Mata Kuliah :KEPEMIMPINAN
Dosen Pengajar :
Yusri Teja, S.Pd.I., M.Pd
KEPEMIMPINAN
Judul
Makalah : Kepemimpinan Pendidikan
Disusun Oleh:
NAMA :
AMRIANI
NIM : 12 31 072
JURUSAN :
TARBIYAH (PAI)
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM DARUD
DA’WAH WAL-IRSYAD
STAI DDI MAROS
2015
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Masalah
Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukkan
pribadi manusia. Pendidikan sangat berperan dalam
membentuk baik atau buruknya pribadi manusia
menurut ukuran normatif.
Sekolah sebagai organisasi, di dalamnya terhimpun
unsur-unsur yang masing-masing baik secara perseorangan maupun kelompok
melakukan hubungan keja sama untuk mencapai tujuan. Unsur-unsur yang dimaksud, tidak lain
adalah sumber daya manusia yang terdiri dari kepala
sekolah, guru-guru, staf, peserta didik atau siswa,
dan orang tua siswa.
Dalam hal ini kepala sekolah sebagai seseorang yang diberi
tugas untuk memimpin sekolah, kepala sekolah
bertanggung jawab atas tercapainya tujuan sekolah. Kepala sekolah
diharapkan menjadi pemimpin dan inovator di sekolah.
Oleh sebab itu, kualitas kepemimpinan kepala sekolah
adalah signifikan bagi keberhasilan sekolah.
Kemampuan profesional kepala sekolah sebagai pemimpin
pendidikan yaitu bertanggungjawab dalam menciptakan suatu situasi
belajar mengajar yang kondusif, sehingga guru-guru dapat
melaksanakan pembelajaran dengan baik dan peserta didik dapat belajar dengan tenang. Disamping itu
kepala sekolah dituntut untuk dapat bekerja sama dengan
bawahannya, dalam hal ini guru.
Kepala sekolah adalah pengelola
pendidikan di sekolah secara keseluruhan, dan kepala
sekolah adalah pemimpin formal pendidikan di sekolahnya. Dalam suatu
lingkungan pendidikan di sekolah, kepala sekolah
bertanggung jawab penuh untuk mengelola dan memberdayakan guru-guru agar terus meningkatkan
kemampuan kerjanya.
Keberhasilan suatu sekolah
pada hakikatnya terletak pada efisiensi dan efektivitas
penampilan seorang kepala sekolah
1.2. Rumusan Masalah
1.
Apakah arti dan fungsi dari kepemimpinan pendidikan?
2.
Apa sajakah tipe-tipe kepentingan kependidikan itu?
3.
Bagaimanakah keterampilan kepemimpinan pendidikan itu?
4.
Pendekatan apa sajakah yang ada dalam kepempinan
pendidikan?
5.
Bagaimanakah peranan evaluasi dalam kepemimpinan
pendidikan?
1.3. Tujuan
Penulisan
1.
Untuk mengetahui arti dan fungsi dari kepemimpinan
pendidikan.
2.
Untuk mengetahui tipe-tipe kepentingan kependidikan.
3.
Untuk mengetahui keterampilan kepemimpinan pendidikan.
4.
Untuk mengetahui berbagai pendekatan yang ada dalam
kepemimpinan pendidikan.
5.
Untuk mengetahui peranan evaluasi dalam kepemimpinan
pendidikan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Arti
Kepemimpinan Pendidikan
Jika berbicara
tentang kepemimpinan pendidikan, hendaklah kita berusaha memahami bahwa dalam
pelaksanaan tugas itu ada seseorang yang berfungsi sebagai pemimpin. Ia adalah
orang yang dapat bekerja sama dengan orang lain dan yang dapat bekerja untuk
orang lain. Hal itu dianjurkan juga oleh Elwood L. Prestwood dalam
bukunya “The High School Principal and Staff Work Together”.
Tiap-tiap orang
yang merasa terpanggil untuk melaksanakan tugas memimpin di dalam lapangan
pendidikan dapat disebut sebagai pemimpin pendidikan, misalnya
orang tua di rumah, guru di sekolah, kepala sekolah di sekolah, kepala kantor
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, maupun pengawas pendidikan di Kantor
Pembinaan Pendidikan dan Kebudayaan dan di daerah pelayanannya, juga pendidik
lain. Kepemimpinan sangat dibutuhkan dalam pembinaan pendidikan. Bisa
dikatakan, kepemimpinan adalah suatu kegiatan dalam membimbing suatu kelompok
sedemikian rupa sehingga tercapailah tujuan kelompok itu. Tujuan tersebut
merupakan tujuan bersama.
Dalam usaha
untuk mencapai tujuan bersama itu, pemimpin kelompok yang satu bergantung pada
pemimpin dan kelompok yang lain. Seseorang tidak dapat menjadi pemimpin jika
terlepas dari kelompok. Kepempinan merupakan suatu sifat dari aktivitas
kelompok. Setiap orang sebagai anggota suatu kelompok dapat memberikan
sumbangannya untuk kesuksesan kelompoknya.
Di dalam suatu
kelompok harus ada persatuan. Persatuan harus dibentuk dan dibina oleh pemimpin
kelompok itu. Di bawah kepemimpinannya, baik pemimpin maupun ayng dipimpin,
harus berusaha bersama untuk mencapai tujuan kelompok itu. Persatuan harus
diciptakan dan dipelihara dalam kelompok. Jika tidak, kelompok itu hanya
merupakan kumpulan dari individu-individu, yang seorang terpisah dari yang
lain.
Bertalian
dengan hal di atas, harus ada seseorang yang dapat mengembangkan perasaan
kelompok dan koordinasi. Ia muncul sebagai pemimpin, ia memperlihatkan
kelebihan dan kesanggupan dalam membina kegiatan kelompok menuju ke hal
tercapainya tujuan kelompok itu. Kesanggupannya sangat dibutuhkan dalam
memecahkan masalah yang dihadapi oleh kelompoknya. Dalam membicarakan
kepemimpinan, sebaiknya kita berpegang pada teori tertentu, misalnya sebagai
berikut:
a. Teori Sifat
Jika seseorang
dijadikan pemimpin, ia harus memenuhi syarat tertentu. Apabila dalam dirinya
terdapat sifat serta sikap tertentu, barulah ia dijadikan pemimpin.
Kepemimpinan yang didasarkan pada sifat-sifat tertentu itulah yang disebut
sebagai teori sifat.
b. Teori Situasi
Jika seseorang
dijadikan pemimpin dalam situasi-situasi tertentu karena kelebihan keterampilan
dan sifat tertentu yang tampak pada dirinya, sehingga dapat memecahkan masalah
kelompok, maka kepemimpinan ini didasarkan oleh situasi yang ada.
Dalam situasi
lain, bilamana kelompok tidak memerlukan kelebihan keterampilan, dan
sifat-sifat orang tersebut, maka ia tidak dapat dijadikan pemimpin, ia adalah
anggota biasa saja. Berdasarkan kebenaran teori itu, kedua macam teori di atas
dapat diterima.
Selanjutnya,
perlu kita ketahui bahwa apabila seseorang diangkat secara resmi oleh pihak
atasan, ia disebut official leader atau pemimpin resmi.
Sebaliknya, jika seseorang diangkat menjadi pemimpin dalam keadaan darurat
karena sumbangannya yang berharga terhadap kelompok, misalnya karena adanya
suatu masalah yang tidak dapat diatasi oleh seorang official leader pemimpin
seperti itu disebut emerging leader atau pemimpin dalam
keadaan darurat atau keadaan terpaksa. Perhatian kita seterusnya hanya
ditujukan kepadaofficial leader.
2.2. Tipe-tipe
Kepemimpinan Pendidikan
1.
Tipe Otoriter / Tipe authoritarian
Dalam
kepemimpunan yang otoriter, pemmpin bertindak sebagai dictator terhadap anggota
kelompok
2.
Tipe Laissez-faire
Pemimpin
tidak memberikan kepemimpinannya, melainkan membiarkan bawahannya berbuat
sekehendaknya. Keberhasilan lembaga ditenukan atas kesadaran dan dedikasi
anggota kelompok. Struktur organisasinya kabur, segala kegiatan dilakukan tanpa
rencana dan tanpa pengawasan dari pimpinan
3.
Tipe Demokratis
Kepemimpinannya
bukan sebagai dictator, tapi di tengah-tengah anggota kelompoknya. Pemimpin
berusaha menstimulus anggotanya agar bekerja secara produktif untuk mencapai
tujuan bersama. Pemimpin selalu berpangkal pada kepentingan dan kebutuhan
anggotanya.
4.
Tipe Pseudo-demokratis / demokratis semu / manipulasi
demokratik
Pemimpin
hanya tampaknya saja demokratis, namun sebenarnya dia bersikap otokratis.
2.3. Keterampilan
Kepemimpinan Pendidikan
1. Keterampilan dalam
memimpin
Pemimpin harus menguasai cara-cara kepemimpinan, memiliki
keterampilan memimpin supaya dapat bertindak sebagai seorang pemimpin yang
baik. Untuk itu harus memiliki kemampuan bagaimana caranya : menyusun rencana
bersama, mengajak annotanya berpartisipasi, member bantuan kepada anggota
kelompok, memupuk moral kelompok, bersama-sama membuat keputusan. Pemimpin
tidak hanya tahu, tetapi harus dapat melaksanakan.
2. Keterampilan dalam
hubungan insani
Hubungan insane merupakan hubungan
antar manusia. Ada dua jenis hubungan yaitu :
a.
Hubungan karna tugas resmi
b.
Hubungan kekeluargaan
3. Keterampilan dalam proses kelompok
Maksud utama adalah meningkatkan
partisipasi anggota kelompompok sehingga dapat mengefektifkan potensi. Pemimpin
sebagai penengah , pendamai, dan bukan menjadi hakim.
4. Keterampilan dalam proses
administrasi personil
Kegiatan ini mencangkup segala usaha
yang menggunakan keahlian yang dimiliki petugas secara efektif. Kegiatannya
meliputi seleksi, pengangkatan, penempatan, penugasan, orientasi, pengawasan,
bimbingan, dan pengembangan, serta kesejahteraan.
5. Keterampilan dalam menilai
Merupaka usaha untuk mengetahui
sejauh mana tujuan sudah tercapai. Teknik dan prosedur evaluasi : menentukan
tujuan penilaian, menetapkan norma / ukuran yang akan dinilai, mengumpulkan
data-data, pengolahan data, menyimpulkan hasil penilaian.
2.4. Pendekatan
dalam Kepemimpinan Pendidikan
Pendekatan-pendekatan
itu adalah untuk memecahkan masalah-masalah kepemimpinan yang telah lama
dilakukan dan diselidiki oleh para ahli. Pada dasarnya, ada dua macam
pendekatan dalam kepemimpinan, yaitu sebagai berikut:
A. Pendekatan Sifat-sifat (Traits
Approach)
Pendekatan ini
dimulai dengan mengadakan perumusan teori kepemimpinan melalui identifikasi
sifat-sifat seorang pemimpin yang berhasil dalam melaksanakan kepemimpinan
pendidikan. Pada masa itu orang mengadakan penelitian terhadap sifat-sifat
pemimpin, dengan ciri-ciri seperti kecerdasan, keadaan emosional, kesabaran,
gairah, fisik, yang kuat dan sehat, serta tinggi yang memenuhi syarat, dan
sebagainya. Teori ini menyatakan bahwa leader was born,pemimpin
adalah dilahirkan. Ia membawa sifat-sifat yang dibutuhkan oleh seorang
pemimpin. Berdasarkan penelitian para ahli, maka teori dan pendekatan
sifat-sifat dalam kepemimpinan ini dianggap telah kuno.
B. Pendekatan
Perilaku (Behavioral Approach)
Untuk memahami
pendekatanbehavioral ini, ada baiknya kita bahas lebih dahulu
pendapat James MacGreger Burnstentang kepemimpinan yang berorientasi
pada perilaku. Pendapat Burns mengandung unsur-unsur pengertian sebagai
berikut:
a.
Pada dasarnya kepemimpinan itu mempengaruhi terpimpin
atau anak buahnya.
b.Melakukan
sesuatu untuk mencapai tujuannya.
c.
Tujuan itu mewakili nilai-nilai dan motivasi, keperluan
dan kebutuhan, cita-cita dan harapan.
d.
Tujuan itu milik pemimpin dan terpimpin.
e.
Kepemimpinan itu mesti mempergunakan kekuasaan atau
kemampuan (power).
f.
Power itu bersumber dari kebutuhan dan tujuan terpimpin.
g.Hakikat dari
hubungan pemimpin dan terpimpn adalah interaksi pribadi.
h.Dalam interaksi
itu mengandung tingkat yang berbeda-beda dalam motivasi , potensi, kemampuan,
termasuk keterampilan.
i.
Interaksi itu dalam rangka mencapai tujuan umum atau
tujuan khusus yang telah disetujui bersama.
Jadi, kesimpulan dari pendapat di atas
adalah sebagai berikut:
a.
Sumber power untuk memimpin itu pada
hakikatnya dari kelompok/terpimpin, walaupun pemimpin itu mempengaruhi kelompok
tersebut.
b.
Pengaruh itu terlihat pada penampilan kelompok dalam
mencapai tujuan.
2.5. Peran Evaluasi
dalam Kepemimpinan Pendidikan
Arti Evaluasi dalam Kepemimpinan
Pendidikan
Kimball Wiles (1961:292)
memberikan gambaran singkat tentang arti evaluasi dalam kepemimpinan pendidikan
dalam suatu halaman khusus. Gambaran terbesut diuraikan sebagai berikut:
a.
Penilaian adalah sebuah proses membuat bahan pertimbangan
yang akan dipergunakan sebagai dasar untuk perencanaan. Setiap pemimpin
pendidikan harus terlibat dalam menyusun suatu perencanaan, baik perencanaan
yang baru maupun perencanaan untuk memperbaiki pelaksanaan yang sudah pernah
dijalankan. Untuk menyusun perencanaan itu dibutuhkan bahan pikiran konkret
sebagai masukan baginya. Bahan-bahan pikiran yang konkret itu hanya diperoleh
melalui penilaian, yaitu hasil penilaian segala bidang dan aspek kegiatan dalam
sekolah tersebut.
b.
Hal itu terdiri dari penetapan tujuan, pengumpulan bukti
mengenai pertumbuhan, atau kelemahan yang diukur dari tujuan yang telah
ditentukan itu. Untuk mengadakan penilaian terhadap sesuatu, kita harus menentukan
tujuan terlebih dahulu, untuk apakah penilaian itu diadakan? Tujuan tersebut
merupakan batas yang harus dicapai. Kemudian diadakan pengumpulan data tentang
hal yang sudah dilaksanakan, baik yang berhasil maupun yang gagal. Bukti-bukti
ini dapat dianalisis dan disimpulkan. Dari bukti/data itu kita dapat mengadakan
penilaian, sampai seberapa jauh hasil itu sesuai dengan tujuan yang telah
ditetapkan.
c.
Bahan pertimbangan tentang bukti tersebut dan perbaikan
prosedur serta pertimbangan tujuan yang jelas. Dalam penilaian itu akan terjadi
pemilihan masalah yang akan dinilai serta kriteria yang diperlukan oleh mereka.
Hasilnya adalah untuk perbaikan prosedur yang sudah pernah dilaksanakan kalau
prosedur itu ternyata keliru atau kurang baik.
d. Hal itu
merupakan prosedur untuk memajukan hasil yang akan dicapai dan proses yang akan
dilaksanakan serta tujuan-tujuan itu sendiri. Melalui penilaian itu, pemimpin
pendidikan akan memperoleh prosedur yang jelas dan tepat sehingga menghasilkan
sesuatu yang lebih memuaskan segala pihak yang terlibat dalam kegiatan sekolah
itu. Demikian pula proses pelaksanaan akan dilakukan dengan penuh kesadaran dan
tanggung jawab mereka, karena mereka merasa bahwa proses tersebut merupakan
kenyataan yang telah diterima dan dipahami mereka, sehingga mereka melaksanakan
dengan senang dan tenang. Akhirnya, melalui prosedur penilaian, mereka akan
lebih menghayati dan menyadari tujuan yang akan dicapainya; mereka tidak akan
segan mengajukan usul tentang perbaikan tujuan itu apabila tujuan itu ternyata
kurang memadai dilihat dari sudut perkembangannya.
e.
Penilaian adalah prosedur, melalui prosedur itu, pemimpin
pendidikan akan dapat memajukan stafnya (kelompok). Melalui penilaian, terutama
dengan evaluasi sendiri, pemimpin pendidikan akan memberi keyakinan dan
kesadaran tentang keadaan mereka masing-masing, baik dilihat dari status mereka
dalam jabatan, maupun dari keadaan kepribadian mereka. Mereka akan lebih
mengenal diri mereka masing-masing dan akan berusaha mengeliminasi yang kurang
baik dan mengembangkan kemampuan dirinya yang positif. Dengan demikian,
pemimpin pendidikan akan berhasil membina, mengoordinasi, dan mengarahkan
mereka untuk memajukan kelompoknya.
Dari uraian di
atas dapat ditarik kesimpulan bahwa makna penilaian dalam kepemimpinan adalah
mengubah perilaku pemimpin dan yang dipimpin melalui pendekatan ilmiah,
sehingga mereka sadar dan lebih bertanggung jawab terhadap tujuan pendidikan
dan pengajaran, berusaha mencari prosedur kerja yang dipahami dan disetujui
mereka, berusaha melaksanakan proses pekerjaan dan tanggung jawab dengan penuh
kesadaran, berusaha mencapai hasil yang lebih memuaskan, dan berusaha selalu
mempertumbuhkan diri, baik secara perseorangan maupun secara berkelompok.
BAB III
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Pemimpin pada
hakikatnya adalah seorang yang mempunyai kemampuan untuk memepengaruhi perilaku
orang lain di dalam kerjanya dengan menggunakan kekuasaan. Dalam kegiatannya
bahwa pemimpin memiliki kekuasaan untuk mengerahkan dan mempengaruhi bawahannya
sehubungan dengan tugas-tugas yang harus dilaksanakan.
Tipe-tipe
kepemimpinan pada umumnya adalah tipe kepemimpinan pribadi, Tipe kepemimpinan
non pribadi, tipe kepemimpinan otoriter, tipe kepemimpinan demokratis, tipe
kepemimpinan paternalistis, tipe kepemimpinan menurut bakat.Disamping
tipe-tipekepemimpinan tersebut juga ada pendapat yang mengemukakan menjadi tiga
tipe antara lain : Otokratis, Demokratis, dan Laisezfaire. Faktor-faktor yang
mempengaruhi aktivitas pemimpin meliputi ; kepribadian (personality), harapan
dan perilaku atasan, karakteristik, kebutuhan tugas, iklim dan kebijakan
organisasi, dan harapan dan perilaku rekan. Yang selanjutnya bahwa
factor-faktor tersebut dapat mempengaruhi kesuksesan pemimpin dalam
melaksanakan aktivitasnya.
Tugas pemimpin
dalam kepemimpinannya meliputi ; menyelami kebutuhan-kebutuhan kelompok, dari
keinginan itu dapat dipetiknya kehendak-kehendak yang realistis dan yang
benar-benar dapat dicapai, meyakinkan kelompoknya mengenai apa-apa yang menjadi
kehendak mereka, mana yang realistis dan mana yang sebenarnya merupakan
khayalan.Pemimpin yang professional adalah pemimpin yang memahami akan tugas
dan kewajibannya, serta dapat menjalin hubungan kerjasama yang baik dengan
bawahan, sehingga terciptanya suasana kerja yang membuat bawahan merasa aman,
tentram, dan memiliki suatu kebebsan dalam mengembangkan gagasannya dalam
rangka tercapai tujuan bersama yang telah ditetapkan.
4.2. Saran
Berdasarkan
pada uraian tersebut di atas, maka penulis mengemukakan saran-saran sebagai
berikut :
1. Hendaknya
para pemimpin, khususnya pemimpin dalam bidang pendidikan dalam melaksanakan
aktivitasnya kepemimpinannya dalam mempengaruhi para bawahannya berdasarkan
pada kriteria-kriteria kepemimpinan yang baik.
2. Dalam
membuat suatu rencana atau manajemen pendidikan hendaknya para pemimpin
memahami keadaan atau kemampuan yang dimiliki oleh para bawahannya, dan dalam
pembagian pemberian tugas sesuai dengan kemampuannya masing-masing.
3. Pemimpin
hendaknya memahami betul akan tugasnya sebagai seorang pemimpin.
4. Dalam
melaksanakan akvititasnya baik pemimpin ataupun yang dipimpin menjalin suatu
hubungan kerjsama yang saling mendukung untuk tercapainya tujuan organisasi
atau instnasi.
DAFTAR PUSTAKA
Indrafachrudi, Soekarto dan J.F. Tahalele.2006.Bagaimana
Memimpin Sekolah yang efektif. Malang: Ghalia Indonesia
Tim Dosen Administrasi Pendidikan Universitas Pendidikan
Indonesia. 2009. Manajemen Pendidikan. Bandung: Alfabeta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar