Selasa, 11 Agustus 2015

Mata Kuliah                :KEPEMIMPINAN
Dosen Pengajar           : Yusri Teja, S.Pd.I., M.Pd


KEPEMIMPINAN
Judul Makalah : Kepemimpinan Pendidikan






Disusun Oleh:

NAMA                   : AMRIANI
                                    NIM                        : 12 31 072
JURUSAN              : TARBIYAH (PAI)


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM DARUD DA’WAH WAL-IRSYAD
STAI DDI MAROS
2015


BAB I
PENDAHULUAN
1.1.       Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan  faktor  utama dalam  pembentukkan pribadi manusia. Pendidikan  sangat  berperan dalam membentuk baik  atau buruknya  pribadi manusia menurut  ukuran normatif. 
Sekolah sebagai organisasi, di dalamnya terhimpun unsur-unsur yang masing-masing baik secara perseorangan maupun kelompok melakukan hubungan keja sama untuk mencapai tujuan. Unsur-unsur yang dimaksud, tidak  lain  adalah sumber daya manusia  yang  terdiri dari kepala sekolah, guru-guru, staf, peserta didik  atau  siswa, dan orang  tua  siswa. 
Dalam hal ini kepala sekolah sebagai seseorang yang diberi tugas untuk memimpin sekolah, kepala sekolah bertanggung jawab atas tercapainya   tujuan  sekolah.  Kepala sekolah diharapkan menjadi  pemimpin dan inovator   di  sekolah. Oleh  sebab  itu, kualitas kepemimpinan kepala sekolah adalah signifikan bagi keberhasilan sekolah.
Kemampuan profesional  kepala sekolah  sebagai  pemimpin pendidikan  yaitu bertanggungjawab dalam menciptakan suatu  situasi belajar mengajar yang kondusif,  sehingga guru-guru dapat melaksanakan pembelajaran dengan baik dan peserta didik dapat  belajar  dengan  tenang. Disamping  itu kepala  sekolah dituntut untuk dapat bekerja sama dengan bawahannya, dalam hal ini guru.
Kepala  sekolah  adalah pengelola pendidikan di  sekolah  secara keseluruhan, dan kepala sekolah adalah pemimpin  formal pendidikan di sekolahnya. Dalam suatu lingkungan pendidikan di  sekolah, kepala sekolah bertanggung  jawab penuh untuk mengelola  dan  memberdayakan  guru-guru agar  terus  meningkatkan kemampuan kerjanya.
Keberhasilan  suatu  sekolah pada hakikatnya  terletak pada efisiensi   dan  efektivitas penampilan seorang kepala sekolah

1.2.       Rumusan Masalah
1.         Apakah arti dan fungsi dari kepemimpinan pendidikan?
2.         Apa sajakah tipe-tipe kepentingan kependidikan itu?
3.         Bagaimanakah keterampilan kepemimpinan pendidikan itu?
4.         Pendekatan apa sajakah yang ada dalam kepempinan pendidikan?
5.         Bagaimanakah peranan evaluasi dalam kepemimpinan pendidikan?

1.3.       Tujuan Penulisan
1.      Untuk mengetahui arti dan fungsi dari kepemimpinan pendidikan.
2.      Untuk mengetahui tipe-tipe kepentingan kependidikan.
3.      Untuk mengetahui keterampilan kepemimpinan pendidikan.
4.      Untuk mengetahui berbagai pendekatan yang ada dalam kepemimpinan pendidikan.
5.      Untuk mengetahui peranan evaluasi dalam kepemimpinan pendidikan.
















BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.       Arti Kepemimpinan Pendidikan
Jika berbicara tentang kepemimpinan pendidikan, hendaklah kita berusaha memahami bahwa dalam pelaksanaan tugas itu ada seseorang yang berfungsi sebagai pemimpin. Ia adalah orang yang dapat bekerja sama dengan orang lain dan yang dapat bekerja untuk orang lain. Hal itu dianjurkan juga oleh Elwood L. Prestwood dalam bukunya “The High School Principal and Staff Work Together”.
Tiap-tiap orang yang merasa terpanggil untuk melaksanakan tugas memimpin di dalam lapangan pendidikan dapat disebut sebagai pemimpin pendidikan, misalnya orang tua di rumah, guru di sekolah, kepala sekolah di sekolah, kepala kantor Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, maupun pengawas pendidikan di Kantor Pembinaan Pendidikan dan Kebudayaan dan di daerah pelayanannya, juga pendidik lain. Kepemimpinan sangat dibutuhkan dalam pembinaan pendidikan. Bisa dikatakan, kepemimpinan adalah suatu kegiatan dalam membimbing suatu kelompok sedemikian rupa sehingga tercapailah tujuan kelompok itu. Tujuan tersebut merupakan tujuan bersama.
Dalam usaha untuk mencapai tujuan bersama itu, pemimpin kelompok yang satu bergantung pada pemimpin dan kelompok yang lain. Seseorang tidak dapat menjadi pemimpin jika terlepas dari kelompok. Kepempinan merupakan suatu sifat dari aktivitas kelompok. Setiap orang sebagai anggota suatu kelompok dapat memberikan sumbangannya untuk kesuksesan kelompoknya.
Di dalam suatu kelompok harus ada persatuan. Persatuan harus dibentuk dan dibina oleh pemimpin kelompok itu. Di bawah kepemimpinannya, baik pemimpin maupun ayng dipimpin, harus berusaha bersama untuk mencapai tujuan kelompok itu. Persatuan harus diciptakan dan dipelihara dalam kelompok. Jika tidak, kelompok itu hanya merupakan kumpulan dari individu-individu, yang seorang terpisah dari yang lain.
Bertalian dengan hal di atas, harus ada seseorang yang dapat mengembangkan perasaan kelompok dan koordinasi. Ia muncul sebagai pemimpin, ia memperlihatkan kelebihan dan kesanggupan dalam membina kegiatan kelompok menuju ke hal tercapainya tujuan kelompok itu. Kesanggupannya sangat dibutuhkan dalam memecahkan masalah yang dihadapi oleh kelompoknya. Dalam membicarakan kepemimpinan, sebaiknya kita berpegang pada teori tertentu, misalnya sebagai berikut:
a.     Teori Sifat
Jika seseorang dijadikan pemimpin, ia harus memenuhi syarat tertentu. Apabila dalam dirinya terdapat sifat serta sikap tertentu, barulah ia dijadikan pemimpin. Kepemimpinan yang didasarkan pada sifat-sifat tertentu itulah yang disebut sebagai teori sifat.
b.      Teori Situasi
Jika seseorang dijadikan pemimpin dalam situasi-situasi tertentu karena kelebihan keterampilan dan sifat tertentu yang tampak pada dirinya, sehingga dapat memecahkan masalah kelompok, maka kepemimpinan ini didasarkan oleh situasi yang ada.
Dalam situasi lain, bilamana kelompok tidak memerlukan kelebihan keterampilan, dan sifat-sifat orang tersebut, maka ia tidak dapat dijadikan pemimpin, ia adalah anggota biasa saja. Berdasarkan kebenaran teori itu, kedua macam teori di atas dapat diterima.
Selanjutnya, perlu kita ketahui bahwa apabila seseorang diangkat secara resmi oleh pihak atasan, ia disebut official leader atau pemimpin resmi. Sebaliknya, jika seseorang diangkat menjadi pemimpin dalam keadaan darurat karena sumbangannya yang berharga terhadap kelompok, misalnya karena adanya suatu masalah yang tidak dapat diatasi oleh seorang official leader pemimpin seperti itu disebut emerging leader atau pemimpin dalam keadaan darurat atau keadaan terpaksa. Perhatian kita seterusnya hanya ditujukan kepadaofficial leader.







2.2.     Tipe-tipe Kepemimpinan Pendidikan
1.      Tipe Otoriter / Tipe authoritarian
Dalam kepemimpunan yang otoriter, pemmpin bertindak sebagai dictator terhadap anggota kelompok
2.      Tipe Laissez-faire
Pemimpin tidak memberikan kepemimpinannya, melainkan membiarkan bawahannya berbuat sekehendaknya. Keberhasilan lembaga ditenukan atas kesadaran dan dedikasi anggota kelompok. Struktur organisasinya kabur, segala kegiatan dilakukan tanpa rencana dan tanpa pengawasan dari pimpinan
3.      Tipe Demokratis
Kepemimpinannya bukan sebagai dictator, tapi di tengah-tengah anggota kelompoknya. Pemimpin berusaha menstimulus anggotanya agar bekerja secara produktif untuk mencapai tujuan bersama. Pemimpin selalu berpangkal pada kepentingan dan kebutuhan anggotanya.
4.      Tipe Pseudo-demokratis / demokratis semu / manipulasi demokratik
Pemimpin hanya tampaknya saja demokratis, namun sebenarnya dia bersikap otokratis.

2.3.       Keterampilan Kepemimpinan Pendidikan
1.      Keterampilan dalam memimpin
Pemimpin harus menguasai cara-cara kepemimpinan, memiliki keterampilan memimpin supaya dapat bertindak sebagai seorang pemimpin yang baik. Untuk itu harus memiliki kemampuan bagaimana caranya : menyusun rencana bersama, mengajak annotanya berpartisipasi, member bantuan kepada anggota kelompok, memupuk moral kelompok, bersama-sama membuat keputusan. Pemimpin tidak hanya tahu, tetapi harus dapat melaksanakan.
2.      Keterampilan dalam hubungan insani
Hubungan insane merupakan hubungan antar manusia. Ada dua jenis hubungan yaitu :
a.              Hubungan karna tugas resmi
b.              Hubungan kekeluargaan
3.      Keterampilan dalam proses kelompok
Maksud utama adalah meningkatkan partisipasi anggota kelompompok sehingga dapat mengefektifkan potensi. Pemimpin sebagai penengah , pendamai, dan bukan menjadi hakim.
4.      Keterampilan dalam proses administrasi personil
Kegiatan ini mencangkup segala usaha yang menggunakan keahlian yang dimiliki petugas secara efektif. Kegiatannya meliputi seleksi, pengangkatan, penempatan, penugasan, orientasi, pengawasan, bimbingan, dan pengembangan, serta kesejahteraan.
5.      Keterampilan dalam menilai
Merupaka usaha untuk mengetahui sejauh mana tujuan sudah tercapai. Teknik dan prosedur evaluasi : menentukan tujuan penilaian, menetapkan norma / ukuran yang akan dinilai, mengumpulkan data-data, pengolahan data, menyimpulkan hasil penilaian.

2.4.       Pendekatan dalam Kepemimpinan Pendidikan
Pendekatan-pendekatan itu adalah untuk memecahkan masalah-masalah kepemimpinan yang telah lama dilakukan dan diselidiki oleh para ahli. Pada dasarnya, ada dua macam pendekatan dalam kepemimpinan, yaitu sebagai berikut:
A.    Pendekatan Sifat-sifat (Traits Approach)
Pendekatan ini dimulai dengan mengadakan perumusan teori kepemimpinan melalui identifikasi sifat-sifat seorang pemimpin yang berhasil dalam melaksanakan kepemimpinan pendidikan. Pada masa itu orang mengadakan penelitian terhadap sifat-sifat pemimpin, dengan ciri-ciri seperti kecerdasan, keadaan emosional, kesabaran, gairah, fisik, yang kuat dan sehat, serta tinggi yang memenuhi syarat, dan sebagainya. Teori ini menyatakan bahwa leader was born,pemimpin adalah dilahirkan. Ia membawa sifat-sifat yang dibutuhkan oleh seorang pemimpin. Berdasarkan penelitian para ahli, maka teori dan pendekatan sifat-sifat dalam kepemimpinan ini dianggap telah kuno.
B.     Pendekatan Perilaku (Behavioral Approach)
Untuk memahami pendekatanbehavioral ini, ada baiknya kita bahas lebih dahulu pendapat James MacGreger Burnstentang kepemimpinan yang berorientasi pada perilaku. Pendapat Burns mengandung unsur-unsur pengertian sebagai berikut:
a. Pada dasarnya kepemimpinan itu mempengaruhi terpimpin atau anak buahnya.
b.Melakukan sesuatu untuk mencapai tujuannya.
c. Tujuan itu mewakili nilai-nilai dan motivasi, keperluan dan kebutuhan, cita-cita dan harapan.
d.                        Tujuan itu milik pemimpin dan terpimpin.
e. Kepemimpinan itu mesti mempergunakan kekuasaan atau kemampuan (power).
f. Power itu bersumber dari kebutuhan dan tujuan terpimpin.
g.Hakikat dari hubungan pemimpin dan terpimpn adalah interaksi pribadi.
h.Dalam interaksi itu mengandung tingkat yang berbeda-beda dalam motivasi , potensi, kemampuan, termasuk keterampilan.
i.  Interaksi itu dalam rangka mencapai tujuan umum atau tujuan khusus yang telah disetujui bersama.
Jadi, kesimpulan dari pendapat di atas adalah sebagai berikut:
            a.      Sumber power untuk memimpin itu pada hakikatnya dari kelompok/terpimpin, walaupun pemimpin itu mempengaruhi kelompok tersebut.
            b.      Pengaruh itu terlihat pada penampilan kelompok dalam mencapai tujuan.



2.5.       Peran Evaluasi dalam Kepemimpinan Pendidikan
Arti Evaluasi dalam Kepemimpinan Pendidikan
Kimball Wiles (1961:292) memberikan gambaran singkat tentang arti evaluasi dalam kepemimpinan pendidikan dalam suatu halaman khusus. Gambaran terbesut diuraikan sebagai berikut:
a.       Penilaian adalah sebuah proses membuat bahan pertimbangan yang akan dipergunakan sebagai dasar untuk perencanaan. Setiap pemimpin pendidikan harus terlibat dalam menyusun suatu perencanaan, baik perencanaan yang baru maupun perencanaan untuk memperbaiki pelaksanaan yang sudah pernah dijalankan. Untuk menyusun perencanaan itu dibutuhkan bahan pikiran konkret sebagai masukan baginya. Bahan-bahan pikiran yang konkret itu hanya diperoleh melalui penilaian, yaitu hasil penilaian segala bidang dan aspek kegiatan dalam sekolah tersebut.
b.      Hal itu terdiri dari penetapan tujuan, pengumpulan bukti mengenai pertumbuhan, atau kelemahan yang diukur dari tujuan yang telah ditentukan itu. Untuk mengadakan penilaian terhadap sesuatu, kita harus menentukan tujuan terlebih dahulu, untuk apakah penilaian itu diadakan? Tujuan tersebut merupakan batas yang harus dicapai. Kemudian diadakan pengumpulan data tentang hal yang sudah dilaksanakan, baik yang berhasil maupun yang gagal. Bukti-bukti ini dapat dianalisis dan disimpulkan. Dari bukti/data itu kita dapat mengadakan penilaian, sampai seberapa jauh hasil itu sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.
c.       Bahan pertimbangan tentang bukti tersebut dan perbaikan prosedur serta pertimbangan tujuan yang jelas. Dalam penilaian itu akan terjadi pemilihan masalah yang akan dinilai serta kriteria yang diperlukan oleh mereka. Hasilnya adalah untuk perbaikan prosedur yang sudah pernah dilaksanakan kalau prosedur itu ternyata keliru atau kurang baik.
d.      Hal itu merupakan prosedur untuk memajukan hasil yang akan dicapai dan proses yang akan dilaksanakan serta tujuan-tujuan itu sendiri. Melalui penilaian itu, pemimpin pendidikan akan memperoleh prosedur yang jelas dan tepat sehingga menghasilkan sesuatu yang lebih memuaskan segala pihak yang terlibat dalam kegiatan sekolah itu. Demikian pula proses pelaksanaan akan dilakukan dengan penuh kesadaran dan tanggung jawab mereka, karena mereka merasa bahwa proses tersebut merupakan kenyataan yang telah diterima dan dipahami mereka, sehingga mereka melaksanakan dengan senang dan tenang. Akhirnya, melalui prosedur penilaian, mereka akan lebih menghayati dan menyadari tujuan yang akan dicapainya; mereka tidak akan segan mengajukan usul tentang perbaikan tujuan itu apabila tujuan itu ternyata kurang memadai dilihat dari sudut perkembangannya.
e.       Penilaian adalah prosedur, melalui prosedur itu, pemimpin pendidikan akan dapat memajukan stafnya (kelompok). Melalui penilaian, terutama dengan evaluasi sendiri, pemimpin pendidikan akan memberi keyakinan dan kesadaran tentang keadaan mereka masing-masing, baik dilihat dari status mereka dalam jabatan, maupun dari keadaan kepribadian mereka. Mereka akan lebih mengenal diri mereka masing-masing dan akan berusaha mengeliminasi yang kurang baik dan mengembangkan kemampuan dirinya yang positif. Dengan demikian, pemimpin pendidikan akan berhasil membina, mengoordinasi, dan mengarahkan mereka untuk memajukan kelompoknya.
Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa makna penilaian dalam kepemimpinan adalah mengubah perilaku pemimpin dan yang dipimpin melalui pendekatan ilmiah, sehingga mereka sadar dan lebih bertanggung jawab terhadap tujuan pendidikan dan pengajaran, berusaha mencari prosedur kerja yang dipahami dan disetujui mereka, berusaha melaksanakan proses pekerjaan dan tanggung jawab dengan penuh kesadaran, berusaha mencapai hasil yang lebih memuaskan, dan berusaha selalu mempertumbuhkan diri, baik secara perseorangan maupun secara berkelompok. 





       BAB III
PENUTUP
4.1.    Kesimpulan
Pemimpin pada hakikatnya adalah seorang yang mempunyai kemampuan untuk memepengaruhi perilaku orang lain di dalam kerjanya dengan menggunakan kekuasaan. Dalam kegiatannya bahwa pemimpin memiliki kekuasaan untuk mengerahkan dan mempengaruhi bawahannya sehubungan dengan tugas-tugas yang harus dilaksanakan.
Tipe-tipe kepemimpinan pada umumnya adalah tipe kepemimpinan pribadi, Tipe kepemimpinan non pribadi, tipe kepemimpinan otoriter, tipe kepemimpinan demokratis, tipe kepemimpinan paternalistis, tipe kepemimpinan menurut bakat.Disamping tipe-tipekepemimpinan tersebut juga ada pendapat yang mengemukakan menjadi tiga tipe antara lain : Otokratis, Demokratis, dan Laisezfaire. Faktor-faktor yang mempengaruhi aktivitas pemimpin meliputi ; kepribadian (personality), harapan dan perilaku atasan, karakteristik, kebutuhan tugas, iklim dan kebijakan organisasi, dan harapan dan perilaku rekan. Yang selanjutnya bahwa factor-faktor tersebut dapat mempengaruhi kesuksesan pemimpin dalam melaksanakan aktivitasnya. 
Tugas pemimpin dalam kepemimpinannya meliputi ; menyelami kebutuhan-kebutuhan kelompok, dari keinginan itu dapat dipetiknya kehendak-kehendak yang realistis dan yang benar-benar dapat dicapai, meyakinkan kelompoknya mengenai apa-apa yang menjadi kehendak mereka, mana yang realistis dan mana yang sebenarnya merupakan khayalan.Pemimpin yang professional adalah pemimpin yang memahami akan tugas dan kewajibannya, serta dapat menjalin hubungan kerjasama yang baik dengan bawahan, sehingga terciptanya suasana kerja yang membuat bawahan merasa aman, tentram, dan memiliki suatu kebebsan dalam mengembangkan gagasannya dalam rangka tercapai tujuan bersama yang telah ditetapkan.



4.2.    Saran
Berdasarkan pada uraian tersebut di atas, maka penulis mengemukakan saran-saran sebagai berikut :
1.      Hendaknya para pemimpin, khususnya pemimpin dalam bidang pendidikan dalam melaksanakan aktivitasnya kepemimpinannya dalam mempengaruhi para bawahannya berdasarkan pada kriteria-kriteria kepemimpinan yang baik.
2.      Dalam membuat suatu rencana atau manajemen pendidikan hendaknya para pemimpin memahami keadaan atau kemampuan yang dimiliki oleh para bawahannya, dan dalam pembagian pemberian tugas sesuai dengan kemampuannya masing-masing.
3.      Pemimpin hendaknya memahami betul akan tugasnya sebagai seorang pemimpin.
4.      Dalam melaksanakan akvititasnya baik pemimpin ataupun yang dipimpin menjalin suatu hubungan kerjsama yang saling mendukung untuk tercapainya tujuan organisasi atau instnasi.




DAFTAR PUSTAKA

Indrafachrudi, Soekarto dan J.F. Tahalele.2006.Bagaimana Memimpin Sekolah yang efektif. Malang: Ghalia Indonesia
Tim Dosen Administrasi Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia. 2009. Manajemen Pendidikan. Bandung: Alfabeta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar