Selasa, 11 Agustus 2015

Materi             : Leader Ship
Dosen                  : A. Muhammad Yusri Teja, S.Pd, M.Pd

HAKIKAT KEPEMIMPINAN DAN MENJADI PEMIMPIN YANG BAIK MENURUT ISLAM




ddi-150x150.jpg

OLEH
Nama                          : Junaidi
Nim                             : 13 – 31 - 040
Fakultas/ Jurusan     : Tarbiyah/ PAI


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM DARUD DA’WAH WAL- IRSYAD (STAI DDI)
KABUPATEN MAROS
TAHUN AJARAN 2014/ 2015



KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan Makalah Leadership. Adapun judul yang kami angkat, yaitu tentang “Hakikat Kepemimpinan dan menjadi pemimpin yang baik menurut islam”. dalam Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk menambah pengetahuan kepada pembaca di bidang agama Islam, khususnya dalam peran manusia sebagai khalifah di muka bumi.
Manusia, sebagai makhluk ciptaan Allah SWT yang paling sempurna harus sadarakan keberadaan dirinya, tidak takut untuk mengubah kehidupannya untuk menjadi lebih baik, dan tidak berhenti untuk terus menimba ilmu dalam kehidupan guna keluar dari kebodohan imannya dan menuju peningkatan nilai dan kecerdasan takwa dirinya kepada Sang Maha Pencipta.Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan pada penulisan ini. Dengan segala kerendahan hati penulis mengharap kritik dan saran. Tak ada gading yang tak retak, kesempurnaan hanyalah milik Allah SWT semata.Semoga makalah ini menjadi pelita bagi individu yang ingin mengembangkan kepribadian dirinya. Amin.





DAFTAR ISI
Halaman Judul  ...........................................................................................
Kata Pengantar ........................................................................................... i
Daftar Isi .....................................................................................................  ii
BAB I    : PENDAHULUAN ..................................................................... 1
A.    Latar Belakang ............................................................................... 1
B.     Rumusan Masalah .........................................................................  1
BAB II  : PEMBAHASAN ........................................................................ 2
A.    Hakikat kepemimpinan .................................................................  2
B.     Kriteria pemimpin .........................................................................  3
C.    Ciri-ciri pemimpin menurut Islam ...............................................   3
D.    Syarat- syarat Pemimpin Dalam Islam ........................................  6
E.     Kepemimpinan dalam Islam .........................................................  8
F.     Hubungan Kepemimpinan dalam Al-Qur’an .............................  9
BAB III : PENUTUP ................................................................................. 13
A.    Kesimpulan ....................................................................................   13
B.     Saran ..............................................................................................   14



BAB I
PENDAHULUAN
A.      LATAR BELAKANG
Manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri. Dalam hidup, manusia selalau berinteraksi dengan sesama serta dengan lingkungan. Manusia hidup berkelompok baik dalam kelompok besar maupun dalam kelompok kecil. Hidup dalam kelompok tentulah tidak mudah. Untuk menciptakan kondisi kehidupan yang harmonis anggota kelompok haruslah saling menghormati dan menghargai. Keteraturan hidup perlu selalu dijaga. Hidup yang teratur adalah impian setiap insan. Menciptakan dan menjaga kehidupan yang harmonis adalah tugas manusia.
Manusia adalah makhluk Tuhan yang paling tinggi dibanding makhluk Tuhan lainnya. Manusia dianugerahi kemampuan untuk berpikir, kemampuan untuk memilah dan memilih mana yang baik dan mana yang buruk. Dengan kelebihan itulah manusia seharusnya mampu mengelola lingkungan dengan baik. Allah SWT menjadikan manusia sebagai khalifah di muka bumi hanya untuk menyembah dan beribadah kepadaNya. Mengerjakan segala perintahNya, mulai dari shalat, puasa, zakat, dan segala hal yang mendatangkan kemaslahatan bagi diri manusia itu sendiri dan menjauhi laranganNya agar dapat mencegah kerusakan di muka bumi.
B.        Rumusan Masalah
1.      Bagaimanakah hakikat kepemimpinan itu ?
2.      Bagaimana bentuk kriteria pemimpin yang baik ?
3.      Seperti apa kepemimpinan dalam islam dan bagaimana menjadi pemimpin yang baik serta kaitannya dalam ayat ?



BAB II
PEMBAHASAN
A. Hakikat Kepemimpinan
Dalam kehidupan sehari – hari, baik di lingkungan keluarga, organisasi, perusahaan sampai dengan pemerintahan sering kita dengar sebutan pemimpin, kepemimpinan serta kekuasaan. Ketiga kata tersebut memang memiliki hubungan yang berkaitan satu dengan lainnya. Pemimpin adalah orang yang mendapat amanah serta memiliki sifat, sikap, dan gaya yang baik untuk mengurus atau mengatur orang lain.
Kepemimpinan adalah kemampuan seseorang mempengaruhi dan memotivasi orang lain untuk melakukan sesuatu sesuai tujuan bersama. Kekuasaan adalah kemampuan untuk mempengaruhi orang lain untuk mau melakukan apa yang diinginkan pihak lainnya. Ketiga kata yaitu pemimpin, kepemimpinan serta kekuasaan yang dijelaskan sebelumnya tersebut memiliki keterikatan yang tak dapat dipisahkan. Karena untuk menjadi pemimpin bukan hanya berdasarkan suka satu sama lainnya, tetapi banyak faktor. Pemimpin yang berhasil hendaknya memiliki beberapa kriteria yang tergantung pada sudut pandang atau pendekatan yang digunakan, apakah itu kepribadiannya, keterampilan, bakat, sifat – sifatnya, atau kewenangannya yang dimiliki yang mana nantinya sangat berpengaruh terhadap teori maupun gaya kepemimpinan yang akan diterapkan.




B.  Kriteria Pemimpin
Adapun kriteria pemimpin itu sendiri, yakni:
a.       Pemimpin yang mukmin.
b.      Tegas dalam menjalankan perintah Tuhan.
c.       Takut kepada Allah swt sewaktu mengurusi orang-orang yang dipimpinnya.
d.      Tidak menzalimi siapapun.
e.       Tidak memerkosa hak-hak orang lain.
f.       Menegakkan dan bukan melecehkan hudud Allah swt.
g.      Membahagiakan rakyatnya dengan mengharap rida Allah swt.
h.      Orang kuat di sisinya menjadi lemah sehingga si lemah dapat mengambil kembali haknya  yang direbut si kuat.
i.        Orang lemah di sisinya menjadi kuat sehingga haknya dapat terlindungi.
j.        Menampakkan kepatuhan kepada Allah swt dalam menetapkan kebijakan
k.       Semua orang hidup aman dan tenteram.
l.        Sangat mencintai manusia, begitu pula sebaliknya.
m.    Selalu mendoakan manusia, begitu pula sebaliknya. pemimpin yang terbaik dan termulia di sisi Allah swt dan manusia.
C.  Ciri-Ciri Pemimpin Menurut Islam
Adapun ciri-ciri pemimpin menurut islam adalah sebagai berikut :
1.      Niat Yang Tulus
Apabila menerima suatu tanggung jawab, hendaklah didahului dengan niat sesuai dengan apa yang telah Allah perintahkan. Iringi hal itu dgn mengharapkan keredhaan-Nya sahaja. Kepemimpinan atau jabatan adalah tanggung jawab dan beban, bukan kesempatan dan kemuliaan.

2.      Laki-Laki
Wanita sebaiknya tidak memegang tampuk kepemimpinan. Rasulullah Shalallahu’alaihi wa sallam bersabda,”Tidak akan beruntung kaum yang dipimpim oleh seorang wanita (Riwayat Bukhari dari Abu bagaimana bentuk kriteria pemimpin yaBakarah Radhiyallahu’anhu).
3.      Tidak Meminta Jabatan
Rasullullah bersabda kepada Abdurrahman bin Samurah Radhiyallahu’anhu,”Wahai Abdul Rahman bin samurah! Janganlah kamu meminta untuk menjadi pemimpin. Sesungguhnya jika kepemimpinan diberikan kepada kamu karena permintaan, maka kamu akan memikul tanggung jawab sendirian, dan jika kepemimpinan itu diberikan kepada kamu bukan karena permintaan, maka kamu akan dibantu untuk menanggungnya.” (Riwayat Bukhari dan Muslim).
4.      Berpegang Dan Konsisten Pada Hukum Allah
Ini salah satu kewajiban utama seorang pemimpin.Allah berfirman,”Dan hendaklah kamu memutuskan perkara diantara mereka menurut apa yang diturunkan Allah, dan jaganlah kamu mengikuti hawa nafsumereka.”(al-Maaidah:49).
5.      Memutuskan Perkara Dengan Adil
Rasulullah bersabda,”Tidaklah seorang pemimpin mempunyai perkara kecuali ia akan datang dengannya pada hari kiamat dengan keadaan terikat, entah ia akan diselamatkan oleh keadilan, atau akan dijerusmuskan oleh kezalimannya.” (Riwayat Baihaqi dari Abu Hurairah dalam kitab Al-Kabir).

6.      Senantiasa Ada Ketika Diperlukan Rakyat
Hendaklah selalu membuka pintu utk setiap pengaduan dan permasalahan rakyat. Rasulullah bersabda,”Tidaklah seorg pemimpin atau pemerintah yg menutup pintunya terhadap keperluan, hajat, dan kemiskinan kecuali Allah akan menutup pintu-pintu langit terhadap keperluan, hajat, dan kemiskinannya.” (Riwayat Imam Ahmad dan At-Tirmidzi).
7.      Menasihati Rakyat
Rasulullah bersabda,”Tidaklah seorg pemimpin yg memegang urusan kaum Muslimin lalu ia tidak bersungguh-sungguh dan tidak menasihati mereka, kecuali pemimpin itu tidak akan masuk syurga bersama mereka (rakyatnya).”
8.      Tidak Menerima Hadiah
Seorang rakyat yg memberikan hadiah kepada seorang pemimpin pasti mempunyai maksud tersembunyi, entah ingin mendekati atau mengambil hati. Oleh kerena itu, hendaklah seorang pemimpin menolak pemberian hadiah dari rakyatnya. Rasulullah bersabda,” Pemberian hadiah kepada pemimpin adalah pengkhianatan.” (Riwayat Thabrani).
9.      Mencari Pemimpin Yang Baik
Rasulullah bersabda,”Tidaklah Allah mengutus seorang nabi atau menjadikan seorang khalifah kecuali ada bersama mereka itu golongan pembantu, yaitu pembantu yang menyuruh kepada kebaikan dan mendorongnya kesana, dan pembantu yang menyuruh kpd kemungkaran dan mendorongnya ke sana. Maka org yg terjaga adalah orang yang dijaga oleh Allah,” (Riwayat Bukhari dari Abu said Radhiyallahu’anhu).

10.   Lemah Lembut
Doa Rasullullah,’ Ya Allah, barangsiapa mengurus satu perkara umatku lalu ia mempersulitnya, maka persulitlah ia, dan barang siapa yg mengurus satu perkara umatku lalu ia berlemah lembut kepada mereka, maka berlemah lembutlah kepadanya.
11.  Tidak Meragukan Rakyat
Rasulullah bersabda,” Jika seorang pemimpin menyebarkan keraguan dalam masyarakat, ia akan merusak mereka.” (Riwayat Imam Ahmad, Abu Dawud, dan Al-hakim).
12.  Terbuka Untuk Menerima Ide & Kritikan
Salah satu prinsip Islam adalah kebebasan bersuara. Kebebasan bersuara ini adalah platform bagi rakyat utk memberi idea atau kritikan kepada kerajaan & pemimpin agar sma mngembling tenaga & ijtihad kearah pembentukn negara yg maju. Saidina Abu Bakar berucap ketika dilantik menjadi khalifah, beliau menegaskan "..saya berlaku baik, tolonglah saya, dan apabila saya berlaku buruk, betulkn saya..", manakala Khalifah Umar prnah ditegur oleh seorang wanita ketika memberi arahan di masjid, dan beliau menerima teguran tersebut.
D.  Syarat-Syarat Pemimpin Dalam Islam
Kepemimpinan setelah Rasulullah SAW ini, merupakan pemimpin yang memiliki kualitas spiritual yang sama dengan Rasul, terbebas dari segala bentuk dosa, memiliki pengetahuan yang sesuai dengan realitas, tidak terjebak dan menjauhi kenikmatan dunia, serta harus memiliki sifat adil. Pemimpin setelah Rasul harus memiliki kualitas spiritual yang sama dengan Rasul. Karena pemimpin merupakan patokan atau rujukan umat Islam dalam beribadah setelah Rasul. Ketika pemimpin memiliki kualitas spiritual yang sama dengan rasul maka pastilah ia terbebas dari segala bentuk dosa.
Menurut Murtadha Muthahhari, umat manusia berbeda dalam hal keimanan dan kesadaran mereka akan akibat dari perbuatan dosa. Semakin kuat iman dan kesadaran mereka akan akibat dosa, semakin kurang mereka untuk berbuat dosa. Jika derajat keimanan telah mencapai intuitif (pengetahuan yang didapat tanpa melalui proses penalaran) dan pandangan bathin, sehingga manusia mampu menghayati persamaan antara orang melakukan dosa dengan melemparkan diri dari puncak gunung atau meminum racun, maka kemungkinan melakukan dosa pada diri yang bersangkutan akan menjadi nol. Saya memahami apa yang dikatakan Muthahhari derajat keimanan telah mencapai intuitif dan pandangan bathin ini adalah sebagai telah merasakan cita rasa realitas spiritual. Dengan adanya kondisi telah merasakan cita rasa realitas spiritual, maka pastilah Rasulullah SAW dan Imam Ali Bin Abi Thalib beserta keturunannya tadi terbebas dari segala bentuk dosa.
Kondisi ini juga akan berkonsekuensi pada pengetahuannya yang sesuai dengan realitas dari wujud atau pun suatu maujud. Ketika pemimpin tersebut mengetahui realitas dari seluruh alam, maka pastilah ia tahu akan kualitas dari dunia ini yang sering menjebak manusia. Kemudian seorang pemimpin haruslah juga memiliki sifat adil. Rasulullah SAW pernah berkata bahwa, ”Karena keadilanlah, maka seluruh langit dan bumi ini ada.” Imam Ali Bin Abi Thalib mendefiniskan keadilan sebagai menempatkan sesuatu pada tempatnya yang layak. Keadilan bak hukum umum yang dapat diterapkan kepada manajemen dari semua urusan masyarakat. Keuntungannya bersifat universal dan serba mencakup. Ia suatu jalan raya yang melayani semua orang dan setiap orang. Penerapan sifat keadilan oleh seorang pemimpin ini dapat dilihat dari cara ia membagi ruang-ruang ekonomi, politik, budaya, dsb pada rakyat yang dipimpinnya. Misalkan tidak ada diskriminasi dengan memberikan hak ekonomi (berdagang) pada yang beragama Islam, sementara yang beragama kristen tidak diberikan hak ekonomi, karena alasan agama. Terkecuali memang dalam berdagang orang tersebut melakukan kecurangan maka ia diberikan hukuman, ini berlaku bagi agama apapun.
E. Kepemimpinan Dalam Islam
Dalam ajaran agam Islam, hadits nabi menyebutkan bahwa setiap manusia adalah seorang pemimpin, apakah ia sebagai kepala keluarga, sebagai imam suatu umat, seorang wanita yang kedudukannya sebagai ibu rumah tangga dan bahkan seorang pembantu sekalipun ia adalah seorang pemimpin.
Hal ini didasarkan pada hadits Nabi yang berbunyi :Artinya : Abu Nu’man menceritakan hadits kepada kami, Hammad ibnu Zaid menceritakan hadits kepada kami dari Ayyub, dari Nafi’, dari Abdillah berkata: Rasulullah SAW. Bersabda “setiap kamu adalah pemimpin dan setiap kamu akan dimintai pertanggungjawaban.
Oleh karena itu seorang imam adalah pemimpin dan dia akan dimintai pertanggungjawaban, dan seorang laki-laki adalah seorang pemimpin atas keluarganya, dan setiap kamu akan dimintai pertanggungjawaban. Dan seorang wanita (istri) adalah pemimpin atas rumah suaminya dan setiap kamu akan dimintai pertanggungjawaban. Dan seorang hamba (pembantu) adalah pemimpin atas harta tuannya dan setiap kamu akan dimintai pertanggungjawaban. pertanggungjwaban atas kepemimpinannya” .
Sesungguhnya banyak hal yang bisa dijabarkan dari sifat Rasulullah SAW namun semoga 4 sifat teladan ini sungguh menjelaskan betapa sifat kepempimpinan beliau mengakar kepada kita walau beliau telah wafat beberapa abad yang lalu, sifat kepemimpinan beliau disegani kawan dan dihormati lawan sekalipun.


1.      Shiddiq (Jujur)
Ini adalah sifat kejujuran yang sangat ditekankan Rasul baik kepada dirinya maupun pada para sahabat-sahabatnya (Semoga kita juga meneladaninya).Adalah ciri seorang muslim untuk jujur. Sehingga Islam bukan saja menjadi sebuah agama namun juga peradaban besar.
2.      Amanah(bisa dipercaya)
Sifat ini ditanamkan khususnya kepada para sahabat yang ditugaskan di semua hal apa saja untuk bisa berbuat amanah, tidak curang (atau juga korupsi di zaman sekarang) dalam hal apa saja. Sesuatu yang sekarang menjadi sangat langka di negeri muslim sekalipun (miris).
3. Tabligh (Menyampaikan yang benar).
Ini adalah sebuah sifat Rasul untuk tidak menyembunyikan informasi yang benar apalagi untuk kepentingan umat dan agama. Tidak pernah sekalipun beliau menyimpan informasi berharga hanya untuk dirinya sendiri. Subhanallah.
4. Fathonah (Cerdas).Sifat Pemimpin adalah cerdas dan mengetahui dengan jelas apa akar permasalahan yang dia hadapi serta tindakan apa yang harus dia ambil untuk mengatasi permasalahan yang terjadi pada umat.
F. Hubungan Kepemimpinan Dalam  Al-Qur’an
Adapun hubungan QS Yunus ayat 14 dengan Kepemimpinan, yakni :
1. Kalimat ”Kemudian Kami jadikan kamu pengganti-pengganti (mereka) di muka bumi sesudah mereka,…”. Dalam kalimat ini mengandung makna bahwa setelah umat-umat yang terdahulu hancur. Maka Allah mengganti dengan umat Muhammad saw., umat yang mengikuti agama Islam, agama yang membawa manusia kepada kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat.

Dalam sejarah Islam dijelaskan bahwa Rasulullah diturunkan oleh Allah ke dalam suatu komunitas masyarakat yang dikenal dengan istilah masyarakat Arab Jahiliyah. Secara lingustik istilah jahilyiah berasal dari kata Bahasa Arab jahala yang berarti bodoh dan tidak mengetahui atau tidak mempunyai pengetahuan. Namun, dalam realitas yang sesungguhnya, secara faktual saat itu masyarakat Arab yang dihadapi oleh Rasulullah bukanlah masyarakat yang bodoh atau tidak mempunyai pengetahuan. Buktinya pada saat itu sastra dan syair berkembang dengan pesat di kalangan mereka. Setiap tahun diadakan festival-festival pembacaan puisi dan syair, ini membuktikan bahwa orang-orang Arab ketika itu sudah banyak yang mengetahui baca dan tulis. Selain itu mereka juga mampu membuat tata kota dan tata niaga yang sangat baik. Hal ini semakin menguatkan bahwa mereka kaum Quraisy bukanlah orang-orang bodoh dan tidak berpengetahuan. Dapat dipahami, bahwa sebenarnya mereka adalah masyarakat yang sedang berkembang peradabannya.
Masyarakat yang dihadapi oleh Nabi Muhammad diistilahkan dengan jahiliyah bukan karena bodoh atau tidak berpengetahuan, atau dalam istilah lain lemah dalam aspek intelektualnya. Yang dimaksud dengan ”kejahiliyan” (ketidaktahuan) mereka ada pada dua aspek utama, pertama aspek akidah. Pada saat Rasulullah diutus oleh Allah, khurafat dan mitos-mitos yang berkembang pada saat itu telah menyeret manusia untuk menjauh dari kehidupan yang alami dan manusiawi. Dalam kondisi seperti itulah, Allah mengutus duta terakhirnya, yaitu Nabi Muhammad SAW. Beliau membawa agama Islam sebagai hadiah bagi umat manusia sedunia serta memberikan penafsiran baru terhadap kehidupan manusia, selain itu beliau juga datang dengan membawa misi untuk memberantas akar kebodohan dalam masyarakat, yakni syirik kepada Allah.

Sedangkan yang kedua adalah aspek akhlak. Pada masa itu, akhlak atau moral sama sekali tidak mendapat tempat dalam masyarakat jahiliah. Pada saat itu mereka melakukan berbagai perbuatan keji tanpa merasa takut atau bersalah, di antaranya kebiasaan mengubur bayi perempuan hidup-hidup, minum-minuman keras, berzina, membunuh, dan lain sebagainya. Rasulullah diturunkan oleh Allah untuk memperbaiki akhlak. Beliau menyeru masyarakat agar berpegang teguh kepada nilai-nilai moral. Selain itu beliau juga mengajarkan kepada mereka akhlak yang mulia.
2. Kalimat “…supaya Kami memperhatikan bagaimana kamu berbuat. ” dimaksudkan bahwa Allah memberikan peringatan bagi kaum Muslimin agar selalu berhati-hati tentang apa yang akan dilakukan dan mengingat akan tugas-tugas yang diberikan Allah swt. kepada manusia sebagai khalifah Allah di bumi.
Secara umum, seorang pemimpin berkewajiban menjalankan hal-hal sebagai berikut:
a.       Menjaga agama agar tetap pada porosnya yang abadi. Seandainya muncul seorang mubtadi’ (yang mengada-ada dalam urusan agama), ia (pemimpin) harus menjelaskan kebenaran kepadanya, memberinya landasan dan menjalankan hak serta hudud agar agama tetap terlindungi dari kerancuan sekaligus mencegah umat dari ketergelinciran (ke jurang kesesatan).
b.      Melaksanakan hukum dan memutuskan perkara pihak-pihak yang bertikai sehingga keadilan menjadi tegak, orang zalim tidak dapat berbuat seenaknya, dan orang yang dizalimi tidak merasa lemah.
c.       Menjaga Islam dan menjamin keamanan agar orang-orang dapat saling berhubungan dan hidup dalam kondisi nyaman yang berhubungan dengan jiwa dan harta benda.
d.      Menegakkan hudud demi menjaga dan melindungi hak-hak para hamba.
e.       Melindungi kaum muslimin dengan benteng yang kokoh serta kekuatan yang mampu menangkal setiap serangan musuh-musuh yang sangat berpotensi menghancurkan atau menumpahkan darah kaum muslimin atau orang-orang nonmuslim yang berada di bawah perlindungan pemerintahan Islam.
f.       Melancarkan jihad terhadap orang yang telah diberi keterangan tentang ajaran Islam namun kemudian melakukan penentangan-sampai dirinya memeluk Islam atau memilih di bawah tanggungan pemerintah Islam.
g.      Menyertakan orang-orang terpercaya (amanah) dalam pemerintahannya serta mengikuti nasihat orang-orang yang layak menasihati. Ini dimaksudkan agar kecakapan dijadikan tolak ukur pemberian amanat dan harta kekayaan dapat terlindungi.
h.      Menjalankan pengawasan social.



















                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                           
BAB III
PENUTUP
A.      Kesimpulan
Pemimpin adalah orang yang mendapat amanah serta memiliki sifat, sikap, dan gaya yang baik untuk mengurus atau mengatur orang lain. Kepemimpinan adalah kemampuan seseorang mempengaruhi dan memotivasi orang lain untuk melakukan sesuatu sesuai tujuan bersama.
Menyatakan bahwa dalam menjadi pemimpin di muka bumi maka manusia harus bisa menjalankan apa yang telah diamanatkan oleh Allah dan di setiap langkah sebagai seorang pemimpin, Allah akan memberikan peringatan bagi kaum Muslimin agar selalu berhati-hati tentang apa yang akan dilakukan sebagai khalifah Allah di bumi.
B.       Saran
Dalam makalah singkat ini penulis ingin menyarankan kepada rekan mahasiswa hendaknya kita membuat tugas yang dibebankan oleh dosen pengasuh kita yang berupa makalah khususnya mata kuliah pendidikan agama islam, kita membuat sendiri agar kedepannya kita menjadi mahasiswa yang benar-benar siap pakai di kalangan masyarakat maupun dunian kerja.
          




DAFTAR PUSTAKA
efektif.html/3 Juni 2015

Tidak ada komentar:

Posting Komentar