan bahwa :
Tipe dan Ciri-ciri Kepemimpinan Orang Tua
1.      Tipe kepemimpinan orang tua
Setiap orang tua dalam suatu keluarga memiliki tipe kepemimpinan yang berbeda-beda, ada orang tua cenderung otoriter, ada orang tua yang penuh dengan kompromi dengan anak-anaknya (demokratis) dan ada pula orang tua cenderung memberikan kebebasan pada anak-anaknya.

2.      Ciri masing kepemimpinan orang tua
Berikut ini akan diuraikan secara singkat ciri masing-masing cara kepemimpinan orang tua tersebut yaitu sebagai berikut :
3.2.1.      Ciri kepemimpinan orang tua yang otoriter
Buku Menuju Keluarga Sakinah dijelaskan bahwa “ Ciri kepemimpinan yang otoriter  adalah (a) Menuntut kepatuhan mutlak anak, (b) Pengawasan ketat terhadap anak dalam segala kegiatannya, (c) Memperhatikan hal-hal yang spele dan (d) Banyak mengeritik anak” (salam,2000 : 81). Selanjutnya dalam buku Psikologi Pendidikan Mengutamakan Segi-segi Perkembangan dijelaskan bahwa: “ Ciri Kepemimpinan yang otoriter adalah (a) Semua hal ditentukan oleh gurunya (orang tuanya), (b) Tiap langkahnya ditentukan oleh pemimpin (orang tua) , (c) Pemimpin membagikan tugas, (d) Pemimpin memuji atau memberikan kritik secara pribadi, dia bersikap tanpa menghiraukan” (Soetoe, 1982 :39). Pendapat diata, menunjukan bahwa  kepemimpinan yang otoriter orang tua terlalu menuntut kepatuhan, ketaatan dan banyak memberikan kritikan-kritikan kepada anak-anaknya walaupun hal-hal yang sepele dan bahkan juga orang tua suka bertindak kejam tanpa menghiraukan anak-anaknya.

3.2.2.      Ciri kepemimpinan orang tua yang demokratis
Kepemimpinan orang tua yang demokratis ini, orang tua lebih banyak menyelesaikan sesuatu dengan jalan damai, penuh dengan kasih sayang, selalu memberikan nasehat dan dorongan pada anak-anaknya. Hal ini sesuai dengan pendapat seorang ahi dalam Psikologi Pendidikan Mengutamakan Segi-segi Perkembangan dijelaskan bahwa :
Ciri kepemimpinan yang demokratis adalah (a) Semua diputuskan secara bersama, (b) Aktivitas dilakukan bersama-sama pada permulaan, pola aktivitas selanjutnya telah digariskan apabila diperlukan bantuan, orang tua bertindak dengan memberikan beberapa alternatif, (c) Tiap anggota keluarga bebas memilih dan pembagian tugas dilakukan melalui perundingan dan (d) Pemimpin bersikap obyektif, adil dalam teguran dan pujian, berusaha mengenai anggotanya (Soetoe, 1982 : 39 ). 
3.2.3.      Ciri kepemimpinan orang tua yang liberal (laisez faire)
Dalam buku Psikologi Perkembangan Mengutamakan Segi-segi perkembangan dijelaskan bahwa :
Ciri kepemimpinan yang laisez faire/laisez passer adalah (a) Kebebasan penuh tiap-tiap anggota kelompok, (b) Memberikan penerangan (nasehat) bila diminta, (c) Pemimpin tidak nurut campur sama sekali, (d) Pemimpin tidak memberikan komentar atas aktivitas kelompok atau anggota kelompok, kecuali diminta dan tidak berusaha mencampuri hal-hal yang terjadi” (Soetoe 1982 : 39). 
Keluarga (orang tua) merupakan lingkungan pendidikan yang pertama dan utama bagi anak dari mana anak orang tua berperan sebagai pendidik, sebagaian besar anak tumbuh dan berkembang didalam keluarganya dan mendapatkan pendidikan dari orang tuanya,  sehingga kemampuan, bakat, minat, dan sikap seseorang anak banyak dipengaruhi oleh orang tua dalam mengasuhnya.
Secara kodrat orang tua adalah pendidik yang pertama dan utama terhadap perkembangan jasmani dan rohani anak-anaknya dirumah. Predikat orang tua sebagai pendidik dirumah datang secara otomatis setelah pasangan suami istri dikarunai anak.
Yang disebut pendidik dalam pendidikan Islam adalah dirinya dan orang lain. Pendidik dalam Islam juga disebut sebagai orang-orang yang bertanggung jawab terhadap perkembangan peserta didiknya dengan upaya mengembangkan seluruh potensi peserta didiknya, baik berupa potensi afektif (rasa) , kognitif (rasa), psikomotor (karsa).
Dikutip dari Abudin Nata, pengertian pendidik adalah orang mendididk dalam bidang mendidik. Secara khusus pendidikan dalam persepektif pendidikan Islam adalah orang-orang yang bertanggung jawab terhadap perkembangan seluruh potensi peserta didik. Kalau kita melihat secara fungsional kata pendidik dapat diartikan sebagai pemberi atau penyalur pengetahuan, keterampilan.
Orang tua, dalam perspektif ini merupakan orang orang dewasa yang bertanggung jawab memberikan pertolongan pada anaknya dalam perkembangan jasmani dan rohaninya, agar mencapai tingkat kedewasaan, mampu mandiri dalam memenuhi tugasnya sebagai hamba dan khalifah Allah SWT dan mampu melakukan tugas sebagai makhluk sosial dan makhluk individu yang mandiri nantinya.
Orang tua punya wewenang mutlak dalam mendidik anak-anaknya dirumah dan tidak dapat diganggu gugat oleh orang lain. Orang tua sebagai orang dewasa pertama yang memikul tanggung jawab pendidikan, sebab secara alami anak pada masa-masa awal kehidupannya berada ditengah-tengah ibu dan ayahnya. Dari merekalah anak mulai mengenal kaidah-kaidah pendidikan. Dasar-dasar pandangan hidup, sikap hidup, dan keterampilan hidup banyak tertanam sejak anak berada di tengah-tengah  orang tuanya. Orang tua dapat mengenalkan segala hal yang merekan ingin beritahukan kepada anak atau yang anak sendiri yang ingin mengetahuinya.
Bentuk dan isi serta cara-cara pendidikan di dalam keluarga akan selalu mempengaruhi tumbuh dan berkembanganya watak, budi pekerti, dan kepribadian tiap-tiap manusia. Pendidikan  dalam lingkungan keluarganya inilah yang nantinya akan dijadikan modal dasar untuk mengikuti pendidikan dijenjang berikutnya yaitu ketika anak memasuki pendidikan formal/sekolah.
Pendidikan yang dilakulan orang tua terhadap anak atas dorongan kasih sayang itu selanjutnya dilambangkan Islam dalam bentuk kewajiban yang akan dipertangggung jawabkan di hadapan Allah SWT. Orang tua dalam pandangan ini adalah ibu dan bapak yang masing-masing mempunyai tanggung jawab yang sama dalam pendidikan anak.
Orang tua boleh dikatakan sebagai pemimpin dalam memimpin anaknya lebih-lebih seorang bapak sebagai kepala rumah tangga. Orang tua dalam memanage pendidikan bagi anaknya tentunya mempunyai batasan-batasan kaidah etika (kode etik) yang harus dipenuhi sebagai klasifikasi seorang pendidik yang pertama dan utama dalam keluarga.
Adapun beberapa kode etik yang harus dimiliki orang tua sebagai pendidik menuru AL-Ghazali seharusnya mencakup hal-hal sebagai berikut :
1.      Bersikap penyantun dan penyayang (QS. Ali Imran : 159)
2.      Menjaga kewibaannya dan kehormatannya dalam bertindak
3.      Menghidari dan menghilangkan sikap angkuh terhadap sesama ( QS. Al-Najm : 32)
4.      Bersikap rendah hati ketika menyatu dengan sekelompok masyarakat (QS. Al-Hijr : 88)
5.      Menghindarkan dari aktivitas yang tidak berguna dan sia-sia
6.      Meninggalkan sifat marah dalam menghadapi problem anaknya.
7.      Mencegah dan mengontrol anak dalam mempelajari ilmu yang membahayakan (QS. Al- Baqarah : 195)
8.      Mencegah anak dalam mempelajari ilmu fardhu kifayah (kewajiban kolektif, seperti mempelajari ilmu kedokteran, psikologi, dan sebagainnya) sebelum mempelajari ilmu fardlu’ ain ( kewajiban individual, seperti akidah, syari’ah, dan akhlak) 
Pendidikan dimasa kanak-kanak merupakan dasar pembentukan pribadi muslim, untuk itu penanaman agama akan dimulai sejak usia kanak-kanak sehingga sudah seharusanya lembaga pendidikan memperhatikan masalah ini dengan penuh perhatian.
Secara garis besar pendidikan yang harus ditekankan bagi orang tua dalam keluarga terhadap anaknya dapat dikelompokkan mejadi tiga, yaitu :
1.      Menanamkan dan Melaksanakan Pembinaan Akidah dan Akhlak
2.      Menanamkan dan Melakukan Pembinaan Kepribadian Dan Sosial
3.      Memanamkan dan Melaksanakan Pembinaan Intelektual.
Dalam literatur lain dijelaskan bahwa untuk mendidik anak, orang tua hendaknya harus memperhatikan hal-hal berikut dibawah ini :
a.       Orang tua jangan bertindak keliru terhadap anaknya, misalkan : terlalu memanjakan, terlalu keras, terlalu lemah dan sejenisnya.
b.      Orang tua harus menyediakan waktu cukup untuk bertemu anak-anaknya agar tercipta rasa kasih sayang.
c.       Kekuasaan yang dimilik orang tua jangan dihubungkan dengan kepentingan pribadinya, sebab hal ini dapat menimbulkan pertentangan antara anak dengan orang tuanya.
 Salah satu doa yang diajarkan Allah dalam Al-Qur’an adalah permohonan agar diberi keluarga yang harmonis. Allah berfirman :
“ Ya Tuhan kami, anugrahkanlah kepada kami jodoh dan keturunan yang bisa menjadi penyejuk hati, dan jadikanlah kami pemimpin bagi orang-orang yang bertakwa.” (QS.Al-Furqan : 74)
Kalau diuraikan, doa diatas berisi tiga permohonan, yaitu :
-          Pertama, seorang suami mengharapkan istri yang saleh, atau seorang istri mengharapkan suami yang saleh sehingga dapat menjadikan dirinya aman dan tenang selama hidup didunia dan akhirat.
-          Kedua, memohon anak dan keturunan yang saleh. Keberadaan anak saleh yang mampu menjaga agama sangat penting, karena anak yang taat dalam beragama akan menyelamatkan orang tuanya juga. Sebagaimana sabda Rasulullah bahwa bila manusia meninggal dunia, maka putuslah amalnya kecuali tiga hal yaitu sedekah jariah, ilmu yang bermanfaat dan anak saleh yang mendoakan orang tuanya.
-          Ketiga, memohon agar dapat melakukan suatu perbuatan takwa, sehingga orang orang mengikuti jalan kita.
Ibnu Abbas berpendapat, yang dimaksud dengan pemimpin bagi orang yang takwa adalah “ mengharapkan keluarga yang menyeru dan menjalankan kebaikan, dan mengharapkan agar ibadahnya dilanjutkan oleh anak keturunannya, dan dirinya dapat membawa manfaat bagi masyarakat lain.”
Kiat Membina Keluarga Yang Harmonis
Supaya keluarga kita menjadi keluarga yang baik, yang harmonis dan dapat membahagiakan kehidupan kita di dunia dan akhirat, maka perlu ditempuh langkah-langkah sebagai berikut:
1.      Memilih jodoh yang saleh
Dalam memilih jodoh Rasulullah memberi petunjuk dengan sabdanya:
a.       “Barang siapa menikah seorang perempuan karena agamanya, niscaya Allah mengharuniainya dengan harta.”
b.      “Janganlah kamu menikahi perempuan itu karena kecantikannya, mungkin kecantikannya itu akan membawa kerusakan bagi mereka sendiri. Dan janganlah kamu menikahi mereka karena mengharap harta mereka, mungkin harta itu akan menyebabkan dia menjadi sombong, tapi nikahilah dengan dasar agama. Dan sesungguhnya hamba sahaya yang hitam lebih baik, asal ia beragama.” (HR Baihaqi)
c.       “Sebaik-baiknnya perempuan (istri) itu adalah istri yang apabila engkau memandangnya, ia menyenangkanm; dan jika engkau berpergian, di peliharanya hartamu dan dijaganya kehormatannya.”
d.      “Dunia ini adalah perhiasan. Dan sebaik-baik perhiasan adalah wanita yang saleh.”
e.       Daari Jabir, sesungguhnya Rasulullah telah bertanya kepadanya: “Hai Jabir, engkau menikah dengan perawan atau janda?” jabir menjawab: “Saya menikah dengan janda.” Rasulullah bersabda: “Alangkah baiknya jika engkau menikah dengan perawan. Engkau dapat menjadi hiburanya dan dia pun menjadi hiburan bagimu.”

2.      Agama harus dijadikan pegangan
Baik suami maupun istri menghadapi berbagai persoalan yang timbul dalam rumah tangga. Karena itu, rumus pertama agar rumah tangga harmonis adalah menjadikan agama sebagai pegangan yang kuat untuk menyelesaikan persoalan hidup. Dalam agama Islam, kewajiban suami istri telah diatur dengan sebaik-baiknya. Bila suami dan istri bertakwa, niscaya Allah memberi solusi kepada mereka sehingga keluarga yang harmonis dapa mereka capai. Dengan bertakwa, maka orang mukmin sanggup menghadapi dan mengatasi segala kesulitan. Allah akan membukakan jalan keluar bagi orang mukmin yang bertakwa. Dan dengan bertakwa, maka Allah memberi kemudahan kepada mereka sehingga ketenangan dalam hidup berumah tangga dapat diraih.
Allah berfirman :
“ Barang siapa yang bertakwa kepada Allah, maka akan menjadikan bagi dia jalan keluar, dan memberi dia rezeki dari arah yang tak disangka-sangka. Barang siapa yang bertawakal kepada Allah, niscaya Allah yang menjadi penjaminnya. Sesungguhnya Allah itu sampai apa yang Dia kehendaki. Sesungguhnya Allah telah menjadikan segala sesuatu denga ketentuan-Nya.” (QS. Ath-Thalaq: 2-3)

3.      Cinta dan kasih sayang
Allah berfirman:
“ Dan di antara tanda-tangda kekuasan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadannya. Dan Dia jadikan diantara kamu cinta dan kasih sayang. Sesungguhnya pada yang dimikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kamu yang berfikir.”(QS. Ar-Rum : 21).
Ayat diatas menjelaskan fungsi dari pernikahan yaitu supaya tenteram. Artinya akan gelisahlah hidup kalau hanya seorang diri karena kesepian, terpencil tidak berteman. Lalu si kakak laki-laki mencari perempuan sampai dapat dan si perempuan menunggu sampai datang. Maka hidup pun di padukan jadi satu. Karena hanya dengan perpaduan jadi satu itulah akan dapat berlangsung regenerasi manusia.
Segala sesuatu mencari timbalanny. Cinta dan kasih sayang yang disebut dalam ayat diatas sangat diperlukan supaya hidup rumah tangga dapat berlangsung dan harmonis.
4.      Laksanakan kewajiban masing-masing.
Rumah tangga akan harmonis apabiah suami berusaha sekuat tenaga melaksanakan kewajiban-kewajibannya, dan istri pun berikhtiar semaksimal mungkin memenuhi tanggung jawabnya. Rumah tangga akan menjadi petaka apabila suami dan istri hanya pandai menuntut hak mereka. Kalau suami atau istri hanya pandai menuntut hak tapi lupa akan kewajibanya masing-masing, rumah tangga semacam ini akan menjadi sumber penderitaan.
Supaya kita mempunyai anak yang saleh, maka disamping itu berdoa kita juga harus berusaha mendidik anak kita supaya menjadi anak yang saleh.
Meskipun dilihat dari sudut biologis dan fitrah kejadiannya manusia, setiap ibu-bapak dengan sendirinya akan selalu memelihara anak-anaknya, tetapi mengingat pentingnya soal itu, maka Allah masih terus mengingatkan tanggung jawab tersebut.
Allah berfirman:
“ Dan hendaklah takut kepada Allah, orang-orang yang seandainya meninggalakan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap kesejahteraan mereka. Karena itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar.” (QS. An-Nisa : 9)
“ Hai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu dan keluargamu dari apa neraka yang bahan bakarnya terbuat dari manusia dan batu.”(QS.Al-Tahrim : 6)
Dari ayat di atas dapat disimpulkan bahwa Allah memerintahkan kepada orang yang beriman agar memelihara dan mendidik anak-anaknya dengan sebaik-baiknya.
Agar anak itu tumbuh  menjadi dewasa dan senantiasa mampu taat kepada Tuhannya, iklhas beribadah kepada-Nya, maka bagi anak itu harus disiapkan tempat yang bagus dan pemeliharaan yang sempurna setelah kelahirannya. Anak hendaknya diberi nama yang bagus sebab nama yang akan memepengaruhi perkembangan jiwa dari anak tersebut. Di antara pemeliharaan yang wajib diupayakan untuknya adalah mempersiapkan kesehatannya dan kekuatan fisiknya, mempersiapkan  lingkungan yang baik sehingga dia dapat tumbuh menjadi anak yang sehat dan saleh.
Di dalam Al-Quran dan as-sunnah banyak yang dijelaskan cara-cara memelihara dan mendidik anak sehingga anak hendaknya dimulai ketika anak masih dalam kandungan sampai dewasa dengan cara sebagai berikut.
Memberi nama yang baik
Berilah nama yang baik. Nama yang baik sangat mempengaruhi pembentukan kepribadian anak dan mengangkat makna-makna yang terkandung didalam nama itu.
Rasulullah bersabda:
“ Pada hari kiamat kamu sekalian dipanggi dengan nama-nama kamu dan nama-nama leluhurmu. Karena itu baguskanlah nama-nama kalian.” (HR Ahmad dan Abud Daud).
Mengenai nama, Ibnu Qayyim memberi penjelasan sebagai berikut.
Secara keseluruhan, maka akhlak, aktivitas dan amal perbuatan yang jelek terpengaruh oleh nama-nama yang jelek. Sebaliknya, akhlak, dan aktivitas yang baik juga dipengaruhi oleh nama-nama yang baik.
Rasulullah diberi nama Muhammad dan Ahmad, karena banyak perangai yang terpuji pada diri beliau. Untuk itu, panji pujian berada di tangan beliau, sedangkan umatnya disebut dengan ‘hammaadun’ yaitu orang-orang yang memuji Allah. Beliau juga manusia yang paling banyak memuji Allah.
Memberi Nafkah yang Halal
Berilah nafkah yang halal dan bak pada anak-anak. Anak adalah titipan Allah. Kita harus membesarkannya dengan harta yang halal supaya berkah.
Allah berfiman:
“Hai orang-orang yang beriman, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat dibumi.” (QS. Al-Baqarah:168).
Rasulullah bersabda:
“ Satu dinar kamu nafkahkan dijalan Allah, satu dina kamu nafkahkan untuk hamba sahaya, satu dina kamu sedekahkan kepada orang miskin dan satu dinar kamu nafkahkan kepada keluargamu, maka yang paling besar pahalanya adalah yang kamu nafkahkan kepada keluargamu.” (HR.Muslim).
Nafkah untuk anak yaitu makanan, minuman dan pakaian serta biaya pendidikan. Makanan dan minuman untuk anak hendaknya yang bergizi dan halal.
            Menurut ajaran Islam, anak-anak itu adalah amanah Allah kepada ibu-bapak. Setiap amanah haruslah dijaga dan dipelihara; dan setiap pemeliharaan mengandung unsur-unsur kewajiban dan tanggung jawab. Di dalam suatu hadist yang masyhur, yang menguraikan secara umum tentang pertanggung jawaban terhadap amanah, Rasulullah bersabda :
            “Tiap-tiap dari kamu adalah pengembala, dan bertanggung jawab atas yang digembalakannya. Imam (kepala negara) adalah pengembala dan bertanggung jawab atas rakyatnya. Seorang laki-laki adalah pengembala, dan bertanggung jawab atas digembalakannya (istri dan anak-anaknya). Perempuan adalah pengembala dirumah suaminya, dan bertanggung jawab atas digembalakannya. Seorang pembantu adalah pengembala dan bertanggung jawab dirumah tuannya. Masing-masing dari kamu adalah pengembala dan bertanggung jawab atas gembalaan masing-masing.” (HR.Bukhari dan Muslim).
Hadist diatas menunjukan bagaimana pentingnya pertanggung jawaban atas kewajiban yang terpikul di pundak kita masing-masing. Sejak jabatan yang tertinggi yaitu imam (Kepala Negara) sampai suami dan istri dan pembantu dirumah tangga, semuanya bertanggung jawab dihadapan Allah atas tugas masing-masing.
Adapun hakekat dan fungsi amanah tentang pemeliharaan anak-anak itu mengandung arti dan nilai yang jauh lebih dalam dan luas daripada amanah-amanah yang lain. Sebab didalamnya berjalin dan melekat secara langsung kepentingan manusia yang bersangkutan dalam hal ini ibu-bapak baik dilihat dari sudut biologis maupun dari sisi sosiologis.
Rasulullah bersabda:
“ Suruhlah anak-anakmu melakukan shalat ketika berumur tujuh tahun. Pukullah mereka bila meninggalkan shalat bila berumur sepuluh tahun. Dan pisahkanlah tempat tidur diantara mereka.”(HR.Abu Daud)
“Perhatikan anak-anak kamu dan bentuklah sebaik-baiknya budi pekerti mereka.”
Dalam proses pertumbuhan anak-anak, ibu-bapak memegang peranan yang amat penting, malah boleh di sebutkan yang paling menentukan. Menurut ajaran Islam, anak-anak dilahirkan dalam fitrah, yaitu berakidah tauhid dan cenderung kepada kebaikan, Rasulullah bersabda:
“ Tiap-tiap anak lahir dalam keadaan fitrah ibu-bapaknyalah yang membentuk anak itu menjadi seorang Yahudi atau Nasrani atau Majusi.”
Maksud hadist tersebut ialah bahwa baik-buruknya seorang anak, baik jasmaniah maupun ruhaniah, menjadi orang yang saleh atau fasik dan lain-lain sebagaimana dalam mendidik anak sangat penting amaka pada tingkat pertama dan tingkat terakhir, merekalah yang memikul kewajiban dan tanggung jawab secara langsung.     
Kewajiban dan tanggung jawa itu, dalam garis besarnya ialah mendidik dan membentuk anak-anak tersebut dalam tiga hal, yaitu:
1.      Jasmaniyah
2.      Aqliyah (pikiran kecerdasan)
3.      Ruhaniah
Mengenai soal jasmaniyah, ialah berusaha supaya anak anak itu menjadi sehat badannya jauh dari segala macam penyakit.
Adapun di bidang Aqliyah, ialah mengusahakan supaya anak-anak itu mempunyai kecerdasan dan ilmu pengetahuan.
Adapun di bidang ruhaniah, yang menyangkut dengan pembentukan jiwa, watak, imam, budi pekerti dan segala sesuatu yang bersifat moral dan akhlak, inilah unsur yang mana penting. Ada dua faktor utama yang menentukan dalam hal ini. Pertama, faktor rumah tangga yang langsung dipegang pimpinan dan kendalinya oleh ibu-bapak sendiri. Kedua, faktor masyarakat, karena itu supaya anak berkembang menjadi anak yang baik, maka orang tua harus memberi contoh yang baik kepada anak-anaknya untuk shalat. Orang tua juga harus mencarikan lingkungan pergaulan yang baik bagi anak-anaknya. Dengan demikian anak-anaknya akan berkembang menjadi anak yang saleh.
Didalam Al-Qur’an ada satu surat yang bernama surat Luqman, di mana Allah memberikan contoh kepada ibu-bapak untuk mendidik anak-anaknya, yang seperti sudah dilakukan di zaman dahulu oleh Luqman terhadap anak-anaknya. Ada dua keterangan dari Ahli-ahli tafsir mengenai Luqman itu. Pertama, yang menyatakan bahwa Luqman itu seorang Nabi; Kedua yang menyatakan bahwa dia hanya seorang Ahli Hikmah. Adapun pendidikan yang diberikan oleh Luqman kepada anak-anaknya adalah sebagai berikut.
Pertama, tauhid
Allah berfirman:
“ Dan ingatlah ketika Luqman berkata kepada anaknya dikala dia mengajarinya; wahai anakku, janganlah engkau menyekutukan Allah. Sesungguhnya menyekutukan Allah itu adalah benar-benar kezaliman yang besar.”
            Nasehat “ jangan mempersekutukan Allah” (syirik) itu disebutkan dengan istilah tauhid adalah termasuk dalam rangk Aqidah, yang merupakan landasan pokok dalam kehidupan manusia. Maka masalah tauhid diletakkan pada nomor satu dalam urutan rangkaian-rangkaian nasehat itu. Tauhid membentuk jiwa dan sikap hidup manusia semata-mata percaya kepada Allah sebagai Tuhan, kepercayaan yang murni. Dengan pendidikan tauhid, anak-anak akan mempunyai pegangan dan tidak kehilangan kompas dalam situasi yang bagaimana pun, baik di waktu lapang maupun di waktu sempit. Sebab mereka percaya sepenuhnya, bahwa segala sesuatu yang ditemui dalam hidup ini, datangnya dari Yang Maha Kuasa dan akan kembali pada-Nya pula.
           
Kedua, berbakti kepada orang tua.
Allah berfirman:
“Dan kami wasiatkan kepada manusia terhadap kedua ibu bapaknya. Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah dan bertambah lemah dan mnyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu. Hanya kepada-Mu kamu kembali.”  
            Dalam ayat diatas digambarkan kesusahan seorang ibu ketika mengandung anaknya. Sejak awal kehamilan, di sudah sering muntah-muntah da semakin lemah. Sesudah anaknya lahir, dia memelihara dan menyusui sampai dua tahun sehingga anaknya tumbuh menjadi anak yang sehat. Lalu anak tersebut disekolahkan sehingga dapat menjadi anak yang pandai dan mandiri, karena itu semua manusia harus bersyukur kepada Allah dan kepada orang tuanya.
Mengingat besarnya jasa ibu-bapak itu, maka pada ayat tersebut di atas Allah merangkai sejajar dalam satu kalimat kewajiban bersyukur kepada Allah dan berterima kasih kepada ibu-bapak. Perbuatan berbakti kepada orang tua merupakan salah satu cara untuk berterima kasih kepada orang tua dan ini termasuk perbuatan yang paling baik.
Abdullah bin Mas’ud berkata, aku bertanya kepada Rasulullah:” Amalan apakah yang paling dicintai oleh Allah?”
Rasulullah menjawab: “Shalat pada waktunya”
Aku bertanya lagi: “Kemudian apa lagi?”
Rasulullah menjawa: “Berbakti kepada kedua orang tua.”
Aku bertanya lagi: “Jihad di jalan Allah.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Ketiga, ibadah, seperti dalam surat Luqman itu, diterangkan: “Hai anakkku, dirikanlah shalat.”(QS.Luqman:17)
Keempat, pendidikan kemasyarakatan.
            Allah berfirman:
            “Suruhlah mengerjakan perbuatan yang ma’ruf (baik-baik) dan laranglah dari (perbuatan) yang mungkar.
Hendaklah ibu-bapak mendidik anak-anaknya supaya mereka membiasakan diri berbuat kebajikan, baik untuk dirinya sendiri maupun orang lain atau masyarakat.
Kelima, tentang pembentukan mental.
          Allah berfirman:
   “Dan berlaku sabarlah (teguh hati) menghadapi peristiwa (musibah) yang menimpa engkau. Sesungguhnya (sikap) yang demikian itu termasuk urusan yang sangat penting.
            Sikap sabar dan teguh hati mengarungi gelombang hidup terutama menghadapi musim pancaroba, adalah satu sikap mental yang diperlukan untuk mencapai sukses dan kemenangandalam setiap usaha atau perjuangan.
            Keenam, mengenai pendidikan budi pekerti.
                        Allah berfirman:
“ Dan janganlah kamu palingkan mukamu dari manusiadan janganlah kamu berjalan dimuka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang sombong dan membanggakan diri.” (QS.Luqman:18)
            Ini termasuk budi pekerti dan sopan santun. Yaitu kalau sedang bercakap-cakap, berhadap-hadapan dengan seseorang, maka hendaknya kita menghadapkan muka ke padanya. Menghadapkan muka adalah alamat dari mengahadapkan hati. Sombong dan membanggakan diri termasuk sikap yang di benci Allah.
Selanjutnya Allah berfirman:
“Dan sederhanakalah dalam berjalan dan lunakanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai.”(QS.Luqman:19)
Dalam berjalan, jangan tergesa-gesa, karena lekas payah. Tetapi juga jangan lambat, nanti didahului orang bersikaplah yang pertengahan.
Jangan bersuara keras tidak sepadan dengan yang hadir. Suara yang keras hanya dipakai untuk berpidato dihadapan orang banyak atau dipakai hendak mengerahkan orang banyak kepada suatu pekerjaan yang besar. Tetapi bila hanya berbicara dua orang, hendaknya berbicara dengan lemah lembut.
Suara yang paling jelek adalah suara keledai.Mujahid berkata:
“Suara keledai itu jelek sekali. Maka orang yang bersuara keras, menghardik, sampai seperti akan pecah kerongkongannya, suaranya jadi terbalik, maka itu menyerupai suara keledai. Tidak enak didengar dan tidak disukai oleh Allah.”
Nasehat Luqman kepada anaknya merupakan dasar-dasar pendidikan bagi seorang Muslim. Pokok-pokok inilah yang harus disemaikan oleh ibu-bapak kedalam jiwa putra-putrinya semenjak masih kecil sehingga setelah dewasa kelak. Anak-anak itu sudah terlatih dengan alat-alat dan syaraf-syaraf yang diperlukan dalam menghadapi kehidupan, yang sesuai hasrat yang diinginkan oleh ibu-bapak,
Satu hal yang sangat penting. Ialah penerapan ibu-bapak sendiri, yaitu praktek-praktek dan kenyataan-kenyataan yang mereka tunjukkan dalam perbuatan sendiri. Tidak mungkin seorang anak mempunyai Aqidah yang kuat, menjadi orang yang taat dan berbakti kepada Allah, menjadi pejuang menegakkan kebajikan dan memberantas kemaksiatan, mempunyai moral dan budi pekerti yang baik, jika ibu-bapak sendiri tidak melakukan hal-hal yang demikian dalam kehidupan mereka sendiri.
Jadi ibu dan bapak harus memberi teladan yang baik bagi anak-anaknya. Islam sangat menekankan untuk memberi teladan yang baiak bagi anak-anak. Sikap Islam seperti ini merupakan bentuk dari perlindungan Islam terhadap anak-anak.
Allah berfirman:
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (keselamatan) hari kiamat dan dia banya mengingat Allah.” (QS.Al-Ahzab:21)
Orang tua hendaknya mencontoh Rasulullah dan menjadikan Rasulullah sebagai suri teladan. Dan anak-anak cenderung untuk meniru dan mencontoh orang tuanya. Jika orang tua itu orang yang baik, maka insya Allah anak-anaknya akan berkembang menjadi anak yang saleh.
Dalam pelaksanannya, maka Umar telah memberikan tuntunan bagaimana mendidik anak. Umar berkata:
“ Ajar dan didiklah anakmu sesuai dengan zaman yang akan dihadapinya.”
B.     PERANAN WANITA DALAM RUMAH TANGGA
Suatu peran akan membuat bahagia atau bangga apabila yang bersangkutan memilih dengan sadar peran tersebut, serta mengetahui betapa ‘pentingnya’ peran yang disandangnya. Menilik para ibu yang tidak bahagia, kalau mereka memilih perannya secara sadar memang ‘ya’ karena mereka memutuskan untuk menikah, sehingga mutlak baginya akan menerima status sebagai ibu; sehingga bisa disimpulkan, kalau penyebab ketidakbahagiaan para ibu adalah kurang pengetahuanya tentang begitu besarnya peran yang disandang.
Ibu merupakan madrasah bagi anak-anaknya. Dari Ibu lah anak-anak awa kali mendapatkan pelajaran pertamanya. Berhubung para ibu mempunyai jam kerja yang panjang dirumah, tidak mustahil ibu yang lebih banyak berinteraksi dengan anaknya. Sehingga baik atau buruk sang anak ada ditangan ibunya. Rasulullah bersabda:
“Tiap diri kalian adalah pemimpin, seorang wanita adalah pemimpin dirumah tangga suaminya dan anak-anaknya, dan ia bertanggung jawab atas apa yang dipimpinya.” (HR. Muslim)
Nah, kalau kita mengingat hadist ini, maka suatu ketika kita dimintai pertanggung jawaban oleh Allah atas apa yang telah kita pimpin (menjaga kehormatan, harta suami, serta mendidik anak-anak).
Anak adalah amanah dari Allah. Tidak semua perempuan diamanahi Allah untuk bisa mengandung, melahirkan, serta merawat anak. Bagaimana mungkin, kita yang telah dipercaya Allah akan menghianati-Nya, dengan menyia-nyiakan amanah itu? Kita hendaknya bersyukur atas status kita sekaran, yaitu menjadi seorang ibu. Peran yang kita sandang begitu mulia, karena semua ibu ibaratnya menjadi pendidik sehingga bisa mempersiapkan generasi penerus yang berkualitas.
Beberapa penelitian membuktikan betapa sangat dahsyat peran kasih sayang ibu terhadap keberhasilan anaknya. Dengan memberikan kasih sayang yang berlimpah (tidak berarti memanjakannya), seorang anak akan merasa aman dan percaya terhadap ibunya. Si anak akan belajar menerima cinta dan memberikan cintanya kepada orang lain. Dalam kondisi ‘damai’, otak pun akan bekerja secara optimal. Anak-anak ini akan memberikan tanggapan yang positif kalau diberi nasihat (karena rasa aman dan percaya kepada orang tuanya). Pendek kata, anakyang mendapatkan cukup kasih sayang lebih mudah dibentuk akhlaknya. Sebaliknya, anak yang mengalami kekurangan kasih sayang akan selalu merasa terancam sehingga membuat pola perilaku yang selalu siap tempur, sehingga rentan terhadap perilaku agresif. Budaya kekerasan yang kian merebak, disinyalir karen akibat para generasi muda yang kekurangan kasih sayang orang tua (ibu kandungnya) dimasa awal kehidupannya.
Suatu ketika Rasulullah ditanya tentang peran orang tua. Beliau menjawab:
“ Mereka adalah yang menyebabkan surgamu atau nerakamu.” (HR. Ibnu Majah).
Yah, memang benar hadist ini, karena salah atau benar pendidikan yang diberikan kepada anak, bisa menjadikan anak terbentuk menjadi pribadi yang saleh dan shalehah, sehingga siap menyongsong surganya; demikian pula sebaliknnya, pendidikan yang salah bisa berakibat si anak menjadi durhaka,  dan dia pun siap menyongsong nerakanya..
Jangan sampai, kita salah mendidik anak, karena bukan hanya anak saja yang menerima adzab dari Allah, namun kita juga yang pertama kali akan menerima adzab itu. Karena bagaimanapun juga, kitalah pemimpin anak-anak sehingga ‘rusaknya’ anak-anak adalah hasil dari kerja kita, naudzubillah...
Kita jangan merasa iri dengan para suami karena mereka bisa berkiprah diluar rumah untuk berjihad mencari nafkah bagi keluarganya. Karena apa pun yang kita lakukan di rumah akan dinilai Allah sebagai jihad, yang pahalanya jelas surga. Rasulullah bersabda:
“Sesungguhnya wanita yang hamil, melahirkan, dan merawat anaknya akan mendapatkan pahala seperti orang yang berjihad di jalan Allah.”
Antara kita dan suami bisa berjihad dengan bekerja sama mengelola keluarga. Dengan keyakinan ini, kita bisa termotivasi untuk bersungguh-sungguh menjalankan peran kita sebagai istri/ibu, sehingga membentuk rumah tangga yang sakinah, mawwadah, serta rahmah dapat terwujud, amin.
Status sebagai ibu rumah tangga kurang mendapatkan penghargaan pada publik. Banyak orang yang memandang sebelah mata dan meremehkan pekerjaan yang menunggu penyelesaian 24 jam dalam sehari, dan diringkas menjadi tiga kata: IBU RUMAH TANGGA. Oleh karena itu, banyak wanita yang lebih memilih bekerja dijalur rumah daripada memilih sebagai ibu rumah tangga. Wanita yang bekerja akan mendapatkan gaji, sebagai simbol dari penghargaan atau hasil kerjanya, dan statusnya dimata masyarakat pun lebih terangkat karena terkesan lebih mandiri (tidak bergantung penuh pada suami).
Kurangnya penghargaan atas peran sebagai ibu rumah tangga menyebabkan para wanita merasa kurang bahagia dengan statusnya. Perasaan ini bisa mempengaruhi kehidupannya setiap hari, misalnya melakukan tugasnya dengan setengah hati, suka mengeluh, suka menggerutu, dan perasaan tidak bahagia. Perasaan-perasaan ini membuat peran ibu rumah tangga kurang optimal dalam mendampingi suami beserta anak-anaknya.
Tugas utama ibu rumah tangga adalah sebagai pendamping suami dan pendidik, pemelihara anak. Jadi tugas ‘maintemance’ suami dan anak bisa kita lakukan secara profesional. Bagaimana caranya? Misalnya sebagai pendamping suami, kita bisa bertindak sebagai patner dalam membuat suatu kebijakan dalam rumah tangga, atau sebagai ‘manager keuangan’ rumah. Sebagai manager keuangan, kita harus mengatur uang dari suami sedemikian rupa sehingga bisa cukup mengcover kebutuhan sehari-hari dan untuk menabung. Kalau toh harga kebutuhan naik, kita bisa membuat kebijaksanaan beberapa pos pengeluaran dikurangi atau menurunkan kualitas hidangan dan pakaian. Kalau jalan ini sudah ditempuh, ternyata masih ssah untuk bertahan, diskusikan kepada direktur (dalam hal ini adalah suami); mungkin memang harus melakukan seusatu untuk menghadapi hal ini, apakah istri akan mekakukan kerja sambilan tanpa meninggalkan fungsinya sebagai ibu rumah tangga, atau suami akan menambah kerja paruh waktu. Jangan merasa tidak mau tahu uang darimana, yang penting mengeluarkan tanpa memperhitungkan cukup atau tidaknya, kalau kurang tahunya minta tambahan ke suami, itu sih bukan tingkat manager, tapi tingkat pelaksana (setara pembantu). Sekarang tinggal pilih, mau bertindak sebagai manager atau pelaksana? Ini baru salah satu contoh peran ibu sebagai pendamping suami yang bisa kita kerjakan secara profesional.
Selain sebagai pendamping suami, ibu juga bertindak sebagai pendidik dan pemelihara anak. Slogan ibu adalah madrasah bagi anak mungkin sangat tepat. Ada sebuah syair yang begitu bagus menggambarkan peran seorang ibu:
Ibu laksana lembaga pendidikan.
Bila dipersiapkan dengan baik,
Ia dapat membentuk pribadi yang lebih baik,kuat
Dan tangguh.
Ibu laksana taman,
Jika dijaga kelestariannya,
Tak selembar daun pun yang dimakan hama.
Ibu adalah guru dari segala guru yang utama.
Dia mampu menurunkan kemuliaan dari
Generasi ke generasi.
Yah, itulah gambaran yang sangat tepat untuk peran seorang ibu, dari ibulah semua anak manusia mengenal kasih sayang, dan pelajaran pertamanya, entah adab sopan santun. Setiap anak dilahirkan suci bagaikan kerja kosong, makam kedua orang tuanyalah yang akan menggoreskan pena sehingga sebaik atau seburuk apapun hasinya merupakan ‘hasil karya’ orang tuanya.
Mayoritas ‘jam kerja’ ibu dirumah sehingga para ibulah yang banyak menghabiskan waktu untuk berinteraksi dengan anaknya. Anak mendapatkan pendidikan pertamanya dari sang ibu. Maka ibu yang akan ‘mencetak’ sikap dan prilaku anak. Maka bertindak secara profesional merupakan suatu keharusan, salah satunya ibu membuat kurikulum sendir. Semakin dini kurikulum tersebut diterapkan akan semakin efektif dalam mendidik anak. Misalnya ibu bisa memberikan teladan yang baik dalam bersikap dan berperilaku dengan cara menetapkan ‘jadwal’ belajar. Apa saja yang diajarkan?
Sebelum mengajarkan kepada anak, kita hendaknya melakukan apa yang akan kita ajarkan. Jangan hanya menyuruh anak, sementara kita sendiri tidak melaksanakannya, hal ini mencetak anak yang pembangkang. Mendidik anak sewaktu kecil laksan mengukir pada batu, sedangkan mendidiknya setelah dewasa laksana melukis dalam air (tidak berbekas). Anak dan suami adalah amanah dari Allah. Kita sebagai ibu / istri tidak bisa menyia-nyiakan mereka.
“ Sesungguhnya Tuhanmu mempunyai hak atas kamu, dirimu mempunyai hak atas kamu, keluargamu mempunyai hak atas kamu, maka berikanlah setiap yang mempunyai hak itu haknya” (HR. Bukhari dan Muslim).
Kita harus terus mengemban amanah dan berbuat adil, sehingga tidak ada pihak yang merasa terdzalimi. Mulai sekarang, marilah kita kembali ke peran utama kita sebagai istri dan ibu bagi anak-anak kita. Untuk bisa berperan secara optimal, kita harus menjalaninya dengan hati yang bahagia. Kita awali setiap bangun pagi  dengan bersyukur. Buatlah semacam ritual beberapa menit saja. Duduklah beberapa saat sebelum beranjak dari tempat tidur. Disini tidak hanya melafadzkan doa bangun tidur saja yang merupakan rutinitas harian, kita harus benar-benar bersyukur bahwa Allah masih memberi kesempatan kepada kita, bisa menikmati kesempatan sebagai istri dan ibu (karena siapa yang bisa menjamin setiap orang bakal bisa bangun setelah tidur?).
Lihatlah suami dan anak yang masih tertidur pulas, amati mereka. Kita ucapkan “Alhamdulillah, hari ini Allah masih memberi kesempatan aku untuk mendampingi kalian...” Kita juga bersyukur hari ini dalam keadaan sehat, amati seluruh tubuh kita dan rasakan. Setelah itu semua, Senyumlah! Karean dengan senyum ternyata bisa mempengaruhi mood kita. Cobalah dengan senyum, kita akan cenderung merasa bahagia. Setelah mengawali hari dengan bersyukur dan senyum, mandilah sebagai pendongkrak semangat untuk mengawali hari ini. Nah,dengan tips ringan ini, semoga kita semua bisa mengawali hari dan berperan secara lebih bahagia.
Sedang bila mereka mati dalam kesyahidan, maka mereka tetap hidup dan mendapatkan rezki dari Tuhan. Adapun kami yang merawat mereka, tidak mendapatkan balasan apapun”. Kemudian Rasulullah bersabda:
“Sampaikan kepada setiap perempuan yang engkau jumpai, bahwa taat kepada suami dan menghormati haknya menyerupai pahala semua itu, namun amat sdikit diantara kalian yang melakukannya.” (HR. Ibnu Abbas).
Menelaah hadits tersebut di atas, kita bisa mengetahui bahwa ternyata sejak dahulu para perempuan telah menuntut adanya emansipasi dalam berbagai hal. Kalau para lelaki wajib berjihad di medan peran, maka perempuan juga ingin melakukan hal yang sama. Namun Islam telah mengatur semuanya, sehingga kaidah keseimbangan dan keharmoni-san hidup tetap terjaga. Walaupun perjuangan yang dilakukan kaum laki-laki dan perempuan sangatlah berbeda, namun pahala yang dijanjikan ternyata sama. Janji Allah pasti ditepati. Sekarang, apa lagi yang membuat mu sedih, wahai para ibu? Ternyata pengorbananmu dirumah dihargai Allah sebagai jihad yang balasannya tak lain adalah surga.
Untuk para ibu, kita tidak harus berperang dengan  memanggul senjata. Cukup mentaati suami sehingga suami ridha, maka surga pun siap menanti. Allah ‘meringankan’ jihad para wanita. Rasulullah bersabda:
apabila wanita menjaga shalatnya yang lima waktu, berpuasa pada bulannya, menjaga kehormatannya, dan mentaati suaminya, niscaya ia akan masuk surga dari pintu mana saja yang dia sukai.” (HR. Ahmad)
Kita tidak perlu secara fisik bertempur, kepanasan, kehujanan, tidak tidur, tidak makan / minum, lari-lari, memanggul senjata yang berat, selalu waspada, dan lain sebagainya. Kita bisa berjihad sesuai koridor yang ditetapkan Allah. Namun hal yang ‘ringan’ inipun masih dirasa berat oleh kita. Sehingga memang benar hadits di atas, amat sedikit dari kita yang melakukannya.
Tugas ibu yang utama, selain sebagai pendamping suami adalah sebagai pndidik anak-anaknya. Sebagai pendamping suami, apakah kita memenuhi hak-hak suami dan menjalankan amanahnya? Rasulullah bersabda:
Ya Umar, adakah engkau ingin aku beritahu tentang sebaik-baiknnya simpanan surga? Yakni wanita shalehah yang apabila suami memandangnya, ia menyenangkan. Jika diperintah suami, ia taat. Dan jika suami tidak berada di sampingnya, ia bisa menjaga kehormatan diri” (HR. Abu Dawud dan ibnu majah).
Abdullah bin umar r.a mengabarkan, bahwa Rasulullah SAW. Bersabda:
kalian semua adalah pemimpin. Dan kalian semua akan dimintai pertanggung jawaban atas apa yang di pimpinnya. Seorang suami adalah pemimpin di rumah tangganya, dan dia bertanggung jawab atas apa yang dipimpinnya. Seorang wanita (ibu) adalah pemimpin di rumah suaminya dan anak-anaknya, dan dia bertanggung jawab atas apa yang di pempinnya.” (Muttafaun ‘Alaih)
Seorang istri sangat bertanggung jawab terhadap hal-hal yang menyangkut kerumah tangga serta pembianaan anak-anaknya. Semua anak terlahir ke dunia dalam keadaan suci. Banyak pakar psikologi yang menggambarkan jiwa anak seperti kertas kosong. Maka orang tuanyalah yang akan  mencoretkan atau ‘membentuk’ kertas tersebut. Ibu, yang notabene mengandung, melahirkan, serta menyusui, banyak menghabiskan waktu bersmasi anak. Maka, peran ibu sangatlah besar dalam membina ank-anaknya.
Sebagai istri, kita jangan iri dengan kiprah suami yang bekerja diluar rumah. Jangan sekali-kali berfikir kalau kita lebih sengsara karena harus hamil, melahirkan dan menyusui anak kita. Allah menyamakan pengorbanan wanita yang hamil dan menyusui seperti pejuang di garis depan fii sabilillah. Jika ia meninggal di antara waktu tersebut, maka baginya adalah pahala mati shahid (HR. Thabrani). Pengorbanan seorang ibu sangatlah besar dalam mengandung, melahirkan serta menyusi anaknya. Oleh karena itu, Allah berfirman:
dan kami perintahkan kepada manusia bebuat baik kepada kedua ibu-bapaknya: ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah dan menyapihnya dalam dua tahun...”. (QS. Luqman: 14)
Hal ini juga ditegaskan dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah. Suatu ketika seseorang datang kepada Rasulullah, dan ia berkata,
Wahai Rasulullah, siapa yang paling berhak saya perlakukan dengan baik?” Rasulullah menjawab “ibumu” dia bertanya lagi, “Setelah itu siapa?” Rasuluullah menjawab, “ibumu”. Dia bertanya lagi, “Setelah itu siapa lagi?” Rasulullah menjawab “Bapakmu”.
Penghormatan terhadap seseorang ibu beberapa kali dibandingkan terhadap bapak. Karena ibu lah yang telah banyak berkorban dalam keadaan yang payah.
 Ibu adalah pemimpin bagi anak-anaknya. Sebagai pemimpin, kita harus bisa memberi teladan yang baik terhadap anak kita; melindungi, merawat, serta mengarahkan kebiasaan tabiat anak sehinggga tercetak anak dengan akhlak yang baik. Mendidik anak pun sedini mungkin. Pada tahap perkembangannya, anak dengan usia yang sangat dini biasanya hanya meniru. Maka sangat penting kiranya bagi kita untuk selalu memberi contoh yang baik dalam keluarga. Berhubung ibu sebagai pemimpin dalam urusan kerumahtanggaan, termasuk anak-anak maka keadaan bahagia dan sedih keluarga tersebut sangat tergantung pada ibu.




C.  KIAT-KIAT YANG HARUS DILAKUKAN DALAM KEPEMIMPINAN RUMAH TANGGA.
a.    Apa yang sebaiknya harus dilakukan seorang ibu:
1.      Menjaga hati
Kita merupakan aktor sentral dirumah. Kalau akting kita baik, maka alur cerita dalam keluarga kita baik, sebaliknya kalau akting kita buruk. Mengingat peran kita begitu penting, maka kita harus pintar-pintar dalam membawakan sangat ditentukan oleh suasana hati kita setiap harinya.
2.      Menjaga lisan
Rasulullah bersabda:
“Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan beriman kepada hari akhir, maka hendaklah ia berkata baik atau jika tidak bisa, maka lebih baik diam saja.”(HR Bukhari-Muslim)
Banyak orang mengatakan lidah tak bertulang. Karena kelenturan tanpa tulang inilah banyak yang kita keluarkan, baik dengan sengaja atau tidak bisa menyakiti orang lain. Kalau kita sering menyumpahi anak? Apa kita sebagai orang tua tidak menyesal kalau ‘doa’ kita yang berbentuk sumpah serapah dikabulkan Allah. Apa lagi ketika ‘berdoa’ kita dalam keadaan marah atau tersakiti (termasuk orang yang teraniaya), apa tidak mustahil ‘doa’ tersebut akan terkabul? Rasulullah , memperingatkan umatnya:
“ Janganlah berdoa jelek untuk diri kalian, dan jangan pula mendoakan jelek atas anak-anak kalian, juga jangan berdoa jelek atas harta benda kalian. Janganlah kalian menepati saat yang ketika Allah diminta, Dia akan mengabulkan.”(HR. Muslim & Abu Dawud).
Kita dilarang berdoa yang jelek untuk diri sendiri dan keluarga kita, siapa tau Allah mengabulkannya.
3.      Jaga sikap
Sikap yang wajib kita tunjukan di depan anak adalah sikap takwa kepada Allah (selalu menghadirkan Allah dalam rumah tangga kita), juga sikap menghormati suami. Orang tua adalah satu team yang kompak. Di depan anak jangan sekali-kali menampakkan pendapat yang berseberangan.
4.      Jaga perbuatan
Apapun yang kita lakukan setiap saat merupakan pembentukan kebiasaan dalam keluarga. Ibu sebagai manager dalam keluarga anak membuat peraturan, termasuk jadwal kegiatan keseharian. Usahakan apapun yang kita lakukan mengandung unsur efektif dan efisien. Kita dianjurkan untuk berhemat, karena sikap pemborosan adalah teman dari setan.
Allah berfirman      
“Sesungguhnya pemborosan-pemborosan itu adalah saudara-saudara setan dan setan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya.” (QS Al Isra’ 27).
Salah satu perbedaan antara laki-laki dan perempuan dari struktur tubuh adalah adanya rahim dan hal-hal yang berkaitan dengannya, yang tidak dimiliki oleh laki-laki. Kebutulah organ tersebut bernama rahim, seperti salah satu asma Allah yang berarti ‘sayang’ atau cinta kasih. Perempuan diharapkan mampu memberikan kasih sayanganya, karena itu ditubuh perempuanlah sesosok janin tumbuh, serta didekapannya seorang bayi akan berkembang.
Beberapa hal dibawah ini merupakan data betapa sangat dahsyatnya efek kasih sayang ibu terhadap anaknya, yaitu antara lain :
1.      Anak mempunyai akhlak yang baik
2.      Syaraf otak berkembang denga sempurna
3.      Mensukseskan ‘the golden age
4.      Efek pengukuhan positif


1). Anak mempunyai akhlak yang baik
Rasulullah mencontohkan betapa beliau sangat menyayangi anak kecil, yaitu Hasan dan Husain, cucunya. Dalam suatu riwayat diceritakan, bahwa Beliau menimang-nimang Hasan bin Ali sewaktu masih kecil seraya bersabda :
“ Ya Allah, sesungguhnya aku mencintainya, maka cintailah orang yang mencintai dirinya.” (HR. Bukhori)
Disalah satu riwayat juga disebutkan bahwa ketika Aqro’ bin Habis menyaksikan beliau mencium Hasan dan Husein, Aqro’pun berkata :
“ Apakah kalian mencium anak-anak kecil kalian? Sesungguhnya aku memilik 10 anak yang tidak seorang pun pernah aku cium”. Lalu Rasulullah menjawab: “Apakah aku bisa menguasai dirimu bila Allah telah mencabut rasa kasih sayang dari dalam hatimu?” (Muttafaqun ‘Alaih).
“Bukan dari golongan kami orang yang tidak mengasihi anak kecil kami”. (HR. Ahmad, Abu Dawud dan Tirmidzi)
Pada suatu kesempatan, Ibnu Abbas yang masih kecil bermalam disisi Rasulullah, sehingga Ibnu Abbas menyaksikan Rasulullah berwudhu dan menjalankan sholat lail. Apa yang dirasakan Ibnu Abbas waktu itu, dia bisa bermalam bersama junjungannya dan menyaksikan ritual malam yang dilakukan beliau. Rasulullah telah memberi contoh bagaimana berlaku baik dengan anak kecil, yaitu dengan cara memberi contoh yang baik (Ibnu Abbas yang masih kecil menyaksikan kegiatan ritual beliau), memperlakukan sebaik mungkin (menimang, mencium cucunya), sehingga si anak bisa merasakan limpahan kasih sayang orang dewasa disekitarnya. Hal ini terbukti pada zaman Rasulullah, mentalitas anak bisa tertempa sehingga bisa mencetak generasi yang tangguh.
Kasih sayang yang kita berikan merupakan hak anak. Jangan sampai kita merampas hak anak yang sangat mendasar ini. Seorang anak yang merasakan limpahan kasih sayang akan merasakan rasa aman dan mengembangkan rasa percaya terhadapnya. Dengan kedua rasa ini, anak dengan mudah belajar untuk mencintai orang-orang disekitarnya. Anak yang mempunyai rasa cinta dengan mudah mengembangkan sikap empati, simpati, dan toleran, yang merupakan sikap dasar untuk membinan hubungan dengan orang lain secara menyenangkan. Sikap-sikap baik inilah yang mendukung si anak dengan mudah menerima nasihat dari lingkungannya, sehingga sangat mudah terbentuk akhlak yang baik.
Kasih sayang pertama dan paling utama diyerima bati dengan merasakan dekapan, pelukan hangat dari ibunya. Oleh sebab itu, para ibu jangan sungkan-sungkan untuk sering mungkin memeluk, mendekap, serta menggendongnya, sehingga ada penyatuan fisik antara ibu dengan bayi. Jangan takut mitos, si bayi akan ‘bau tangan’ atau terbiasa digendong sehingga tidak mau dilepas oleh ibunya.
2). Syaraf otak berkembang dengan sempurna
Setiap manusia mempunyai otak. Kita semua mengenal bagian-bagian otak yang terdiri dari batang otak dan otak tengah, yang sering disebut dengan reptilian brain (otak reptil), namanya juga otak reptil maka prilaku binatang banyak dipengaruhi bagian otak yang satu ini, lymbie system yang mengatur masalah emosi otak dan cinta, serta cerebral cortex, yang mengatur cara berfikir. Ketiga hal ini bekerja sangat cepat dan saling berkaitan, sehingga kita tidak bisa menyadari bagian otak yang mana yang saat ini sedang bekerja.
Para peneliti di Baylor College of Medicine menemukan bahwa anak-anak yang jarang diajak bermain atau jarang disentuh, perkembangan otaknya 20% atau 30% lebih kecil daripada ukuran normalnya. Ini membuktikan setiap bayi memerlukan stimulasi untuk merangsang terbentuknya pola dalam otaknya. Stimulasi ini mensyaratkan kontak fisik dengan orang tuanya, sehingga si anak merasa aman. Bila anak telah merasa aman, maka bagian otak lymbic (yang mengatur emosi dan cinta) berkembang secara optimal. Emosi positif ini akan mempengaruhi perkembangan korteks (cara berfikir) anak.

3). Mensukseskan the golden age
Beberapa tahun ini sering sekali kita mendengar istilah the golden age. Istila ini mengacu pada usia keemasan anak, dimana pertumbuhan dan perkembangan anak memerlukan stimulasi yang yang optimal sehingga bisa menghasilkan anak yang hebat, dari segi fisik maupun mental. Rentang usia yang diyakini adalah o-5 tahun pertama perkembangannya. Memang benar, pada usia itu anak memerlukan ‘cetakan’ atau pendidikan yang bagus, sehingga akan membentuk pola tertentu pada sikap berfikir dan cara berperilakunya. Maka, para ibu yang menghabiskan banyak waktu bersama anaknya, hendaknya berusaha memberikan pola pendidikan dasar islami sehingga tercetak anak yang shaleh dan shalehah. Apa saja yang perlu dibina untuk mensukseskan ‘the golden age’ ini?
a). Akidah merupakan keimanan yang mendasar.
b). Pembiasaan kegitan ritul. Rasulullah bersapda :
      “ Perintahkan anak-anak kalian shalat saat berusia berusia tujuh tahun dan pukullah, karena meninggalkannya saat berusia sepuluh tahun” (HR. Ahmd dan Abu Dawud).
c). Pembianaan karakter baik, yaitu semua karakter yang menjunjung tinggi nilai kemanusiaan: jujur amanah, loyal, hemat menghargai waktu, menyukai ilmu, berbagai dengan sesama, menghargai orang lain, menyayangi sesama, dan lain sebagainya.
d). Perangsangan otak kanan dan kiri. Otak manusia terdiri dari 2 belahan, yaitu kiri dan kanan. Secara singkat, otak kiri berhubungan dengan hal-hal yang logis dan rasional; sedangkan otak kanan berhubungan dengan seni dan perasaan.
4). Pengukuhan positif
Ibu yang waktunya banyak dihabiskan untuk mengasuh dan mendidik anaknya dirumah, sangat penting perannya dalam menanamkan konsep diri pada anak. Anak akan belajar diterima atau ditolak oleh lingkungannya, yaitu lantaran orang tua. Jika keberadaan dirinya banyak ditolak dan dicemooh, maka anak tersebut akan belajar bahwa dirinya tidak berharga, sehingga timbul rasa rendah diri dan minder.
Semakin ia sering menerima perlakuan buruk dari lingkungannya, semakin ia membenci diri dan yakin bahwa ia benar-benar tidak berharga. Perasaan ini akan selalu terpendam dan terefleksikan dalam bentuk keputusan dan merasa gagal dalam banya hal.
Begitu pula sebaliknya, seorang anak yang menerima perlakuan yang baik dari orang tua, akan merasa dirinya diterima. Ia akan belajar menghargai dirinya, sehingga timbul rasa percaya diri. Begitu besar efek penghargaan dan atau penolakan terhadap anak ini. Maka sebagai orang tua, kita harus banyak-banyak memberi sambutan positif dan baik terhadap kondisinya, sehingga anak-anak belajar menerima dan mencintai dirinya dan timbul rasa percaya diri.
Ilmu neurologi mengatakan anak yang merasa aman dan bahagia akan mengeluarkan hormon yang merangsang neurotransmitter menyalurkan pesan ke korteks, sehingga anak akan lebih mudah belajar. Sedangkan ilmuwan yang meneliti air membuktikan bahwa air bisa mendengar menerima pesan, dan membaca. Berhubung tubuh manusia sebagian besar berunsur air, maka ‘cap’ yang diberikan kepadanya akan direaksi apakah hal ini akan membentuk heksagonal yang baik dan merangsang pertumbuhan manusia tersebut, ataukah sebaliknya.
Sifat Penunjang Suksesnya Peran Ibu
Ibu merupakan sentral yang mampu mewatnai kehidupan dalam rumah tangganya. Kebahagiaan bisa diciptakan kalau seorang ibu benar-benar mengupayakan kebahagiaan dalam keluarganya. Selain komitmen yang terjalin dengan suami, peran ibu sangat dominan untuk menghantarkan terciptanya generasi yang saleh/shalehah. Apa saja yang bisa mendukung suksesnya ‘peran’ yang diemban para ibu? Ada beberapa sifat baik, apabila sang ibu berusaha menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari, maka rumah bukan saja berarti’house´, namun lebih cenderung kearah ‘home’ , atau lebih singkatnya akan tercipta ‘rumahku surgaku’.


Sifat-sifat tersebut antara lain:
1.      Penyayang
2.      Sabar
3.      Mau berkorban
4.      Disiplin
5.      Tegas
6.      Cerdas
7.      Bijaksana
8.      Tawakal
Disamping itu ada beberapa dibawah ini akan kami rangkum kiat-kiat yang dapat membantu dalam mendidik anak.
1.      Tanamkan nilai-nilai tauhid, keimanan dan akhlak yang mulia.
Didalam Al-Qur’an ada satu surat yang bernama surat Luqman, di mana Allah memberikan contoh kepada orang tua untuk mendidik anak-anaknya, seperti yang sudah dilakukan di zaman dahulu oleh Luqman terhadap anak-anaknya.
2.      Biasakan anak melaksanakan ibadah ritual, seperti shalat lima waktu, puasa dan membayar zakat fitrah.
Rasulullah bersabda:
“Suruhlah anak-anakmu melakukan shalat ketika berumur tujuh tahun. Pukullah mereka bila meninggalkan shalat bisa berumur sepuluh tahun. Dan pisahkanlah tempat tidur diantara mereka.”(HR. Abu Daud).
3.      Memberi teladan yang baik. Orang tua harus memberi teladan yang baik bagi anak-anaknya. Misalnya dalam beribadah. Orang tua hendaknya shalat lima waktu. Orang tua hendaknya puasa di bulan ramadhan dan mengajak anaknya untuk berpuasa dibulan ramadhan. Jika orang tuanya baik, insya Allah anaknya juga akan menjadi anak yang saleh. Teladan yang paling baik adalah Rasulullah. Maka hendaknya orang tua meneladani Rasulullah dan ia menjadi teladan bagi anak-anaknya.
Allah berfirman:
“Sesungguhnya para diri Rasulullah itu terdapat teladan yang baik bagi kamu, yaitu bagi orang yang mengharapkan rahmat Allah, keselamatan pada hari kiamat dan banyak mengingat Allah.” (QS. Al-Ahzab:21)
4.      Menyuruh anak membaca Al-Qur’an
Orang tua hendaknya juga menyuruh anak-anaknya untuk membaca al-Qur’an dan menghafal sebagian dari al-Qur’an.
Rasulullah bersabda:
“Tidaklah suatu kaum berkumpul disalah satu rumah dari rumah-rumah Allah (Masjid), untuk membaca al-Quran dan saling mempelajarinya, melainkan diturunkan sakinah (ketenangan hati) atas mereka, rahmat Allah meliputi mereka, para Malaikat rahmat mengililingi mereka, dan Allah menyebut-nyebut di depan majelis Malaikat.”(HR Muslim dan Abu Daud).
5.      Mencarikan lingkungan pergaulan yang baik.
Faktor masyarakat, sekolah, teman dan lingkungan sangat besar pengaruhnya pada pertumbuhan anak. Orang tua harus mencarikan lingkungan dan teman yang baik bagi anak-anaknya sehingga dia dapat berkembang menjadi anak yang saleh.
Rasulullah bersabda:
“Perhatikan tetanggamu sebelum kamu menempati rumah.”
6.      Membentengi anak dengan dzikir-dzikir yang disyariatkan. Caranya adalah dengan memberikan tuntunan berdzikir kepada mereka bila masih kecil.
Bacaan dzikir yang paling utama adalah tahlil, yaitu ucapan “Laa ilaha illalaah” (Tidak ada Tuhan kecuali Allah). Kalimat tahlil mempunyai banyak keistimewaa. Mengenai keistimewaan bacaan tahlil, Rasulullah bersabda :
“Dzikir yang paling utama yaitu ucapan “Laa ilaha illalaah”. (HR. Tirmidzi).
Dari hadist ini dapat disimpulkan bahwa dzikir yang paling utama adalah kalimat tahlil. Karena kalimat tahlil merupakan kalimat tauhid yang merupakan sumber bagi setiap agama yang berasal dari Allah.
7.      Selalu merangsang anak untuk pergi ke masjid dikala mereka masih kecil dan mendorong mereka shalat dimasjid ketika remaja.
Rasulullah bersabda:
“Barang siapa yang pagi dan sore hari pergi ke masjid, niscaya Allah menyediakan baginya surga sebagai tempat istirahat setiap pagi dan sore.”
Rasulullah juga bersabda:
“Apabila kalian melihat seseorang yang biasa mengunjungi masjid, maka yakinlah bahwa orang tersebut telah beriman.”
8.      Membiasakan anak untuk melaksanakan sebagian tanggung jawab dalam kehidupan rumah tangga.
9.      Memperhatikan fase-fase perkembangan usia anak. Hal ini perlu mendapat perhatian orang tua, sebab ketika anak menjadi dewasa, secara otomatis pemikirannya berkembang.
10.  Duduk bersama anak-anak
Hal yang perlu diperhatikan oleh ayah, betapapun kesibukannya, ialah meluangkan waktu khusus untuk duduk-duduk bersama anak-anaknya.
11.  Berlaku adil diantata mereka. Suatu masyarakat akan tegak karena keadilan. Kondisi manusia tidak lurus melainkan dengan keadilan.
Rasulullah bersabda:
”Bertakwalah kepada Allah dan hendaknya kamu berlaku adi diatara anak-anakmu”.
12.  Memberi nafkah kepada mereka dengan baik. Cara nya dengan mencukupi semua kebutuhan mereka sehingga mereka terpaksa mencari uang diluar rumah. Memberi nafkah kepada anak tidak boleh berlebihan, tetapi juga jangan sampai kekurangan. Memberi nafkah kepada anak hendaknya sesuai dengan yang dibutuhkan anak dan sesuai dengan kemampuan orang tuanya.
Allah berfirman:
“Dan (hamba-hamba Allah yang Maha Pemurah itu) orang-orang yang bila menafkahkan harta mereka, mereka tidak boros dan tidak kikir, tetapi pertengahan diantara keduanya.” (QS. Al-Furqan:67)
13.  Mengamati keadaan mereka dan memantau mereka dari jauh. Diantaranya adalah sebagai berikut :
                                i.            Memperhatikan mereka dalam melaksanakan ibadah ritual seperti shalat, wudhu, puasa dan sebagainya.
                              ii.            Mengawasi HP mereka.
                            iii.            Menanyakan tentang kawan-kawan mereka.
                            iv.            Memantau apa yang mereka baca.
14.  Menghormati teman-teman anaknya yang baik.
Rasulullah bersabda:
“Janganlah kamu mengambil sahabat karib kecuali orang yang beriman.”
15.  Menjauhkan anak dari teman yang jahat. Tetapi cara yang ditempuh oleh orang tua harus tetap bijaksana.
Rasulullah bersabda:
“Perumpamaan teman yang baik dan yang jahat seperti pembawa kasturi dan peniup bara api. Pembawa kasturi bisa saja memberimu kasturi dengan Cuma-Cuma, atau kamu membeli kasturi itu darinya, atau kamu mendapatkan bau yang harum, sementara peniup bara api bisa saja membakar baju kamu, atau kamu mendapatkan bau yang tidak sedap.”
16.  Memberikan kesempatan kepada anak untuk mengoreksi diri.
Rasulullah bersabda:
“Setiap anak Adam (manusia) pasti pernah berbuat salah. Dan sebaik baik orang yang berbuat kesalahan adalah orang yang bertaubat.”
Bertaubat yaitu memohon ampun kepada Allah atas kesalahannya, menyesal di dalam hatinya dan bertekad untuk tidak mengulangi kesalahannya.
17.  Menciptakan suasana saling memahami di antara suami-istri.
18.  Memilih sekolah yang tepat bagi anak-anaknya dan berusaha untuk memantau mereka di sekolahnya
19.  Membuat perpustakaan rumah yang sederhana.
Rasulullah bersabda:
“Barang siapa ingni berbahagia di dunia, hendaknya dia berilmu. Barang siapa ingin berbahagia di akhirat hendaknya berilmu. Dan barang siapa ingin berbahagia di dunia dan akhirat, hendaknya dia berilmu.”
20.  Mengalarkan ilmu agama kepada anak-anak terutama Al-Qur’an dan as-sunnah.
Rasulullah bersabda:
“Barang siapa dikehendaki oleh Allah kebaikan baginya, maka Allah akan memberikan pemahaman kepadanya tentang masalah agama.”
21.  Mengikat anak-anak dengan salafus saleh dalam panutan (figur) dan petunjuk. Meneladani ‘perjalanan hidup’ salafus saleh itu sesuatu yang dapat membangkitkan semangat dalam kehidupan dan cita-cita yang tinggi. Dengan demikian ia akan mengidolakan para salafus saleh, terutama para sahabat Rasulullah.
Allah berfirman:
“ Orang-orang yang mendahului dan pertama masuk Islam yaitu orang-orang Muhajirin dan orang-orang Anshar, dan orang-orang yang mengikuti jejak mereka dengan baik, maka Allah ridha kepada mereka dan merekan ridha kepada Allah. Allah telah menyediakan untuk mereka surga-surga yang mengalir dibawahnya sungai-sungai, mereka kekal didalamnya. Yang demikian itulah keberuntungan yang besar.”(QS. At-Taubah:100)
22.  Mengajarkan kepada anak-anak agar meminta izin kalau mau memasuki kamar orang tuanyam atau kamar saudara-saudaranya yang lain.
Allah berfirman:
“Apabila anak-anakmu telah baligh, hendaklah mereka minta izin kalau masuk ke kamarmu sebagaimana orang lain meminta izin. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu. Allah Maha Mengetahui dan Maha Bijaksana.”(QS. An-Nuur:59)
Kamar orang tua dengan anak sudah baligh (remaja) hendaknya terpisah. Dengan demikian ketika orang tua sedang mengadakan hubungan suami istri atau berbicara hal-hal yang bersifat pribadi anak-anaknya tidak ada yang tahu.
23.  Sesuatu yang perlu mendapat perhatian dalam mendidik anak adalah tidak tergesa-gesa untuk mendapatkan hasil. Oleh karena itu, kewajiban orang tua apabila ia telah berusaha mencurahkan segala kemampuan untuk kebaikan anaknya; ia telah berusaha memberi nasehat, memperingatkan, serta menjelaskan hal-hal positif dan negatif kepadanya, bahkan telah mencurahkan segala potensi yang dimilikinya maka ia tidak boleh bersikap tergesa-gesa memetik hasilnya. Justru, ia berkewajiban bersabar dan terus-menerus berdoa untuk kebaikan anaknya, maka bisa jadi setelah waktu tertentu si anak akan menerima semua nasehat dan peringatan tersebut.
24.  Diantara sesuatu yang dapat membantu proses pendidikan ialah hendaknya orang tua menyadari bahwa nasehat itu tidak akan sia-sia. Sekalipun seseorang belum mendapatkan hasil dari usahanya memberi nasihat kepada anak-anaknya dan hasratnya agar mereka diberi petunjuk oleh Allah serta menjadi anak-anak yang saleh, namun hal itu bisa dijadikan alasan dihadapan Allah kelak. Sebab, nasehat itu tidak akan siasia selama-lamanya, ia bagaikan benih yang ditaburkan ke tanah, sedangkan Allah yang manangani penyiramannya, pemeliharanannya, dan pertumbuhannya.
Allah berfirman:
“Hai orang orang yang berfirman, jagalah dirimu dan keluargamu dari apa neraka yang bahan bakarnya terbuat dari manusia dan batu.”(QS. At-Tahrim:6).
25.  Membantu anak-anak melaksanakan atau meningatkan kebajikan.
26.  Memelihara balasan yang baik untuk anak-anak. Di antara sesuatu yang baik dilakukan oleh orang tua ialah menghargai amal saleh anak-anaknya.
Orang yang berilmu anak mendapatkan kedudukan yang tinggi disisi Allah. Hal ini sesuai dengan firman Allah.
“Allah meninggikan orang yang beriman diantara kamu dan orang-orang yang berilmu beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”(QS. Al-Mujaadalah:11).
Mengingat betapa pentingnya ilmu, maka Islam mewajibkan pemeluknya untuk rajin menuntut ilmu. Dan ilmu yang paling utama yang harus dipelajari oleh setiap umat Islam adalah ilmu Al-Qur’an
Rasululllah bersabda:
” Barang siapa menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga.”
Ali bin Abu Thalih berkata:
”Ilmu itu lebih beharga daripada harta. Sebab ilmu menjaga kamu. Sedangkan harta, kamu harus menjaganya.”
Abdul malik berkata:
“Anakku, pelajarilah ilmu. Jika pemimpin, kamu bisa mengungguli prang lain. Jika penengah , kamu bisa bersikap benar. Dan jika menjadi rakyat, kamu bisa hidup.”
Yang kita harapkan bukan sekedar ilmu, tetapi ilmu yang bermanfaat.
Rasulullah bersabda:
“Ya Allah, sungguh aku memohon kepada Engkau ilmu yang bermanfaat, rezeki yang baik, dan amal yang diterima.”(HR Ibnu Majah dan Imam Ahmad).
Ilmu yang bermanfaat yaitu ilmu yang dapat mendekatkan pemiliknya kepada Allah. Ilmu tersebut dapa memberi manfaat bagi dirinya dan orang lain. Ilmu tersebut dapat berupa ilmu agama (ilmu diniyyah) atau ilmu pengetahuan umum (ilmu kauniyyah). Dan dengan ilmu tersebut dia akan dekat kepada Allah dan takut kepada Allah.
Allah berfirman:
“Sesungguhnya yang taku kepada Alllah diantara hamba-hambanya hanyalah para Ulama (orang yang berilmu).”(QS.Faathir:28)
Alangkah baiknya kalua kita mempunyai ilmu yang bermanfaat lalu kita mengajarkan ilmu tersebut kepada orang lain. Dengan demikian kita tetap mendapat pahala walau kita telah meninggal dunia. Didalam hadist disebutkan bahwa bila seseorang meninggal dunia, maka putuslah amalnya, kecuali tiga hal:
-          Pertama sedekah jariah seperti membangun masjid dan madrasah.
-          Kedua, ilmu yang bermanfaat.
-          Ketiga, anak saleh yang mendoakan kedua orang tuanya.
Mengajarkan Al-Qur’an dan as-Sunnah
Orang tua harus mengajarkan ilmu agama kepada anak-anak, terutama al-Qur’an dan as-sunnah. Dan orang tua juga harus mengajarkan ilmu pengetahuan umum kepada anak-anaknya untuk bekal hidup sesudah mereka dewasa kelak.
Ajarkanlah al-Qur’an dan as-sunnah kepada anak-anak, laki-laki maupun perempuan. Pengajaran yang di berikan kepada anak-anak hendaknya sesuai dengan tingkat kecerdasan dan usianya.
Dengan memahami al-Qur’an dan as-sunnah, anak-anak dapat beribadah dengan baik dan benar dan mempunyai keimanan yang lebih bersih. Bila orang tua tidak ahli dalam agama, amaka dia dapat mengundang sorang ustadz untuk mengajarkan agama kepada anak-anaknya.
Rasulullah bersabda:
“Barang siapa dikehendaki oleh Allah kebaikan baginya, maka Allah akan memberikan pemahaman kepadanya tentang masalah agama.”(HR. Bukhari dan Muslim).
Dasar agama Islam adalah al-Qur’an dan as-sunnah. Maka hendaknya kita mengajarkan kepada anak kita al-Qur’an dan as-sunnah. Dan untuk lebih memahamkan agama kepada anak-anak, maka kita juga mengajarkan ilmu fikih dan ilmu tauhid. Dengan demikian, anak kita mempunyai akidah yang benar dan dapat beribadah dengan benar. Kalau kita bukan ulama, kita akan mengalami kesulitan dalam mengajarkan agama kepada anak-anak kita. Karena itu alangkah baiknya kali kita menyekolahkan anak-anak kita pada sekola Islam. Dengan demikian kewajiban kita untuk mengajarkan agama Islam kepada anak kita dapat dipenuhi oleh sekolah Islam.
Rasulullah bersabda:
“Ajarilah anak-anak kalian mengenai tiga hal; kecintaan kepada nabi kalian, mencintai keluarganya, dan membaca Al-Qur’an. Karena sesungguhnya para pembaca Al-Qur’an itu berada dibawah naungan singgasana Allah di hari kiamat di mana tiada naungan kecuali naungan-Nya bersama para Nabi dan orang-orang pilihan-Nya.”(HR. Thabrani dan Ibnu An-Najjar).
Memilihkan sekolah yang tepat untuk anak.
1.      Pilh  sekolah yang benar-benar Islami.
Pilih sekolah yang mengutamakan mutu pendidikan dengan konsep Isam. Dari sisi penerapan keagamaan di sekolah tersebut dapat di ketahui sejauh mana sekolah tersebut menerapkan nilai-nilai keagamaan kepada anak-anaknnya.
2.      Pilih sekolah yang memiliki guru yang saleh
Hal ini dapat dilihat dari akhlak mereka dan ibadah mereka.Utbah bin Abu Sufyan berkata kepada guru anak-anaknya, Abdush-Shamad :
” Hendaklah yang kamu kalukan dalam mendidik anakku adalah memperbaiki dirimu sendiri karena mata mereka mengikuti langkah-langkahmu. Yang baik menurut mereka adalah ada saja yang kamu lakukan dan kamu perbuat, sementara yang jelek menurut mereka adalah apa saja yang kamu tinggalkan.”
3.      Pilih sekolah yang menerapkan konsep komunitas Islam.
Misalnya  apakah sekolah tersebut menerapakan suasana Islami, perilaku pendidik dan anak didiknya apakah menerapakan suasana Islami dilingkungan sekolah sperti kebiasaan salam , kebiasaan shalat berjamaah dimasjid dan sebagainya.
Membiasakan membaca buku.
Allah berfirman:
1.      ” Bacalah dengan nama Tuhanmu yang telah menciptakan.
2.      Dia menciptakan manusia dari segumpulan darah
3.      Bacalah, dan Tuhanmu adalah Maha Mulia
4.      Dia mengajarkan (manusia) dengan pena.
5.      Dia mengajari manusia apa-apa yang tidak diketahuinya.”
(QS. Al-Alaq:1-5)
Ayat diatas menjelaskan tentang pentingnya kedudukan baca tulis dalam memperlajari ilmu pengetahuan. Sebab hanya manusia yang dapat membaca dan menulis. Allah mengajari manusai dengan perantaraan pena. Artinya dengan mempergunakan pena atau tulisan, maka hanyalah ilmu pengetahuan yang dapat dipelajari dan dihimpun oleh manusia.
1.      Aktivitas membaca buku
Membaca merupakan aktivitas untuk menambah ilmu pengetahuan dan juga wawasan berfikir
Allah berfiman:
“ Maka berilah kabar gembira kepada hamba-hambaku. Yaitu orangorang yang mendengarkan perkataan (informasi), lalu dia mengikuti yang paling baik dari perkataan tersebut. Mereka itu adalah orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan mereka itu adalah ulul-albab.”(QS Az-Zumar:17-18).
Jadi sifat ulul-albab (orang mukmin yang cerdas) adalah mempunyai semangat belajar yang tinggi, suka mencari informasi dari buku,ceramah atau internet, tetapi mereka bersikap kritis.
2.      Perpustakaan dirumah
Setiap keluarga muslim hendaknya membuat perpustakaan rumah, walaupun perpustakaan yang sederhana, perpustakaan itu mencakup buku-buku dan kaset-kaset yang cocok bagi anak--anak maupun orang tuanya.
3.      Merangsang terjadinya lompatan kecerdasan.
Membaca buku anak merangsang otak sehingga kecerdasan meningkat dan fungsi indranya berkerja lebih aktif.
4.      Mematangkan emosi
Kebiasann membaca sejak usia dini bagi anak-anak dapat mematangkan emosi mereka. Anak terbiasa berfikir dan menggunakan pengetahuannya untuk memahami keadaan sekeliling.
5.      Menambah kosakata
Membaca buku dapat menambah kosakata dan pengetahuan tata bahasa. Yang lebih penting lagi membaca akan mengenalkan kita pada banyak ragam ungkapan kreatif.
6.      Menambah bijaksana dalam menghadapi kehidupan
7.      Membaca memicu imajinasi.
Rasulullah bersabda:
“Barang siapa ingin berbahagia di dunia, hendaknya dia berilmu. Barang siapa ingin berbahagia diakhirat, endaknya dia berilmu. Dan barang siapa ingin berbahagia didunia dan di akhirrat, maka hendaknya dia berilmu.”

b.   Cara yang dilakukan untuk membangkitkan potensi anak.
Banyak cara yang dapat digunakan untuk mengoptimalakn potensi anak. Kualitas anak dipengaruhi oleh banyak hal.
Pertama, keadaan orang tua itu sendiri. Biasanya orang tua yang cerdas akan melahirkan anak yang juga cerdas. Orang tua yang saleh biasanya juga melahirkan anak yang saleh. Karena itu Rasulullah menyuruh kita untuk mencari istri yang saleh.
Kedua, yaitu makanan. Anak yang diberi makanan halal dan baik akan tumbuh menjadi anak yang sehat dan kuat.
Ketiga, yaitu pendidikan. Anak yang mendapat pendidikan yang baik dan sesuai dengan kemampuan anak, maka ia akan tumbuh secara optimal.

Yang juga perlu diketahui oleh orang tua ialah bahwa bakat dan kecerdasan maunia itu bermacam-macam . orang tua hendaknya mengetahui bakat dan kecerdasan anaknya lalu dapat menumbuhkan secara optimal.
Allah berfirman:
“Katakanlah: ‘tiap-tiap orang yang beramal menurut bawaanya’(QS. Al-Isra:84).
Rasulullah bersabda:
“Manusia yang paling baik adalah manusai yang paling bermanfaat bagi orang lain.”

Memberi Makanan Yang Bergizi
1.      Menyusui anak
Seorang ibu hendaknya menyusi anaknya yang baru lahir selama dua tahun. Kalau tidak memungkinkan, ibu boleh menyusi kurang dari dua tahun. Penelitian metakhir menunjukan bahwa kualitas air susu ibu (ASI) tidak bisa digantikan oleh susu apapun. Karena itu, Islam menganjurkan kepada para ibu supaya menyusui anak-anaknya.
Allah berfirman: “Ibu-ibu hendaknya menyusukan anak-anaknya selama dua tahu, bagi orang yang menghendaki akan menyempurnakan penyusuan. Dan kewajiban ayah (suami) memberi makan dan pakaian kepada para ibu (istrinya) dengan cara yang baik. Seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya. Janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan karena anaknya dan juga seorang ayah karena anaknya. Dan warisanpun berkewajiban demikian. Apabila keduanya ingin menyapih (sebelum dua tahun) dengan kerelaan keduanya dan bermusyawarah, maka tidak ada dosa atas keduanya.”

2.      Pola makan yang sehat
Makanan yang sehat adalah makanan yang mengandung unsur-unsur makanan yang sempurna. Makanan yang sehat haus terdiri dari: karbohidrat, zat lemak, mineral, protein, vitamin, serat dan air.
Allah berfirman:
“Maka hendaklah manusia itu memerhatikan makanannya.  Sesungguhnya Kami benar-benar telah mencurahkan air (dari langit), kemudian Kami belah bumi dengan sebaik-baiknya, lalu Kami tumbuhkan biji-bijian di bumi itu, anggur dan sayur-sayuran, zaitun, dan pohon kurma, kebun-kebun yang lebat, dab buah-buahan serta rumput-rumputan. Untuk makanan bagimu dan untuk binatang-binatang ternakmu.”(QS.’Abasa:24-32).
Membangkitkan Percaya Diri
Allah berfirman:
“Janganlah kamu merasa lemah dan janganlah kamu berduak cita. Karena kamu adlah umat yang paling tinggi, jika kamu benar-benar orang yang beriman.”(QS. Ali-Imran:139).
Salah satu hal yang menghambat potensi anak kita adala kurang percaya diri. Karena itu orang tua harus menumbuhkan rasa percaya diri pada anaknya sehingga dia dapat tumbuh secara optimal.



Memahami Potensi dan Bakat Anak
Bakat dan kecerdasan anak berbeda-beda. Ada anak yang mempunyai bakat dalam banyak bidang sekaligus, tetapi ada pula anak yang hanya mempunyai kecerdasan satu bidang saja. Kalau anak belajar pada bisang yang sesuai dengan bakat dan minatnya, amak dia akan berprestasi tinggi. Sebaliknya kalau dia belajar pada bisang yang bukan bakatnya, maka prestasi akan rendah sehingga sulit untuk bersaing dalam masyarakat yang kian konpetitif. Karena itu cukup banyak anak yang tidak sukses di sekolah, tetapi sukses di bidang lain. Karena dia punya bakat yang lebih spesifik. Contohnya para seniman dan para artis.
Horward Gardner telah mengidentifikasikan tujuh kejeniusan atau kecerdasan yang berbea, yakni:
1.      Linguistik verbal : ini dalah kercerdasan yang sekarang dipakai oleh sistem pendidikan kita untuk mengukur IQ seseorang
2.      Numerik : ini adalah kecerdasan yang berhubungan dengan data yang diukur dalam angka-angka.
3.      Spasial :  ini adalah kecerdasan yang dimiliki oleh orang-orang kreatif, para artis dan desainer.
4.      Fisik : ini adala kecerdasan yang dimiliki oleh para olahragawan.
5.      Intrapersonal : ini adlah kecerdasan yang kerap disebut kecerdasan emosional.
6.      Interpersonal :  ini adalah kercerdana yang berasal dari umat manusia terhadap hal-hal di sekeliling mereka.
Mengoptimalkan Potensi Anak
Anak akan lebih berhasil dalam hidupnya apa bila dia bekerja sesuai dengan bakatnya. Jadi tugas orang tua adalah menemukan kecerdasan anak-anaknya. Dan yang lebih penting lagi, anak akan sukses kalau dia  itu belajar pada bidang yang disukainya. Dan lebih baik lagi kalau anak mempunyai kecerdasan pada bidang tertentu, lalu disekolahkan pada bidang tersebut. Maka anak akan berkembang secara optimal.
c.       Kiat mendidik anak yang bermasalah.
Anak yang bermasalah
Terkadang pada kasus-kasus tertentu orang tua mengalami kesulitan dalam mendidik anak, yaitu anak mengalami ketidaknormalan atau anak normal namun menunjukkan perilaku yang bermasalah (anak nakal).
Anak-anak yang tidak normal, yang mengalami masalah dalam menerima pendidikan dari orang tua secara wajar, biasanya ditunjukkan dengan keterlambatan penerimaan pemahaman karena mengalami kendala dalam penerimaanya. Dengan kurangnya pemahaman yang diserap  oleh anak maka dapat memunculkan perilaku yang tidak baik. Perilaku anak seperti  ini dapat menimbulkan masalah bagi orang-orang yang berada pada lingkungan tempat hidup dan interaksi anak. Sebagai contoh perilakuyang diperlihatkan oleh anak-anak penderita autis dan hiperaktif.
Autisme
Autisme bukanlah penyakit menular, namun suatu gangguan perkembangan yang luas yang ada pada anak. Mereka hidup dalam dunianya sendiri. Seorang ahli mengatakan autisme adalah dasar dari manusia yang kepribadian ganda (Sizhophren). Autis pada anak berbeda-beda tarafnya dari yang ringan sampai yang berat. Autis dapat terjadi pada siap saja tanpa membedakan perbedaan status sosial maupun ekonomi.
Hiperaktif
Gangguan pemusatan perhatian disertai gejala hiperaktivitas motorik yang dikenal sebagai Attention Deficir Hiperactivity Disorder (ADHD) atau Attention Deficit Disorder (ADD) menjangkiti 3% -5% anak berusia 4 - 14 tahun. Gejalanya anak mengalami kesulitan dalam memusatkan perhatian (defisit dalam memusatkan perhatian) sehingga anak tidak dapat menyelesaikan tugas-tugasnya yang diberikan kepadanya secara baik, selalu gelisah dan tidak bisa duduk dengan tenang, bersikap apatis terhadap lawan bicaranya, mudah terpengaruh oleh stimulus yang datang dari luar dirinya, sering mengucapkan kata-kata secara spontan (tidak sadar) dan mengalami kesulitan dalam bermain bersama temannya karena ia tidak memiliki perhatian yang baik.
Anak Nakal
Anak nakal adalah anak yang mengekspresikan tindakan yang melanggar norma dan aturan yang diberlakukan pada mereka. Perilaku nakal yang dilakukan anak, seringkali berakibat negatif, baik bagi dirinya ataupun orang lain, seperti : malas, tidak disiplin, berkata-kata kasar dan senang berkelahi untuk menunjukkan superioritas atas anak-anak yang lain. Anak normal, anak autisme dan hiperaktif dapat berkembang menjadi anak nakal bila orang tua kurang serius dalam mendidik anak-anaknya.
Kiat mengatasi anak yang bermasalah
 Untuk mendidik anak-anak bermasalah seperti autisme dan hiperaktif diperlukan cara-cara berbeda dengan anak normal. Kiat-kiat yang diperlukan untuk mendidik anak yang bermasalah antara lain sebagai berikut.
1.      Menerima kekurangn yang ada pada diri anak dengan ikhlas dan sabar .
Ketika orang tua memiliki anak yang bermasalah, maka hal ini merupakan ujian. Karena itu orang tua harus memilik kesadaran bahwasanya ujian ini datangnya dari Allah.
Allah befirman:
“ Apakah manusia mengira bahwa mereka anak dibiarkan hanya karena mereka mengatakan kami beriman, padahal mereka belum diuji.”(QS. Al Ankabut:1-2)
“Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu); dan di sisi Allah-lah pahala yang besar.”(QS. At-taghaabun:15)


2.      Tetap melanjutkan proses pendidikan
Proses pendidikan bagi anak bermasalah harus tetap dilakukan. Hal ini sangatlah penting walaupun akan memerlukan energi yang berlebih. Melakukan proses pendidikan yang baik pada anak-anak yang bermasalah merupakan tantangan bagi kedua orang tua sekaligus wujud tanggung jawab pada anak.
Rasulullah bersabda:
“Tidak ada pemberian orang tua kepada anak yang lebih utama daripada pendidikan yang baik.”(HR. Tirmidzi)
Disamping itu pendidikan yang baik juga merupakan wujud kasih sayang orang tua kepada anak.
3.      Tidak berputus asa
Apabila orang tua ketiak sedang melakukan proses pendidikan dan melihat anaknya masih menjunjukkan pembangkangan bahkan penentangan, dan sulit untuk diatur, maka sekali-kali dilarang untuk berputus asa dalam berusaha mendidik anak demi kebaikan mereka. Karena putus asa dari rahmat Allah bukanlah tipe orang-orang beriman. Justru , ia berkewajiban untuk menanti kelapangan dari Allah. Barangkali rahmat Allah segera datang sehingga membuat anak sembuh dan dapat dengan mudah mengikuti ajaran kita dan menjadi anak yang mempunyai perilaku yang baik.
Allah berfirman:
“Janganlah kamu putus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tidaklah putus asa dari rahmat Allah kecuali orang-orang yang kafir.”(QS. Yusuf:87)
4.      Menjalani proses terapi dan pendampingan anak.
Tidaklah Allah mendatangkan pada diri manusia itu penyakit melaikan bersama obatnya. Rasulullah bersabda :
“Tidaklah Allah menurunkan suatu penyakit, melainkan Dia menurunkan obatnya.”(HR. Bukhari dan Muslim).
“Sesungguhnya Allah menurunkan penyakit beserta obatnya, dan Dia telah menetapkan bagi setiap penyakit obatnya, maka janganlah berobat dengan perkara yang haram.”(HR. Abu Dawud).
Anak-anak dengan masalah pada dirinya, seperti autisme dan hiperaktif sesungguhnya dapat tumbuh menjadi orang dewasa memiliki perilaku positif, bahkan dapat hidup normal dan berprestasi, ketika mereka diberi terapi secara medis dan psikologis yang baik. Oleh karena itu lakukanlah pengobatan pada anak dan lakukan pendampingan agar orang tua lebih memahami perkembangan anak.
5.      Berusaha mengenali gejala anak bermasalah lebih dini.
Dengan kemampuan untuk mengenali gejala anak bermasalah lebih dini, ini akan membuat orang tua mampu untuk mengarahkan anak dengan baik lagi, dan peluang anak untuk bisa sembuh lebih besar lagi.
6.      Bermusyawarah dengan orang yang ahli dalam bidang pendidikan.
Orang tua hendaknya bermusyawarah dengan para ahli dibidang pendidikan seperti kalangan ulama, juru dakwah, pengajar, pendidik maupun pakar.
7.      Menambah pengetahuan dengan membaca buku=buku yang bermanfaat.
Orang tua hendaknya rajin membaca buku pendidikan mengenai anak bermasalah. Hal ini akan membantu untuk medidik anak, karena dengan membaca hasil dan percobaan (eksperimen), dan keahlian orang lain dalam mendidik anak, maka orang tua akan mengambil pelajaran dari pengalaman orang lain tersebut.
8.      Menampakkan ketidaksukaan terhadap perilaku anak yang tidak baik.
Ketika anak kita berbuat tidak baik, maka tunjukkanlah rasa tidak suak terhadap perbuatan yang dilakukan anak, serta berikan penjelasan mengapa perbuatan anak tersebut tidak disukai orang tua.


9.      Menerapkan hukuman yang persifat mendidik.
Hukuman bagi anak yang melakukan penggaran memang diperlukan, akan tetapi orang tua harus secara bijak memilih hukuman yang akan diberlakukan pada anak. Pilihlah hukuman yang bersifat mendidik, dengan kata lain meskipun anak merasa tidak nyaman, namun dengan hukuman tersebut secara tidak langsung membuat anak menjadi lebih baik.
10.  Menjadikan materi sebagai sarana dala mendidik.
Ketika kata-kata tidak mampu untuk mengendalikan tingkah laku anak, maka materi atau uang bisa di jadikan sebagai salah satu sarana untuk dapat mengendalikan anak.
Dengan cara yang sama orang tua dapat mengendalikan anak-anak yang bermasalah dengan menggunakan uang. Caranya adalah sebagai berikut :
a.       Tidak memanjakan anak dengan uang
b.      Tidak membiasakan anak merasa berhak atas uang orang tua, terutama jika anak beranjak usia remaja.
c.       Menghentikan pemberian uang pada anak ketika anak tidak melaksanakan kewajibannya dengan baik, seperti: lalai terhadap shalat, tidak mau pergi sekolah dan kurang berbakti pada kedua orang tua. Uang baru diberikan ketika kewajiban tersebut berjalan dengan baik namun tetap dalam kadar yang layak, tidak berlebih tetapi juga tidak kurang.
11.  Mengeluarkan anak dari lingkungan yang buruk
Anak menjadi naka biasanya terpengaruh oleh orang-orang dilingkungan tempat ia biasa berinteraksi. Ketika orang tua mengetahui anak sering bergaul dengan orang-orang yang memilik akhlak yang buruk, maka cegah dan larang anak untuk mengunjugi dan berinteraksi dengan mereka. Menengeluarkan anak dari lingkungan tidak baik bisa dengan memberika kegiatan alternatif yang lebih bermanfaat pada anak, dimana orang tua tahu persis kegiatan tersebut melibatkan orang-orang yang baik.

12.  Menyerahkan pendidikan anak pada pihak lain yang terpecaya
Keputusan orang tua untuk menyerahkan pendidikan dan pembinaan anak pada pihak lain adalah apabila orang tua sudah tidak mampu mendidik anak bermasalah.

13.  Memohonkan ampunan kepada Allah bagi anak.
Sebagaimana memohonkan ampunan bagi orang-orang mukmin laki-laki dan perempuan. Maka banyak-banyaklah beristighfar dan memohonkan ampun kepada Allah atas segala kesalahan yang dilakukan oleh anak-anak kita yang bermasalah dan berharap mereka terhenti dari berbuat salah dan dosa.
Allah berfirman:
“Maka ketahuilah, bahwa sesungguhnya tidak ada Allah (sesembahan Tuhan) selain Allah dan memohonlah ampunan bagi dosamu dan bagi (dosa) orang-orang mukmin laki-laki dan perempuan, Allah mengetahui tempat kamu berusaha dan tempat kamu tinggal.”(QS Muhammad:19)
Disamping istighfar, orang tua hendaknya juga berdoa kepada Allah supaya diberi anak yang saleh. Di  dalam al-Qur’an juga dijelaskan dia Nabi Ibrahim supaya diberi anak yang saleh.
Allah berfirman:
“Ya Tuhanku, berilah kepadaku seorang naka yang saleh.”(QS. Ash-shaffaat:100).
14.  Berusaha menghadirkan kesadaran pada anak dengan kehidupan akhirat.
Sangat penting bagi anak apabila orang tua selalu mengingat anak anak kehidupan setelah alam dunia yaitu akhirat. Dengan begitu anak menjadi tahu bahwa perilakunya didunia selain akan memberikan efek langsung didunia tapi juga akan ia pertanggung jawabkan kelak diakhirat. Tentu saja ini berlaku bagi anak yang sudah menginjak usia remaja atau sudah dewasa.
Mengingatkan anak akan akhirat juga dapat orang tua lakukan dengan sering-sering membacakan ayat Al-Qur’an tentang perilaku jahat yang akan mendapatkan balasan neraka dari Allah, sebagaimana firman-Nya:
“ Dan orang-orang yang mengerjakan kejahatan (mendapat) balasan yang setimpal dan mereka ditutupi kehinaan. Tidak ada bagi mereka seorang pelindungpu dari (azab) Alla, seakan-akan muka mereka ditutupi dengan kepingan-kepingan malam yang gelap gulita. Mereka itulah penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.”(QS. Yunus:27)



















BAB III   
KESIMPULAN

Rasulullah SAW telah menetapkan tanggung jawab terhadap laki-laki (suami) dan perempuan (istri) dalam kapasitas sebagai pemimpin yang berbeda didalam sebuah keluarga. Suami sebagai pemimpin bertugas mengendalikan arah rumah tangga serta menjamin kebutuhan hidup sehari-hari (seperti makanan, minuman dan pakaian) serta bertanggung jawab penuh atas berjalannya seluruh fungsi-fungsi keluarga. Suami pula yang bertugas sebagai benteng dalam kehidupan bermasyarakat.
            Adapun istri berperan sebagai pelaksana teknis tersedianya kebutuhan hidup keluarga serta penanggung jawab harian atas terselenggaranya segala sesuatu yang memungkinkan fungsi-fungsi keluarga tersebut dapat dicapai. Berjalan tidaknya fungsi-fungsi keluarga secara adil dan memadai merupakan indikasi tercapai tidaknya keharmonisan dalam keluarga. Namun, ibarat mengayuh perahu, keduanya harus saling kompak dan bekerjasama agar biduk rumah tangga tidak terbalik. Fungsi-fungsi keluarga yang dimaksud adalah fungsi reproduksi (berketurunan), proteksi (perlindungan), ekonomi sosial, edukasi (pendidikan), afektif (kehangatan dan kasih sayang), rekreasi dan fungsi religi (keagamaan). Tugas utama seorang istri secara umum ada dua: (1)  sebagai ibu, yang berkaitan langsung dengan pemenuhan fungsi reproduksi serta fungsi edukasi; (2) sebagai pengatur rumah tangga, yang berkaitan dengan pemenuhan fungsi-fungsi keluarga yang lainnya.
Sepanjang sejarah peradaban manusia, peran seorang ibu sangat besar dalam mewarnai dan membentuk dinamika zaman. Lahirnya generasi-generasi bangsa yang unggul, kreatif, penuh inisiatif, bermoral tinggi, berevisi kemanusiaan, beretos kerja andal dan berwawasan luas, tidak luput dari sentuhan seorang ibu. Ibulah orang pertama kali memperkenalkan, mensosialisasikan, menanamkan, dan mengakarkan nilai-nilai agama, budaya, moral, kemanusiaan, pengetahuan, dan keterampilan dasar, serta nilai-nilai luhur lainnya kepada seorang anak.
Dengan kata lain, peran ibu sebagai pencerah peradaban, “pusat” pembentukan nilai, atau “patokan” penafsiran makna kehidupan makna kehidupan, tak seorang pun menyangsikannya. Namun seiring gerak roda peradaban, peran ibu sebagai pencerah peradaban bakal menemui tantangan yang semakin berat. Setidaknya ada dua tantangan mendasar yang harus dihadapi oleh seorang ibu ditenga dinamika peradaban global. Pertama, tantangan internal dalam lingkungan keluarga yang harus tetap menjadi sosok feminin yang lembut, penuh perhatian dan kasih sayang, serta sarat sentuhan cinta yang tulus kepada suamidan anak-anak. Kedua, tantangan eksternal diluar kehidupan rumah tangga seiring tuntutan zamam yang semakin terbuka terhadap masuknya nilai-nilai global yang menuntut dirinya untuk bersikap maskulin.
Dalam menyikapi dan menyiasati dua tantangan mendasar itu, seorang ibu jelas dituntut untuk semakin memaksimalkan perannya, memberdayakan potensi dirinya sehingga mampu tampil feminin dan maskulin sekaligus dalam menerjehmakan dan menginternalasasi selera zaman yang mustahil dihindarinya sebagai seorang ibu yang hidup diera globalisasi. Ini artinya, fitrah seorang ibu tidak hanya “dicairkan” dalam lingkup domestik, tetapi juga harus ditebarkan pada ranah publik, seiring dengan semakin kompleks dan rumitnya masalah-masalah yang harus diatasi.
Peran ibu dalam mengokohkan ketahanan keluarga adalah tugas yang berat, namun karena Allah menciptakan perempuan sebagai ibu untuk memelihara kehidupan, ketahanan untuk memelihara kehidupan sudah buit in dalam diri ibu. Hanya apakah para ibu menyadarinya potensinya atau tidak. Tatkala ibu bisa memerankan tugasnya dengan baik, sehingga terbina keluarga yang berkualitas secara utuh dan menyeluruh, Allah telah menjanjikan imbalan-Nya. Dalam mengokohkan ketahan keluarga, berangkat dari keikhlasan, kesabaran dan keluasan ilmu, ibu harus siap memberikan keteladanan, membimbing, memotivasi, mensupport terhadap kebaikan dan bersama-sama memecahkan masalah keluarga dengan upaya doa.
Dan orang-orang yang sabar karena mencari keridhaan Tuhannya, mendirikan shalat, dan menafkahkan sebagian rezeki yang Kami berikan kepada mereka, secara sembunyi atau terang-terangan  serta menolak kejahatan dengan kebaikan; orang-orang itulah yang mendapat tempat kesudahan (yang baik). (Yaitu) surga ‘Adn yang mereka masuk ke dalamnya bersama-sama dengan orang-orang yang saleh dari bapak-bapaknya, isteri-isterinya dan anak cucunya, sedang malaikat-malaikat masuk ketempat-tempat mereka dari semua pintu.(QS. Ar-Ra’du:22-23)
Keluarga merupakan komunitas sosial yang terkecil dilingkungan masyarakat, tapi apabila suatu keluarga itu tidak terbina dengan pola pendidikan dan akhlak yang baik, maka kita akan kehilangan masa depan. Bukankan kerusakan suatu negara/bangsa karena pembinaan masyarakat yang lemah. Akibat dari prilaku masyarakat juga ditimbulkan dari ketidakharmonisan keluarga, yang berakar pada prilaku pendidikan dan tanggung jawab orang tua terhadap keluarga dan anak-anaknya.
Keberhasilan pembinaan rumah tangga bukan diukur dari rumah yang besar, fasilitas yang mewah, semua kebutuhan terpenuhi, kendaraaan yang siap suatusaat,atau segala aktivitas dan kesibukan yang menghasikaln uang,. Namun dibalik tanggung jawab dan perna orang tua , ada kekuatan yang maha dahsyat. Tapi sangat disayangkan sebagian besar mereka tidak tertarik dengan perkerjaan itu. Rasulullah ketika ditanya tentang peran kedua orang tua, beliau menjawab:
“ Mereka adalah (yang menyebabkan) surgamu atau nerakamu.”(HR. Ibnu Majah)
Kalau kita amati hadist tersebut, tentu dalam benak kita membayangkan seorang ibu peruh baya dengan kondisi yang tubuh kurang sehat, karena makannya tidak teratur, itupun harus berbagi dengan anak-anaknya. Sementara pakaian yang digunakan pastilah kumal dan tidak karuan. Gambaran seperti ini tentulah tidak asing dan sering kira jumpai jalan-jalan kota, perempatan lampu lalu lintas, dan tempat-tempat yang lalu lalang. Seorang ibu dengan anaknya yang dicintainya berjuang sekuat tenaga, agar anak kandungnya itu tidak kelaparan. Bahkan jauh dari angannya, ibu ittu punya satu harapan; yaitu kelak suatu hari nanti anaknya bisa hidup lebih baik dari ibunya.
Dibalik peran ibu yang maha dahsyat dalam membina dan mendidik rumah tangganya. Ia pun harus rela menanggalkan kariernya, kesibukann dikantor, jabatan atau aktivitas yang banyak menyita waktu, bahkan tak sempat untuk bercanda dan bergurau atau membicarakan sesuatu dengan buah hatinya. Inilah saatnya para ibu sejati membuktikan kasih sayangnya kepada suami dan anak-anaknya. Kodrat wanita sebagai ibu rumah tangga sangat mulia, bagaimana mendidik anak dengan benar? Dan bagaimana dengan anda sendiri?




















DAFTAR PUSTAKA
-          Chomaria nurul. Menjadi Ibu Penuh Cinta, Solo. PUSTAKA ILTIZAM Desember 2009.
-          Hasan.Ir.Mt. Anak Saleh, Kiat dan Petunjuk Dalam Mendidik Anak Secara Islami, Bandung. CIPTA DEA PUSTAKA, Mei 2008.
-          perananorangtuasebagaipendidikdirumah.blogsopt.com, diakses pada tanggal /29/05/2015
-          www.fimadi.com/ibu-sebagai-benteng-pertahanan-keluarga diakses pada tanggal /29/05/2015   









  


Tugas Akhir Mata Kuliah
KEPEMIMPINAN
Dosen : A.Muh Yusri Teja. S.pdi.Mpd.
KEPEMIMPINAN ORANG TUA DALAM RUMAH TANGGA
 








Nama : Murniati
Nim : 1331076
Jurusan : Tarbiyah (Pai)
SEMESTER IV

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM
DARUL DAKWAH WAL IRSYAD ( STAI DDI ) MAROS
2015
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah segala puji syukur kehadirat Allah SWT. Yang telah melimpahkan karunia dan rahmat-Nya pada setiap makhluk-makhluknya. Lautan kasih sayang yang tak pernah pilih kasih kepada semua  hamba-Nya. Salawat dan salam senantiasa tercurahkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat-sahabatnya, tabi’in dan orang-orang yang senantiasa istiqomah dalam langkah perjuangannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “ KEPEMIMPINAN ORANG TUA DALAM KELUARGA “
Makalah ini di ajukan sebagai tugas akhir mata kuliah LEADERSHIP/ KEPEMIMIPINAN,“ semoga makalah ini bermanfaat bagi setiap orang orang yang menbacanya dan apabilah terdapat kesalahan atau kekurangan dalam makalah ini, mohon kritik dan sarannya sehingga makalah ini bisa lebih baik dari sekarang

Maros, 30 Mei 2015

        Penyusun






ii
 
                                                                                               
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ....................................................................................          i
KATA PENGANTAR ..................................................................................          ii
DAFTAR ISI.................................................................................................         iii
BAB I  PENDAHULUAN ..........................................................................          1
A.    Latar Belakang ............................................................................          1
B.     Rumusan Masalah .......................................................................          3
BAB II PEMBAHASAN .............................................................................          4
A.    Kepemimpinan Orang Tua ...........................................................          4
B.     Peranan Wanita Dalam Rumah Tangga........................................         22
C.     Kiat-Kiat yang Harus Dilakukan Dalam Kepemimpinan
Rumah Tangga .............................................................................         31
a.       Apa yang sebaiknya dilakukan seorang ibu ...........................         31
b.      Cara yang dilakukan untuk membangkitkan potensi anak.....         47
c.       Kiat Mendidik Anak yang Bermasalah .................................         51
BAB III KESIMPULAN .............................................................................         58
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................         62


iii
 
 B.     Peranan Wanita Dalam Rumah Tangga........................................         22
C.     Kiat-Kiat yang Harus Dilakukan Dalam Kepemimpinan
Rumah Tangga .............................................................................         31
a.       Apa yang sebaiknya dilakukan seorang ibu ...........................         31
b.      Cara yang dilakukan untuk membangkitkan potensi anak.....         47
c.       Kiat Mendidik Anak yang Bermasalah .................................         51
BAB III KESIMPULAN .............................................................................         58
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................         62



iii
 
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar