Selasa, 11 Agustus 2015

Tugas Akhir Mata kuliah Leadership/Kepemimpinan Pendidikan
Dosen Pembimbing: A. Muh. Yusri Teja, S.Pd., M.Pd.

PERSEPSI DAN KOMUNIKASI




Disusun Oleh:
Nama: Mustafa Rasyid
NIM: 13 31 025




JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM
DARUD DAKWAH WAL-IRSYAD
                                         2015                      

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi Rabbil ‘Alamin, segala puji kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kami kesehatan dan kesempatan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Persepsi dan Komunikasi.
            Makalah ini diajukan sebagai tugas mata kuliah Leadership/Kepemimpinan Pendidikan. Semoga makalah ini bermanfaat bagi setiap orang yang membacanya dan  apabila terdapat kesalahan atau kekurangan dalam makalah ini mohon kritik dan sarannya sehingga makalah ini bisa lebih baik dari yang sekarang.

Maros,   Juni 2015

Penyusun


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………...            ii
DAFTAR ISI……………………………………………………… iii
BAB I. PENDAHULUAN………………………………………… 1
A. Latar Belakang ………….……………………………………..  1
B. Rumusan Masalah………….…………………………………… 2
C. Tujuan Penyusunan ………….………………………………… 3
BAB II. PEMBAHASAN………………………………………… 4
A. Persepsi ………………..…………………………………….… 4
B. Atribut …….…………………………………..……………… 11
C. Sikap ……………………………………………………........ 15
D. Kepribadian ………………………..………………………..  17
E. Komunikasi ………………………………………………….. 20
BAB III. PENUTUP  …………………………………………..  24
A. Kesimpulan ………………………………………………….. 24
DAFTAR PUSTAKA            …………………………………………… 25





BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Persepsi sangat tergantung kepada komunikasi, sebaliknya komunikasi juga tergantung pada persepsi. Persepsi timbul karena adanya dua faktor baik internal maupun eksternal. Faktor internal tergantung pada proses pemahaman sesuatu termasuk di dalamnya sistem nilai, tujuan, kepercayaan, dan tanggapannya terhadap hasil yang dicapai, sedangkan faktor eksternal berupa lingkungan. Kedua faktor ini menimbulkan persepsi karena didahului oleh suatu proses yang dikenal dengan komunikasi. Begitupun Proses komunikasi dapat terselenggara dengan baik atau tidak, tergantung persepsi masing-masing orang yang terlibat dalam proses komunikasi tersebut.
Komunikasi timbul karena seseorang ingin menyampaikan informasi kepada orang lain. Informasi dapat membuat seseorang punya pengertian yang sama dengan orang lain dan bisa juga berbeda, karena informasi yang dikomunikasikan itu membuat orang-orang mempunyai kesamaan dan perbedaan pengertian. Kesamaan atau perbedaan disebabkan persepsi orang-orang yang terlibat dalam proses komunikasi tersebut.
Betapa pentingnya memahami persepsi dan melakukan komunikasi, sebagaimana firman Allah Subhanahuata'ala dalam surah Al-Hujuraat (49) ayat 13:



Hai manusia, sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamusaling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah maha Mengetahui Lagi maha Mengenal. (QS. Al-Hujarat(49):13)
            Selanjutnya Rasulullah Sallallahu Alaihi Wasallam bersabda yang artinya: barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, maka sambungkanlah tali silaturahmi. (al-Hadis).
            Frase supaya kamu saling kenal mengenal, dalam firman Allah di atas dan Hadis Nabi yang menyatakan maka sambungkanlah tali silaturahmi, itu semua hanya dapat dilakukan melalui komunikasi dan dalam proses komunikasi terjadinya persepsi yang berbeda sangat sulit untuk dihindari,karena persepsi merupakan salah satu variable psikologi individu.
B.     Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalahnya adalah sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud persepsi?
2. Apa yang dimaksud Atribut?
3. Apa yang dimaksud Sikap?
4. Apa yang dimaksud Kepribadiaan?
5. Apa yang dimaksud Komunikasi?

C.    Tujuan Penyusunan
Adapun tujuan penyusunannya adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud persepsi?
2. Untuk mengetahui apa yang dimaksud Atribut?
3. Untuk mengetahui apa yang dimaksud Sikap?
4. Untuk mengetahui apa yang dimaksud Kepribadiaan?
5. Untuk mengetahui apa yang dimaksud Komunikasi?




BAB II
PEMBAHASAN
A. Persepsi
            Salah satu firman Allah Subhanahuata”ala dalam surah Al-Mu’min (40) ayat 19 sebagai dasar untuk memahami persepsi adalah sebagai berikut:


Dia mengetahui (pandangan) mata yang khianat dan apa yang disembunyikan oleh hati (QS Al-Mu’min (40):19).
            Persepsi diartikan sebagai tanggapan (penerimaan) langsung dari sesuatu; proses seseorang mengetahui beberapa hal melalui penginderaannya. Dengan demikian, yang dimaksud dengan persepsi adalah proses dari seseorang dalam memahami lingkungannya yang melibatkan pengorganisasian dan penafsiran sebagai rangsangan dalam suatu pengalaman psikologi. Persepsi juga diartikan sebagai suatu proses di mana individu-individu mengorganisasikan dan menafsirkan kesan indera mereka agar memberi makna kepada lingkungan mereka. Di samping itu, persepsi dapat pula dilihat dari proses kognitif yang dialami oleh setiap orang dalam memahami informasi tentang lingkungannya, baik lewat penglihatan, pendengaran, penghayatan, perasaan, dan penciuman. Selajutnya, dikatakan bahwa kunci untuk memahami persepsi adalah terletak pada pengenalan bahwa persepsi merupakan penafsiran yang unik terhadap situasi, dan bukannya suatu pencatatan yang benar terhadap situasi.
Persepsi dapat pula dirumuskan dengan berbagai cara, tetapi dalam ilmu perilaku khususnya psikologi, istilah itu dipergunakan untuk mengartikan perbuatan yang lebih dari sekadar mendengarkan, melihat atau merasakan sesuatu. Selanjutnya dinyatakan bahwa persepsi yang signifikan itu ialah jika diperluas di luar jangkauan lima indera dan merupakan suatu unsur yang penting di dalam penyesuaian perilaku manusia, tetapi tidak diterangkan apakah di luar indera kelima itu ada indera keenam. Kalau ini yang dimaksud, istilah indra keenam ini tampaknya para psikolog belum sepakat.
Pada dasarnya persepsi lebih kompleks dan luas bila dibandingkan penginderaan. dengan selanjutnya dikatakan bahwa proses persepsi dapat menambah dan mengurangi kejadian. seperti contoh: perbedaan antara persepsi dan penginderaan, yairu: (1) bagian pembelian membeli perlengkapan yang diperkirakan menurutnya adalah peralatan yang terbaik, tetapi para insinyur mengatakan bahwa itu bukan yang terbaik, (2) seorang bawahan menjawab suatu pertanyaan berdasarkan atas apa yang ia dengar dari atasannya, bukannya apa yang senyatanya dikatakan atasannya, (3) pekerjaan yang sama mungkin diiihat oleh satu pengawas sebagai pekerjaan yang terbaik, dan oleh pengawas yang lain dikatakan yang terjerlek; (4) menjual rambut palsu dinilai oleh penjual mempunyai kualitas yang tinggi, tetapi pembeli mengatakan mempunyai kualitas yang rendah, (5) seorang manajer laki-laki dari suatu perusahaan besar merasakan bahwa wanita mempunyai kesempatan yang sama untuk menduduki jabatan pimpinan, tetapi asisten manejer SDM yang kebetulan dijabat oleh seorang wanita merasakan tidak ada jalan baginya untuk. bisa mendobrak suatu jaringan tingkat atas.
Selanjutnya, subproses dalam persepsi dapat membuktikan bahwa persepsi itu merupakan hal yang kompleks dan interaktif. subproses pertama yang dianggap penting ialah stimulus atau situasi yang hadir. Terjadinya persepsi jika seseorang dihadapkan dengan sesuatu stimulus atau situasi. subproses kedua adalah registrasi, interpretisi, dan umpan balik. Registrasi dalam hal ini seseorang mendengar atau melihat informasi terkirim kepadanya, di daftarnya semua informasi itu kemudian subproses interpretasi ini tergantung pada pendalaman (learning), motivasi dan kepribadian seseorang ini setiap orang berbeda. Pada informasi yang sama setiap orang mempunyai interpretasi yang berbeda, ini akan menimbulkan persepsi yang berbeda pula. Kemudian umpan balik seorang bawahan yang melaporkan pekerjannya akan mendapat umpan balik dengan melihat tanggapan dari atasannya tersebut setiap orang berbeda dalam menanggapi umpan balik tersebut.
Ada beberapa faktor yang memengaruhi perkembangan persepsi orang, yaiut:
1. Psikologi
Persepsi seseorang mengenai segala sesuatu yang terjadi di alam dunia ini sangat dipengaruhi oleh keadaan psikologi. Contoh, terbenamnya matahari diwaktu senja yang indah bagi seseorang akan dirasakan sebagai bayang-bayang kelabu bagi orang yang buta warna.
2. Famili
Pengaruh yang besar terhadap anak-anak adalah familinya, orang tua yang telah mengembangkan.suatu cara yang khusus di daram memahami dan melihat kenyataan di dunia ini, banyak sikap dan persepsi-persepsi mereka yang diturunkan kepada anak-anaknya. sebagai contoh, kalau orang tuanya Muhammadiyah maka anaknya Muhammadiyah juga.
3. Kebudayaan
            Kebudayaan dan lingkungan masyarakat tertentu juga merupakan salah satu faktor yang kuat di dalam memengaruhi sikap nilai dan cara seseorang memandang dan memahami keadaan di dunia ini. Contoh: orang-orang Amerika non muslim dapat memakan daging babi dengan bebas dan sangat merasakan kelezatannya, sedangkan orang-orang Indonesia yang muslim tidak akan memakan daging babi tersebut.
            Dalam kehidupan sehari-hari seseorang dipengaruhi oleh berbagai stimulus, dengan banyaknya stimulus-stimulus dengan berbagai macam dan coraknya, oleh karena itu perlu dipilih/diseleksi.
Faktor-faktor dari luar yang memengaruhi proses seleksi persepsi antara lain: (1) lntensitas: semakin besar intensitas stimulus dari luar, semakin besar juga hal itu dapat dipahami. Contoh: suara keras, warna yang menyolok akan lebih mudah diketahui daripada yang sebaliknya. Suara keras dari seorang guru bukan hanya salah satu faktor untuk mencari perhatian dari luar, tetapi ada variabel internal dari unsur psikologi, yaitu dorongan kejiwaan yang suka marah mudah tersinggung, dan sebagainya. Oleh karena itu, banyak unsure-unsur yang memengaruhi persepsi, (2) ukuran: semakin besar ukuran suatu objek semakin mudah untuk diketahui, sebagai contoh: iklan yang besar lebih mudah dilihat bentuk ukuran ini akan memengaruhi persepsi seseorang, (3) Berlawanan atau kontras. prinsip berlawanan dengan sekelilingnya ini akan menarik banyak perhatian. Contoh: sebuah bulatan yang berwarrna menyolok akan kelihatan lebih besar daripada bulatan yang besarnya sama, tetapi sekelilingnya
lebih besar, (4) Pengulangan stimulus dari luar yang diulang akan memberikan perhatian yang lebih besar daripada yang sekali dilihat atau didengar. Dikatakan oleh Clifford Morgan bahwa suatu stimulus yang diulangi akan mempunyai kesempatan yang lebih baik untuk menangkap, kita selama satu periode, yakni ketika perhatian kita terhadap tugas pekerjaan sedang memudar. Sebagai tambahan pengulangan itu akan menambah kepekaan atau kewaspadaan terhadap stimulus, (5) Gerakan, orang akan memberikan banyak perhatian kepada benda yang bergerak. Contoh: mengajar sambil bergerak lebih menarik daripada yang duduk saja, dari gerakan-gerakan itu akan timbul suatu persepsi.
Faktor-faktor dari dalam yang memengaruhi persepsi adalah: (1) Belajar dan persepsi. Contoh seorang anak yang telah diajari oleh orang tuanya bahwa daging babi itu haram dan liur anjing itu mengandung najis, maka pada diri anak akan timbul persepsi bahwa anjing dan babi itu harus dijauhi, (2) Motivasi dan persepsi. Motivasi memengaruhi terjadinya persepsi. Sebagai contoh: membicarakan tentang seks pada masyarakat yang tabu untuk berbicara tentang seks akan sangat menarik perhatian, tetapi bagi masyarakat yang sudah biasa tidak begitu menarik. Contoh lain: membicarakan masalah pangan pada masyarakat yang kelaparan akan lebih menarik dan merangsang perhatian, (3) Kepribadian dan persepsi. Kepribadian, nilai-nilai, dan juga termasuk usia akan memengaruhi persepsi seseorang. Contoh: pada usiatu lebih senang dengan musik- musik klasik, sedang pada usia muda rebih senang denganjenis musik yang lain.
Jika informasi berasal dari suatu situasi yang telah diketahui oleh seseorang, maka informasi yang datang tersebut akan memengaruhi cara seseorang mengorganisasikan persepsinya. Hasil pengorganisasian persepsi mengenai suatu informasi dapat berupa pengertian tentang sesuatu objek tersebut. Pengorganisasian persepsi itu meliputi tiga hal, yaitu: (1) kesamaan dan ketidaksamaan, (2) kedekatan dalam ruang, dan (3) kedekatan dalam waktu
1. Kesamaan dan ketidaksamaan
Suatu objek yang mempunyai kesamaan dan ketidaksamaan ciri, akan dipersepsi sebagai suatu objek yang berhubungan dan ketidakberhubungan. Artinya objek yang mempunyai ciri yang sama dipersepsi ada hubungannya, sedangkan objek yang mempunyai ciri yang tidak sama adalah terpisah. Contoh, di lingkungan suatu departemen sekolah para karyawannya memakai seragam berwarna putih abu-abu, kalau mereka keluar dari lingkungannya, persepsi pastilah orang itu adalah
pegawai dari departemen itu.
2. Kedekatan dalam ruang
Objek atau peristiwa yang dilihat oleh orang karena adanya kedekatan dalam ruang tertentu, akan dengan mudah dlartikan sebagai objek atau peristiwa yang ada hubungannya. Sebagai contoh: seorang laki-laki, seorang perempuan dan dua orang anak-anak yang menunggu bus di halte, akan disangka mereka adalah family.
3. Kedeatan dalam waktu
Objek atau perisriwa juga dilihat sebagai hal yang mempunyai hubungan karena adanya kedekatan atau kesamaan dalam waktu. Contoh: dua peristiwa yang terjadi berturur-turut sering dihubung-hubungkan sebagai sebab dan akibat, jika kemerosotan produksi kemudian diikuti dengan pergantian pejabat yang beratanggung jawab, maka akan dilihat pergantian pejabat itu sebagai akibat dari kemerosotan produksi.
Aspek sosial dalam persepsi memainkan peranan yang amat penting dalam perilaku organisasi. persepsi sosial berhubungan dengan secara langsung dengan bagaimana seseorang individu melihat dan memahami orang lain. Proses persepsi sosial ini hanya akan melibatkan orang yang melihat arau menilai (perceived) dan yang dilihat atau dinilai (perceived), kedua pihak ini mempunyai karakter masing-masing.
Karakter orang-orang yang menilai: (1) mengetahui diri sendiri itu akan memudahkan melihat orang rain secara tepat, (2) karakteristik diri sendiri sepertinya dapat memengaruhi ketika meiihat karakteristik orang lain, (3) aspek-aspek yang menyenangkan bagi orang lain sepertinya mampu dilihat orang-orang yang merasa dirinya berlebihan, (4) ketepatan menilai orang lain itu tidaklah merupakan kecakapan tunggal. Empat karakter ini mempunyai peranan yang besar bagi seseorang dalam menilai orang lain pada situasi lingkungan tertentu, sehingga dapat dipahami mengapa seseorang ketika melihat orang lain ukurannya selalu dipulangkan pada diri sendiri.
Karakter orang-orang yang dilihat atau dinilai dalam proses persepsi sosial: (1) status orang yang dinilai akan mempunyai pengaruh yang besar bagi persepsi orang yang menilai, (2) orang yang dinilai biasanya ditempatkan dalam kategori-kategori tertentu. Hal ini untuk memudahkan pandangan orang yang menilai, (3) sifat perangai orang-orang yang dinilai akan memberikan pengaruh yang besar terhadap persepsi orang lain pada dirinya.
Tentang kaitan antata emosi dan perasaan, bahwa keadaan emosi seseorang mempunyai banyak segi bila dikaitkan dengan persepsi. Emosi yang kuat, seperti tidak senang sama sekali terhadap kebijakan perusahaan dapat membuat seseorang memandang negatif kebijakan dan peraturan perusahaan. Menentukan keadaan emosional seseorang memang sulit. Oleh karena persepsi yang kuat sering mengganggu persepsi, para manajer perlu membedakan topik atau praktik-praktik yang memicu emosi yang kuat pada bawahannya.

B. Atribut
            Pengertian atribusi adalah sifat yang menjadi ciri khas suatu benda atau orang atau dapat pula diartikan sebagai suatu proses bagaimana seseorang mencari kejelasan sebab-sebab dari perilaku orang lain. Selain itu, atribusi juga adalah sebuah teori kognitif yang telah digunakan untuk menjelaskan bagaimana seorang manajer menginterpretasikan informasi mengenai kinerja seorang bawahan dan memutuskan bagaimana akan bereaksi terhadap bawahan tersebut.
Kecenderungan manusia untuk selalu berupaya guna mengetahui apa yang ada dibalik gejala yang ditangkap dengan indra, persepsi sosial penjelasan yang ada di balik perilaku itu adalah atribusi. Dengan demikian, atribusi memberikan pengertian ke dalam proses sehingga dapat diketahui sebab dan motif perilaku seseorang. Bila diamati beberapa pemahaman di atas, relatif mempunyai pengertian yang sama, sehingga dapat dipahami sebagai suatu proses mencari kejelasan sebab-sebab, menginterpretasikan dan memutuskan.
Sementara itu, kemampuan, keterampilan atau motivasi internal pada aspek individu disebut juga sebagai atribut disposesi, dan dalam pandangan umum diidentifikasikan sebagai perilaku seseorang. Di sisi lain, seseorang (pengamat) sering pula memberikan persepsi atau kesimpulan yang salah dalam menilai perilaku orang lain.
Sebagai contoh, dalam kehidupan sehari-hari, sering mengamati perilaku orang lain, namun tidak berusaha mencari kejelasan apa yang menyebabkan perilaku orang tersebut menjadi seperti itu dan tidak jarang dalam mempersepsikan perilaku orang lain tersebut sesuai gambaran yang hanya terlihat saja, contoh: bila melihat orang memakai baju merah, orang tersebut dipersepsikan sedang senang hatinya atau sedang jatuh cinta dan bila memakai baju hitam dipersepsikan sedang berduka. Kenyataannya apakah memang seperti itu. Dalam pengertian atribusi persepsi yang tidak didasarkan pada suatu penyebab (alasan tertentu) tingkat subjektivitasnya tinggi, kecuali bilamana orang yang memakai baju merah tersebut, karena warna merah merupakan warna favoritnya (kesukaannya) begitu pula dengan baju hitam ia memakainya karena ada keluarganya yang meninggal. Alasan, karena senang baju merah dan ada keluarganya meninggal, penyebab inilah yang dinamakan atau mempunyai nilai atribusi. Di samping itu, sering pula terjadi distorsi persepsi anrara orang yang satu dengan orang yang lain dalam menilai perilaku orang lain, hal ini dikarenakan penyebab kesalahan dicari dari perilaku orangnya bukan dari penyebab lingkungannya.
Beberapa teori atribusi yang hingga saat ini masih diakui oleh banyakvorang, yaitu:
1. Teori Penyimpulan Terkait (correspodensi lnference), bahwa perilaku orang lain merupakan sumber informasi yang kaya. Kemudian hasil penelitian Jones & Davis (1965) dan Jones & McGillis (1976) sebelum penelitian Malloy & Albright, mengemukakan bahwa hal-hal khusus yang perlu diamati untuk lebih menjelaskan atribusi sebagai berikut: (a) Perilaku yang timbul karena kemampuan orang itu sendiri, contoh: kasir yang cemberut atau satpam yang tersenyum, (b) Perilaku yang membuahkan hasil yang tidak lazim, misalnya wanita yang mau dengan pria yang gendut, jelek, dan miskin, dan (c) Perilaku yang tidak biasa, contoh: seorang pelayan took menunjukkan toko lain kepada pelanggannya.
2. Teori sumber perhatian dalam kesadaran (conscious attentional resources) bahwa proses persepsi terjadi dalam kognisi orang yang melakukan persepsi (pengamat). Menurut Gilbert dkk (1988) bahwa atribusi kesadaran ini harus melewati tiga tahap: (a) kategorisasi, (b) karakterisasi, dan (c)koreksi.
3. Teori atribusi lain yang diketemukan oleh Kelley & Micella, 1980, yaitu
teori atribusi internal dan eksternal, teori yang berfokus pada akal sehat. Menurut teori ini ada tiga hal yang perlu diperhatikan, apakah suatu
perilaku beratribusi internal arau eksternal: (a) konsensus, (b) konsistensi, dan (c) distingsi arau kekhususan.
4. Atribusi karena factor lain.
Untuk menyimpulkan suatu atribusi, hubungan kedua belah pihak sangat penting, yaitu seberapa dekat hubungan pengamat dengan yang diamati dalam memahami faktor penyebab/permasalahannya, di sini fakta kesadaran (kognisi) banyak memengaruhi penentuan atribusi. Penyimpulan atribusi melalui proses kognisi ini, juga mengandung bahaya karena terkadang seseorang sering menggunakan cara berpikir jalan pintas dan berpikir ilusi dalam menarik suatu atribusi, sebagai contoh: berpikir jalan pintas bila kita bertemu dengan seseorang di tempat yang gelap di mana orang tersebut memakai baju hitam, suaranya agak serak dan keras dengan topi menutup sebagian muka nya, tentunya kita akan berpikir ciri-ciri seperti ini adalah golongan penjahat Kita akan cepat menyimpulkan bahwa orang tersebut adalah orang jahat, begitu pula dengan ilusi orang merasa dapat mengontrol datang dan tidaknya turun hujan melalui pawang.
Beberapa faktor berpikir jalan pintas, yaitu: (1) representasi, (2) pengutamaan (priming), (3) pengabaian rata-rata (base rate fallacy), dan (4) ketersediaan informasi (availabitity heuristics) dan berpihir ilusi dalam persepsi sosial yang bersumber pada proses kognisi manusia, yaitui (1) ilusi tentang korelasi (illusory correlation). (2) ilusi kontrol (illusory control), (3) penilaian yang terlalu percaya diri (overconfidence judgement).
Hubungan yang kurang dekat dan informasi yang sangat kurang dapat menyebabkan permasalahan dalam penilaian atribusi atau kesalahan atribusi. Adapun Baron & Byrne (1994) menjelaskan kesalahan atribusi dapat bersumber, karena: (l) Kesalahan atribusi yang mendasar (fundamental error), yaitu kecenderungan yang meniadi penyebabnya faktor internal padahal penyebabnya mungkin dari faktor eksternal seperti pengaruh adat, tradisi, kebiasaan masyarakat, dan sebagainya, (2) Efek pelaku pengamat, yaitu proses persepsi tidak hanya berlaku antarpribadi, tetapi berlaku juga antarkelompok, sebagai contoh orang jatuh terpeleset kita katakan dia tidak hati-hati, tetapi kalaukita sendiri terpeleset atau terjatuh kita mengatakan lantainya licin, dan (3) Pengutamaan diri sendiri (self-serving biss), yaitu kecenderungan untuk membenarkan dirinya sendiri dan orang lain dianggap salah.

C. Sikap
Sikap diartikan sebagai perilaku, gerak-gerik, bertingkah laku dengan gaya yang dibuat-buat. Sikap adalah determinan perilaku, sebab sikap berkaitan dengan persepsi, kepribadian, dan motivasi.
Dalam kehidupan sehari-hari, terkadang kita salah memberikan persepsi terhadap sikap seseorang. Sering terjadi bahwa kita melihat sikap orang kemudian langsung memberikan cap baik atau buruk mengenai sikap orang tersebut. Padahal belum tentu sikap tersebut benar menurut versi kita. Hanya Tuhan yang bisa mengetahui secara pasti mengenai benar tidaknya sikap seseorang.
Firman Allah Subhanahuata’ala dal surah Al-Isra’ (17) ayat 84 dan Surah Al-Nisa’ (4) Ayat 128 berbunyi:


Katakanlah: “Tiap-tiap orang berbuat menurut keadaannya masing-masing”. Maka Tuhanmu lebih mengetahui siapa yang lebih berani jalannya (QS Al-Isra’ (17):84)



Dan jika seorang wanita khawatir akan nusyuz atau sikap tidak acuh dari suaminya, maka tidak mengapa bagi keduanya mengadakan perdamaian yang sebenar-benarnya, dan perdamaian itu lebih baik (bagi mereka) walaupun manusia itu menurut tabiatnya kikir, dan jika kamu bergaul dengan isrimu secara baik dan memelihara dirimu (dari nasyuz dan sikap tak acuh), maka sesungguhnya Allah adalah maha Mengetahui apa ang kamukerjakan. (QS Al-Nisa’ (4);128)
            Sikap seseorang terhadap pekerjaannya mencerminkan pengalaman yang menyenangkan dan tidak menyenangkan dalam pekerjaannya. Serta harapan-harapannya terhadap pengalaman masa depan. Seseorang mempunyai sikap terstrukrur, gabungan dari beberapa komponen afektif dan kognitif. Saling hubungan antarkomponen ini menyebabkan perubahan pada yang satu akan mempercepat perubahan pada yang lainnya.
Sikap menenrukan afeksi, kognisi dan perilaku, dan sebaliknya. Afeksi adalah segmen emosional dari sebuah sikap. Kognisi adalah segmen persepsi, pendapat atau kepercayaan dan suatu sikap, dan perilaku adalah kecenderungan seseorang untuk bertindak terhadap sesuatu. Istilah disonansi kognitif menjelaskan keadaan di mana perbedaan antara komponen kognitif dan perilaku dari suatu sikap.
Sikap terkait dengan nilai, artinya nilai membantu untuk mengatur
sikap. Nilai adalah konstelasi dari suka, tidak suka atau pola asosiasi yang
menentukan pandangan dunia seseorang. Nilai memengaruhi persepsi tidak hanya dari suatu hasil yang tepat, melainkan juga sebagai alat yang tepat  untuk menuju hasil. Teori kepemimpinan yang berpengaruh didasarkan bahwa manajer tidak dapat diharapkan untuk mengambil gaya kepemimpinan yang bertentangan dengan struktur kebutuhan, atau orientasi nilai mereka.
Sikap erat kaitannya dengan kepuasan kerja. Kepuasan kerja adalah cara seseorang merasakan pekerjaannya. Kepuasan kerja merupakan generalisas sikap terhadap pekerjaannya, yang didasarkan pada banyak aspek pekerjaan Dikatakan pula bahwa kepuasan kerja merupakan sikap yang dimiliki individu mengenai pekerjaannya. Hal ini dihasilkan dari persepsi mereka terhadap pekerjaannya, dan didasarkan pada faktor lingkungan kerja (kebijakan, prosedur. kondisi kerja, tunjangan, dan lain-lain). Dalam praktik, hampir semua manajer ingin mempunyai pekerja yang produktif dan puas dengan pekerjaannya.
D. Kepribadian
Kepribadian adalah sifat hakiki yang rercermin pada sikap seseorang atau suatu bangsa yang membedakan dirinya dari orang atau bangsa lain.
Para psikolog umumnya menerima prinsip-prinsip: (1) kepribadian adalah sebuah rangkaian terorganisasi, (2) kepribadian muncul untuk diatur ke dalam pola-pola sampai pada tingkat dapat diamati dan diukur, (3) kepribadian mempunyai dasar biologis, perkembangan khususnya adalah hasil dari lingkunga sosial dan budaya, (4) kepribadian mempunyai aspek superfisial (seperti sikap menjadi pemimpin tim) dan inti yang lebih dalam (seperti sentimen mengenei kekuasaan dan etika kerja), dan (5) kepribadian melibatkan karakteristik umum dan karakteristik unik. setiap orang berbeda dari setiap orang lain dalam beberapa keadaan dan bisa sama dalam keadaan yang lain.
Lima gagasan tersebut termasuk dalam definisi kepribadian, yaitu bahwa: kepribadian seseorang adalah himpunan karakteristik, kecenderungan, dan temperaen yang relatif stabil yang dibentuk secara nyata oleh faktor social budaya, dan lingkungan. Himpunan variabel ini menentukan karakteristik dan perbedaan dalam perilaku individu.
Ada tiga pendekatan teoretis untuk memahami kepribadian, yaitu pendekatan sifat, pendekatan psikodinamis, dan pendekatan humanis.
1. Teori kepribadian sifat (trait) didasarkan pada alasan bahwa predisposes mengarahkan perilaku individu dalam pola yang konsisten. Gordon Allport adalah seorang ahli teori sifat, dalam pandangannya, kepribadian adalah organisasi dinamis dalam individu sebagai sistem psychophysis yang menentukan caranya yang khas dalam menyesuaikan diri terhadap sekitar.
2. Teori kepribadian psikodinamis
Pendekatan Freud yang membicarakan id, ego, dan super ego. Penekanan khusus diletakkan pada determinan yang tidak disadari dari perilaku. Menurut Freud, kepribadian terdiri atas tiga sistem atau aspek yaitu, (1)
Das Es (the id) yaitu aspek biologis, (z) Das lch (the ego) yaitu aspek psikologis, dan (3) Das ueber Ich (the super ego) yaitu aspek sosiologis. ketigaaspek itu masing-masing mempunyai fungsi, sifat komponen, prinsip kerja dan dinamika sendiri-sendiri, namun ketiganya berhubungan dengan rapatnya sehingga sukar untuk memisah-misahkan pengaruhnya terhadap tingkah laku manusia, tingkah laku selalu merupakan hasil kerja sama dari ketiga aspek itu.
3. Teori kepribadian humanistic
Penekanan ditempatkan pada perkembangan dan aktualisasi diri seseorang. Pendekatan Carl Rogers dalam memahami kepribadian adalah humanistic atau berpusat pada manusia. Nasihatnya adalah dengarkan apa yang orang katakan tentang mereka dan memerhatikan pendapat dan arti dari pengalaman orang-orang tersebut. Rogers percaya bahwa yang paling dasar dari organisme manusia adalah untuk mengarah pada aktualisasi diri.
cita-cita yang tetap untuk menyadari potensi inheren seseorang. Teori para humanis menekankan pada orang dan pentingnya aktualisasi diri. Setiap pendekatan berusaha untuk menerangkan sifat unik dari seseorang individu yang memengaruhi perilakunya.
Karakteristik kepribadian Machiavellianisme diberi nama oleh Niccolo Machiavelli yang menulis dalam abad XVI mengenai bagaimana memperoleh dan memainkan kekuasaan. Seseorang yang tinggi machiavellinya bersifat pragmatis, menjaga jarak emosional dan meyakini bahwa tujuan-tujuan dapat membenarkan cara. Apakah kaum Mach-tinggi akan menjadi karyawan yang baik? Jawabannya tergantung pada tipe pekerjaan. Dalam pekerjaan yang menuntut keterampilan tawar-menawar atau ada ganjaran yang cukup besar bila berhasil (seperti dalam penjualan berkomisi) kaur Mach-tinggi akan produktif.
Orang berbeda dalam tingkat menyukai atau tidak menyukai dirinya Ciri ini disebut penghargaan diri (Self Esteem : SE) orang dengan SE tinggi yakin bahwa mereka memiliki kemampuan yang lebih.
Orang dengan SE rendah akan lebih rawan terhadap pengaruh luar,
bergantung pada evaluasi positif dari orang lain, kemungkinan mereka mencari persetujuan dari orang lain dan lebih cenderung menyesuaikan pada keyakinan orang-orang yang mereka hormati. Dalam posisi manajerial orang dengan SE rendah cenderung untuk mempedulikan usaha
menyenangkan orang lain.
Kepribadian dipengaruhi oleh keturunan, budaya dan faktor social.
Selain itu, dipengaruhi pula oleh: (1) faktor pembawaan, yaitu segala sesuatu yang dibawa sejak lahir, dan (2) faktor lingkungan, yaitu segala sesuatu yang ada di luar diri manusia.

E. Komunikasi
Komunikasi adalah pengiriman dan penerimaan pesan atau berita antara dua orang atau lebih sehingga pesan dimaksud dapat dipahami. Komunikasi juga sebagai proses pemindahan pengertian dalam bentuk gagasan atau informasi dari seseorang kepada orang lain. Selain itu komunikasi diartikan sebagai proses penyampaian informasi atau pengiriman dari seseorang kepada orang lain.
Delapan unsur pokok di dalam proses komunikasi, sebagai berikut:
1. Pengirim/sumber adalah orang yang mempunyai ide untuk mengadakan
komunikasi.
2. Encoding adalah menerjemahkan informasi menjadi serangkaian simbol
untuk komunikasi.
3. Massage (pesan) adalah informasi yang sudah disandikan dikirimkan oleh pengirim kepada penerima.
4. Channel (saluran) adalah media komunikasi formal antara seorang pengrim dan seorang penerima.
5. Receiver (penerima) adalah individu yang menanggapi pesan dari pengirim.
6. Decoding (pengartian) adalah interpretasi suara pesan menjadi informasi yang berarti.
7. Noice (gangguan) adalah faktor yang menimbulkan gangguan, kebingungan terhadap komunikasi.
8. Umpan balik adalah balikan dari proses komunikasi sebagai suatu reaksi terhadap informasi yang disampaikan oleh pengirim.
            Ada tiga unsur pokok yang dipergunakan untuk mengidentifikasi komunikasi yang relevan dengan ilmu perilaku organisasi, yaitu:
1. Sifat informasi, yang dipengaruhi oleh banyak/sedikitnya informasi, cara penyajian dan pemahaman informasi. Dalam informasi ini ada tujuh reaksi terhadap kelebihan muatan informasi, yaitu:
a) gagal dalam memperhitungkan informasi,
b) banyak membuat kesalahan,
c) menunda pekerjaan
d) penyaringan (filter)
e) cenderung menangkap informasi pada garis besarnya saja
f) menugaskan tugas kepada orang lain untuk menghadapi kelebihan beban informasi
g) kesengajaan untuk menghindari informasi yang akan datang
2. Komunikasi Organisasi
Komunikasi menduduki suatu tempat yang utama karena susunan keluasan dan cakupan organisasi secara keseluruhan ditentukan oleh teknik komunikasi. Dari sudut pandang ini komunikasi adalah suatu proses sosial yang mempunyai relevansi terluas di dalam memfungsikan setiap kelompok, organisasi atau masyarakat.
Proses komunikasi dalam struktur formal tersebut pada hakikatnya
dapat dibedakan menjadi dimensi vertikal, horizonaal luar organisasi. Dimensi vertikal adalah dimensi komunikasi yang mengalir dari atas ke bawah dan sebaliknya. Dimensi horizontal adalah penerimaan atau pengiriman berita atau informasi yang dilakukan antarpejabat yang mempunyai kedudukan yang sama. Sedang dimensi luar organisasi adalah dimensi komunikasi yang timbul sebagai akibat dari suatu organisasi yang tidak bisa hidup sendirian, ia merupakan bagian dari lingkungannya.
3. Komunikasi Antarpribadi
Komunikasi antarpribadi berorientasi pada perilaku hingga penekanannya sampai kepada proses informasi, dari satu orang kepada orang lain. Komunikasi antarpribadi bisa efektif bila memerharikan: (1) Keterbukaan bagi setiap orang untuk berinteraksi, (2) empaty, mencoba merasakan dalam cara yang sama dengan orang lain, (3) ada dukungan dengan orang lain (4) perhatian positif dikomunikasikan, (5) ada kesamaan di antara orang yang berkomunikasi.
Dari uraian tersebut di atas, maka komunikasi merupakan proses penting dalam wadah organisasi atau lembaga. Jika seorang pemimpin berhasil dalam berkomunikasi, merupakan jaminan kesuksesan dalam usaha pencapaian tujuan. Sehubungan di atas, Allah berfirman dalam surah Al-Qashash (28) ayat 5l:
Dan sesungguhnya telah kami turunkan berturut-turut perkataan ini (Al-Qur’an kepada mereka agar mereka mendapat pelajaran. (QS Al-Qashash (28): 51).
Ada tujuh faktor komunikasi yang berperan dalam menciptakan dan memelihara otoritas yang objektif di dalam organisasi, yaitu: (1) saluran komunikasi itu harus diketahui secara pasti, (2) harus ada saluran komunikasi formal pada setiap anggota organisasi, (3) jalur komunikasi harus langsung dan pendek, (4) garis komunikasi formal hendaknya dipergunakan secara normal, (5) pengatur komunikasi harus orang yang cakap, (6) garis komunikasi tidak boleh terganggu pada saat organisasi sedang berfungsi, dan (7) setiap komunikasi harus disahkan.
Oleh karena itu, komunikasi sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain: (1) orang yang berkomunikasi, (2) motivasinya, (3) latar belakang pendidikannya, dan (4) prasangka-prasangka pribadinya.



BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dikemukakan kesimpulan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Persepsi adalah proses kognitif yang dialami oleh setiap orang dalam memahami sesuatu baik melalui penglihatan, pendengaran maupun perasaan. Persepsi seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain keadaan psikologi, famili, dan faktor kebudayaan.
2. Atribusi merupakan suatu proses bagaimana seseorang memahami sebab-sebab dari perilaku orang lain. Atribusi adalah proses mengetahui motif perilaku orang lain. Ada beberapa teori atribusi, antara lain: (1) teori penyimpulan terkait, yakni perilaku orang lain merupakan sumber informasi, (2) teori sumber perhatian dalam kesadaran, yakni proses kognisi terjadi pada orang yang melakukan pcrsepsi, dan (3) teori atribusi
internal dan eksternal, yakni berfokus pada akal sehat.
3. Sikap merupakan determinan perilaku yang berkaitan dengan pcrsepsi,
kepribadian dan motivasi. Sikap menentukan afeksi, kognisi, dan perilaku.
Sikap juga terkait dengan nilai dan kepuasan kerja.
4. Kepribadian dipengaruhi oleh keturunan, budaya, dan faktor sosial serta
pembawaan dan faktor lingkungan. Untuk memahami kepribadian, dapat dilakukan tiga pendekatan, yaitu: (1) pendekatan sifat, (2) pendekatan psikodinamis, dan (3) pendekatan humanis.
5. Komunikasi merupakan proses penyampaian informasi dari seseorang
kepada orang lain. Kaitannya dengan perilaku organisasi, ada tiga unsur
yang perlu diidentifikasi, yaitu: (1) sifat informasi, (2) komunikasi organisasi, dan (3) komunikasi antarpribadi. Ada tujuh faktor komunikasi yang berperan dalam organisasi, yaitu: (1) saluran komunikasi harus jelas dan diketahui secara pasti, (2) harus ada saluran komunikasi formal pada setiap anggota organisasi, (3) jalur komunikasi itu harus langsung dan pendek, (4) garis komunikasi formal harus dipergunakan secara normal, (5) orang yang bekerja sebagai pusat pengatur komunikasi harus orang yang cakap, (6) garis komunikasi tidak boleh terganggu saat organisasi sedang berfungsi, dan (7) setiap komunikasi harus disahkan. Komunikasi dipengaruhi oleh: (1) orang yang berkomunikasi, (2) motivasinya, (3) Latar belakang pendidikannya, dan (4) prasangka-prasangka pribadinya.




DAFTAR PUSTAKA
Bothwell, Lin. The Art of Leadership: Skill-Building Techniques that Produce Results. New York: Prentice Hall Press. 1988
Gardner, John W., On Leadership. New York: The Free Press. 19990
Gibson, James L., John M. Ivancevich dan James FI. Donnelly,Jr. Organisasi. Terjemahan Nunuk Adiarni, Jakarta: Binarupa Aksara. 1996.
Godard, Alaint and Vincent Lenhardt. Transformational Leadership. Shared Dreams to Succeed. London: Macmillan Publishers. 2000
Goleman, Daniel. Richard Boyatzis and Annie Mckee. The New Leaders, transforming The ArtLeadership intoScience of result, London; Little Brown. 2002
Hadhiri, Choirudin. Klasifikasi Kandungan Al-Qur’an, Jakarta: Gema Insani Press. 1994.
Hellriegel, Don & John W. Slocum Jr. Management. New York: Addison Wesley Publishing Company 1989.
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka. 2002.
Rivai, Veithzal dan Deddy Mulyadi. Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi. Jakarta: Rajawali Pers. 2013.
Robbins, Stephen P. Perilaku Organisasi: Konsep, Kontroversi, Aplikasi. Jakarta: Prenhallindo. 2001.
Schein, Edgar H. Psikologi Organisasi. Seri Manajemen Nomor 80. Jakarta: Pustaka Binaman Pressindo.1991.
Sujanto, Agus. Psikologi Kepribadian. Jakarta: Bumi Aksara.1991.
Sarwono, Sarlito Wirawan. Psikologi Organisasi. Jakarta: Balai Pustaka. 1999.
Stoner, James A.F. dan Edward Freeman. Manajemen. Terjemahan Alexander Sindoro. Jakarta: Prenhellindo.1996.
Suryabrata, Sumadi. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. 1991.
Thoha, Miftah. Perilaku Organisasi. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. 2001.
Wekley, Kenneth N dan Yukl Gary A. Perilaku Organisasi dan Psikologi Personalia, Terjemahan Muh. Sobaruddin, Jakarta: Bin Aksara.2001.


  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar