Selasa, 11 Agustus 2015

Tugas Individu


PISIKOLOGI SOSIAL TENTANG KEPEMIMPINAN







Oleh;

L U K M A N
Nim. 1331077







JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH
STAI DDI MAROS
2015


ii
 
KATA PENGANTAR

           Alhamdulillah segala Puji penulis haturkan kepada Allah Swt, yang tak henti-hentinya memberikan nafas kehidupan bagi semua hambanya khususnya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyusun makalah dengan judul “PISIKOLOGISOSIAL TENTENG KEPEMIMPINAN” dengan tepat waktu. Tidak lupa shalawat dan salam selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad Saw, yang merupakan inspirator terbesar dalam revolusi segala kejahiliyaan dari nilai-nilai ketuhanan.
           Akhirnya penulis sampaikan terima kasih atas perhatiannya terhadap makalah ini, dan penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi tim penulis khususnya dan pembaca pada umumnya. Tak ada gading yang tak retak, begitulah adanya makalah ini. Dengan segala kerendahan hati, saran-saran dan kritik yang konstruktif sangat penulis harapkan dari para pembaca guna peningkatan pembuatan makalah pada tugas yang lain dan pada waktu mendatang.




Makassar,     Mei  2015


LUKMAN




BAB I
PENDAHULUAN
A.   Latar Belakang
Masalah kepemimpinan merupakan masalah yang telah tua (Friedler, 1967). Sejak manusia berkelompok di situ telah timbul masalah kepemimpina. Ini berarti bahwa kepemimpinan menyangkut kelompok, dan orang yang mengambil pimpinan dalam kelompok. Namun demikian kepemimpinan tidak hanya terlihat pada manusia, tetapi pada kalangan hewanpun tampak juga masalah kepemimpinan ini.
Pada dunia hewan pemimpin akan selalu berjalan di depan dan memberikan arah kepada yang dipimpinnya. Pada anak-anak akan terlihat siapa yang menonjol dalam perannya untuk mengatur teman-temannya, dan itulah pimpinannya. Pada gang di kalangan remaja, mereka juga mempunyai pemimpin sendiri dengan ciri-ciri tertentu. Pada dunia mahasiswa terdapat tokoh-tokoh mahasiswa yang dianggap sebagai pemimpin dengan ciri-ciri tertentu pula.

B.  Rumusan Masalah
Makalah ini memuat tentang definisi dari kepemimpinan, menjelaskan jenis-jenis kepemimpinan, fungsi kepemimpinan dalam kelompok, serta teori-teori kepemimpinan dalam kelompok.
C.  Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah:
1.      Untuk memenuhi tugas mata kuliah Psikologi sosial
2.      Menjelaskan kepada pembaca tentang definisi dari kepemimpinan
3.      Menjelaskan mengenai jenis-jenis kepemimpinan
4.      Menjelaskan tentang fungsi kepemimpinan dalam kelompok
5.      Menjelasakan beberapa teori-teori kepemimpinan dalam kelompok


D.    Manfaat Penulisan
Adapun manfaat penulisan makalah ini, yaitu:
1.      Agar pembaca dapat memahami pengertian kepemimpinan
2.      Supaya pembaca dapat memahami jenis-jenis kepemimpinan
3.      Supaya pembaca memahami fungsi kepemimpinan dalam kelompok
4.      Agar pembaca dapat mengetahui teori-teori kepemimpinan dalam kelompok.
























BAB II
PEMBAHASAN
A.  Pengertian Kepemimpinan

Suatu hal yang wajar adanya beberapa pendapat para ahli mengenai kepemimipinan ini. Hal tersebut antara lain disebabkan karena sudut pandang yang berbeda antara ahli satu dengan ahli satu dengan ahli yang lain. Kemimpinan (Leadership) adalah kemampuan dari seseorang (yaitu pemimpin atau leader) untuk mempengaruhi orang lain (yaitu yang dipimpin atau pengikut-pengikutnya), sehingga orang lain tersebut bertingkah laku sebagaimana dikehendaki oleh pemimpin tersebut. Kadangala dibedakan antara kepemimpinan sebagai kedudukan dan kepemimpinan sebagai suatu proses sosial. Sebagai suatu proses sosial, kepemimpinan meliputi segala tindaakan yang dilakukan seseorang atau sesuatu badan, yang menyebabkan gerak dari masyarakat.
Kepemimpinan ada yang bersifat resmi (formal leadership) yaitu kepemimpinan yang tersimpul di dalam suatu jabatan, dan ada pula kepemimpinan karena pengakuan dari masyarakat akan kemampuan seseorang untuk menjalankan kepemimpinan. Suatu perbedaan yang mencolok antara kepemimpinan yang resmi dengan yang tidak resmi (informal leadership) adalah bahwa berada di atas landasan-landasan atau peraturan-peraturan resmi, sehingga dengan demikian daya cakupnya agak terbatas juga. Kepemimpinan tidak resmi mempunyai ruang lingkup tanpa batas-batas resmi, oleh karena kepemimpinan tersebut didasarkan atas pengakuan dan kepercayaan masyarakat. Ukuran benar tidaknya kepemimpinan tidak resmi terletak pada tujuan hasil pelaksanaan kepemimpinan tersebut yang dianggap menguntungkan atau merugikan masyarakat. Walaupun seorang pemimpin yang resmi tidak boleh menyimpang dari peraturan-peraturan resmi.
Ada beberapa defenisi tentang kepemimpinan yang satu sama lain dapat saling melengkapi.
1.      Menurut Boring, Langeveld, dan Weld:
Kepemimpinan adalah hubungan dan individu terhadap bentuk suatu kelompok dengan maksud untuk dapat menyelesaikan beberapa tujuan.
2.      Menurut George R. Terry:
Kepemimpinan adalah aktivitas mempengaruhi orang-orang agar dengan suka rela bersedia menuju kenyataan tujuan bersama.

3.      Menurut H. Goidhamer dan E. A. Shils
Kepemimpinan adalah tindakan perilaku yang dapat mempengaruhi tingkah laku orang lain yang dipimpinnya.
4.      Menurut  Ordeway Tead
Kepemimpinan adalah aktivitas mempengaruhi orang-orang untuk bekerja sama menuju pada kesesuaian tujuan yang mereka inginkan.
5.      Menurut John Petivner
Kepemimpinan merupakan seni dalam mengkoordinasikan dan mengarahkan individu atau kelompok untuk mencapai suatu tujuan yang dikehendaki.

Kepemimpinan ditandai leh ciri-ciri kepribadian dimana di dalam suatu situasi yang khusus mengambil peranan penting dalam usaha mencapai tujuan kelompok bersama-sama dengan anggota yang lain. Ciri-ciri ini secara fungsional berhubungan dengan pencapaian tujuan. Pemeliharaan serta memperkuat kelompok.
Dari beberapa perumusan yang berbeda-beda tersebut ternyata bahwa di dalam setiap masalah kepemimpinan akan terdapat adanya tiga unsur:
1.      Unsur Manusia
Yaitu manusia sebagai pemimpin ataupun sebagai mereka yang dipimpin. Bagaimana hubungan antara mereka itu didalam situasi kepemimpinan, bagaimana seorang pemimpin dan syarat-syarat kepemimpinan itu tanp melukan bagaimana seharusnya memperlakukan manusia itu sebagai manusia.
2.      Unsur sarana
Yaitu merupaka segala macam prinsip dan teknik kepemimpinan yang dipakai dalam pelaksanaanya. Termasuk bekal pengetahuan dan pengalaman yang menyangkut masalah manusia itu sendiri dan kelompok manusia. Dasar ilmu pengetahuan yang digunakan seperti psikologi, sosiologi, menegemen dan lain sebagainya.
3.      Unsur tujuan
Yaitu merupakan sasaran akhir kearah mana kelompok manusia akan digerakkan untuk menuju maksud tujuan tertentu. Ketiga unsur tersebut dalam pelaksanaannya selalu ada dan terjalin erat satu sama lain. (Wiyono Hadikusumo, 1973). 

B.   JENIS-JENIS KEPEMIMPINAN
Klasifikasi pemimpin berdasarkan pada cara atau pendekatan yang dilakukan oleh pemimpin, yaitu:
1.  Kepemimpinan Otoriter
Pemimpin ini menentukan segala-galanya. Semua aktivitas kelompok dijalankan atas instruksi pemimpin. Pemimpin mengatur dan mendikte anggota. Anggota hanya sebagai pelaksana perintah pemimpin. Anggota tidak pernah diberitahu tentang rencana-rencana yang akan dilaksanakan oleh kelompok. Kedudukan pemimpin seolah-olah terpisah dari yang dipimpin. Sebab pemimpin berhubungan dengan anggota hanya pada saat memberikan instruksi atau perintah. Pemimpin tidak ikut serta dalam kegiatan kelompok.
Pemimpin otoriter menentukan kebijaksanaan kelompok, ia sendiri yang membuat sebagian besar perencanaan, ia sendirilah yang secara penuh menentukan kegiatan kelompok, mendikte kegiatan anggota serta pola antar hubungan anggota, membuat keputusan atas hadiah dan hukuman bagi anggota. Oleh karena itu nasib setiap individu di dalam kelompok berada di tangan pemimpin.
Ada berbagai cara untuk memperkuat dan melindungi status kepemimpinannya, antara lain dengan mencegah anggota dari keikutsertaan dalam pencapaian tujuan kelompok, mengontrol keterlibatan anggota menjadi tergantung, dan tujuan kelompok menjadi tidak jelas.
2.  Kepemimpinan Demokratis
Pemimpinan menempatkan anggota sebagai kawan dan bukan sebagai orang yang dipekerjakan. Tugas dan kewajiban dijalankan bersama-sama dengan pemimpin. Tanggung jawab dibagi-bagi di antara semua anggota. Apabila ada kesalahan anggota, diperingatkan dengan cara yang bijaksana.
Pemimpin demokratis berusaha menampilkan keterlibatan dan keikutsertaan yang maksimum dari setiap anggota dalam kegiatan kelompok dan dalam menentukan tujuan kelompok. Ia berusaha membagi tanggung jawab dengan anggotanya. Ia berusaha, mendorong dan memperkuat hubungan antara individu seluruh kelompok. Ia juga berusaha mengurangi ketegangan dan konflik dalam kelompok.
3.  Kepemimpinan Liberal
Pemimpin pasif, tidak berpatisipasi dengan kegiatan kelompo. Ia berada di luar kelompok, pemimpin tidak memimpin tetapi melepaskan anggota-anggotanya. Sir William Martin Conway mengadakan klasifikasi kepemimpinan berdasarkan atas peranan sosial yang dibawakan menjadi tiga macam, yaitu:
a.   Crowd Compeller
Ialah macam kepemimpinan yang dilakukan oleh seseorang yang mendapat panggilan kewajiban untuk melaksanakannya.

b.  Crowd Representative
Kepemimpinan yang dilakukan bersifat sementara, yaitu selama masa pengangkatannya untuk menduduki jabatan sebagai ketua kelompok. Dan kelompok itulah yang memilih dia sebagai pemimpinnya.
c.   Crowd Exponent
Pemimpin semacam ini pada saatnya yang tepat dan diperlukan dapat menggerakkan massa sedemikian hebat dan mengarahkannya pada sasaran tujuan yang dimaksud pula. Karena pemimpin tersebut dapat menduga apa yang terasa dan yang menjadi keragu-raguan mereka, kemudian dapat menggerakkannya sesuai dengan harapan yang sesungguhnya diinginkannya.
4.  Perkembangan Kepemimpinan
Kepemimpinan merupakan hasil daripada organisasi sosial yang telak terbentuk atau sebagai hasil dinamika daripada interaksi sosial. Sejak mula kala terbentunya suatu kelompok sosial seseorang atau beberapa orang di antara warga-warganya melakukan peranan yang lebih aktif daripada rekan-rekannya, sehingga orang tadi atau beberapa orang tampak lebih menonjol dari lain-lainnya.
Munculnya seorang pemimpin merupaka hasil dari suatu proses yang dinamis yang sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan kelompok tersebut. Apabila dalam saat tersebut muncul seorang pemimpin, maka kemungkinan besar kelompok-kelompok tersebut akan mengalami suatu disintegrasi. Tidak munculnya pemimpin tadi adalah mungkin karena seorang individu yang diharapkan akan menjadi pemimpin, ternyata tidak berhasil membuka jalan bagi kelompok yang bersangkutan untuk mencapai tujuannya dan bahwa kebutuhan-kebutuhan warganya tidak terpenuhi.
Sifat-sifat yang diisyaratkan bagi seorang pemimpin, tidaklah sama pada setiap masyarakat, walaupun tidak jarang ada persamaan-persamaan di sana sini. Di kalangan masyarakat Indonesia perihal sifat-sifat yang harus dipenuhi oleh seorang pemimpin, antara lain dapat dijumpai dalam apa yang merupakan tradisonal Indonesia, misalnya dalam “Astra Brata”  yang merupakan kumpulan seloka dalam Ramayana, yang memuat ajaran Sri Rama kepada Bharata, yaitu adiknya dari lain ibu.
Menurut Asta Brata, pada diri seorang raja berkumpul sifat-sifat dari delapan Dewa yang masing-masing mempunyai kepribadian sendiri. Kedelapan sifat dan kepribadian itulah yang harus dijalankan oleh seseorang raja (pemimpim) yang baik. Asta Brata dalam kakawin Ramayana, terdiri dari sepuluh seloka, di mana seloka pertama dan kedua, pada pokoknya berisikan hal-hal sebagai berikut:
a.         Bahwa Astra Brata merupakan suatu keseluruhan yang tidak dapat dipisah-pisahkan.
b.         Asta Brata memberikan kepastian bahwa seorang pemimpin yang menjalankannya, akan mempunyai kekuasaan dan kewibawaan sehingga akan dapat menggerakan bawahannya. Keadaan demikian dapat menghindari terjadinya krisis kepemimpinan. Krisis kepemimpinan akan terjadi oleh karena pemimpin tidak berani untuk mengambil keputusan untuk bertindak dan oleh karena dia tidak jujur.

C.  FUNGSI KEPEMIMPINAN DALAM KELOMPOK
Fungsi kepemimpinan adalah banyak dan bervariasi, tergantung dari problem pokok yang akan dicapai oleh kelompok itu. Reven dan Rubin menyebutkan empat fungsi pemimpin yaitu:
1.   Membantu menetapkan tujuan kelompok
Pemimpin adalah pembuat policy (policy maker) membantu kelompok dalam menetapkan tujuan apa yang hendak dicapai. Kemudian merumuskan rencana kerja guna mencapai tujuan yang sudah ditetapkan. Sebagai pelaksana, pemimpin mengkoordinasi kegiatan-kegiatan semua anggota kelompok sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan.
2.   Memelihara kelompok
Selama perjalanan kegiatan kelompok, tidak dapat dielakkan terjadi ketidakcocokan di antara anggota yang sering diikuti dengan ketegangan dan permusuhan. Pemimpin diharapkan dapat meredakan ketegangan, perbedaan pendapat, dan secara umum menjaga keharmonisan kelompok.
3.   Memberi simbol untuk identifikasi
Anggota kelompok suatu ketika memerlukan simbol dimana mereka dapat mengidentifikasi dirinya seperti misalnya bendera, slogan atau simbol-simbol yang lain, misalnya untuk gerak jalan dan sebagainya. Pemimpin itu sendiri kadang-kadan juga sebagai simbol dan kelompoknya. Dengan mengidentifikasi dirinya  dengan pemimpinnya, diharapkan dapat dijaga kesatuan kelompok.
4.   Mewakili kelompok terhadap kelompok lain
Pemimpin mewakili kelompok dalam hubungannya dengaan kelompok atau orang lain, ia diharapkan dapat memecahkan problem dan ketegangan-ketegangan di antara kelompok dan membantu kerja kelompok dengan kelompok lain terhadap tujuan umum.

Knech, Crutchfield, dan Ballachey menyebutkan fungsi pemimpin lebih kompleks lagi. Fungsi itu adalah:
1.  Pemimpin adalah eksekutif
Peranan pemimpin yang nyata di dalam setiap kelompok adalah sebagai koordinator dan kegiatan kelompok. Dalam hal ini biasanya pemimpin tidak mengerjakan pekerjaan kelompok tetapi menugaskan kepada anggota kelompok yang lai, sedangkan pemimpin yang mengkoordinirnya.
2.  Pemimpin sebagai perencana
Pemimpinlah yang menentukan rencana bagi kelompoknya. Perencanaan ini adalah sebagai usaha mencapai tujuan kelompoknya.
3.  Pemimpin sebagai pembuat kebijaksanaan (policy-maker)
Salah satu fungsi yang paling penting dari pemimpin adalah menetapan tujuan kelompok dan kebijaksanaannya.
4.  Pemimpin sebagai orang yang ahli (expert)
Pemimpin kerapkali sebagai sumber informasi dan kecakapan (skill)
5.  Pemimpin sebagai wakil kelompok untuk hubungan keluar
Ia biasanya mewakili kelompoknya untuk berhubungan dengan luar. Ia membawa suara kelompoknya. Ia sebagai juru bicara (spokesmen) dari kelompoknya. Untuk itu ia harus dapat menafsirkan kebutuhan kelompoknya secara tepat.
6.  Pemimpin sebagai pengawas hubungan di dalam kelompok
Ia harus menjaga hubungan antara anggota di dalam kelompok itu sebaik-bainya.
7.  Pemimpin sebagai orang yang memberikan hadiah dan hukuman
Pemimpin yang menentukan tindakan-tindakan yang perlu memperoleh hadiah dan hukuman.
8.  Pemimpin sebagai wasit (pelerai) dan perentara
Dalam mengahadapi konflik-konflik di dalam kelompoknya pemimpin bertindak sebagai pelerai dan juga perantara, sehingga menghindarkan ketegangan-etegangan yang terjadi di dalamnya.
9.  Pemimpin sebagai contoh (teladan)
10. Pemimpin sebagai simbol dan kelompok.
11. Pemimpin sebagai pengganti tanggung jawab individual (perorangan)
From (1941) menyatakan dalam tulisannya tentang adanya kecenderungan untuk mendelegasikan atau mewakilkan tanggung jawabnya kepada pemimpinnya dalam beberapa hal.
12. Pemimpin sebagai ideologis
Kadang-kadang pemimpin sebagai orang yang mencetuskan idiologi dari kelompoknya, ia harus menjaga sumber kepercayaan, nilai-nilai, serta norma daripada anggota kelompok.
13. Pemimpin sebagai figur ayah
Dalam banyak hal pemimpin berfungsi sebagai ayah dari anggotaanya. Ia melindungi secara emosional bagi anggotanya, tempat memperoleh rasa aman dan sebagainya.
14.    Pemimpin sebagai tempat menumpahkan segala kesalahan (scapegoat)
Hal ini sesuai dengan fungsi bahwasanya pemimpin adalah penanggung jawab dari kelompoknya, sehingga kesalahan itupun, juga menjadi tanggung jawab pemimpin.

D.   TEORI-TEORI KEPEMIMPINAN DALAM KELOMPOK
Dalam kepemimpinan terdapat adanya beberapa teori. Bila dilihat dari teori kepribadian, seseorang pemimpi dilahirkan dengan sifat-sifat kepemimpinannya. Namun sebaliknya bila pandangan lebih menekankan kepada pengaruh lingkungan, maka pemimpin itu dibentuk oleh faktor lingkungan. Faktor lingkungan akan memberikan pengaruh sedemikian rupa hingga akan terbentuklah pemimpin itu.
Stogdill (1974) memberikan gambaran adanya berbagai-bagai macam pendapat atau teori mengenai pemimpin dan kepemimpinan ini. Teori-teori tersebut adalah:
1.  Greatman Theory
Sementara ahli kena pengaruh pandangan Galton mengenai latr belakang keturunan dari orang-orang besar (great man), dan mencoba menjelaskan masalah kepemimpinan dikaitkan dengan keturunan. Kelompo teori ini mempelajari sifat-sifat yang menonjol dari para pemimpin yang berhasil. Sifat-sifat apa yang dimiliki oleh pemipin tersebut dan kemudian dikaitkan dengan latar belakang keturunan atau herediternya sebagai faktor pendukung. Kelompok ahli ini menjurus pada teori traits of leadership.
2.   Environmental Theory
Pandangan ini menempatkan faktor lingkungan yang menyebabkan timbulnya pemimpin. Keadaan lingkungan menstimulasi seseorang melakukan kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan persoalan-persoalan yang dihadapi pada waktu itu, sehingga keadaan ini menimbulkan pemimpin tertentu. Pendapat atau teori ini tidak memperhatikan aspek-aspek predisposisi yang ada pada diri seseorang, sehingga pandangan ini menimbulkan pendapat bahwa pemimpin itu dibentuk oleh situasi atau keadaan pada waktu itu.
3.  Personal-situasion Theory
Westburg berpendapat bahwa dalam kepemimpinan mencakup baik sifat-sifat yang ada dalam diri individu (the affective, intelektual, and action traits of the individual) maupun kondisi dimana individu berada, atau lingungannya (the specific conditions under which the individual operates). Dengan demikian akan jelas bahwa teori atau pangangan ini melihat pemimpin merupakan hasil interaksi antara individu dengan kondisi atau situasi dimana individu berada.
4.  Interaction-expectation Theory
Teori ini lebih melihat pada interaksi antara pemimpin dengan kelmpok yang dipimpin. Teori ini lebih menitikberatkan dinamika interaksi antara pemimpin dengan yang dipimpin, dan melalui interaksi ini dapat dijaring keinginan-keinginan atau harapan-harapan yang dipimpinnya.
5.  Humanistic Theory
Pandangan atau teori ini lebih melihat pada fungsi kepemimpinan untuk mengatur individu atau kelompok yang dipimpinnya, untuk merealisasikan motivasinya agar dapat bersama-sama mencapai tujuannya. Oleh karena itu yang penting dalam teori ini ialah unsur organisasi yang baik, dan dapat memperhatikan kebutuhan-kebutuhan kelompok yang dipimpinnya.
6.  Exchange Theory
Dengan interaksi diharapkan adanya saling harga-menghargai antara pemimpin dengan yang dipimpin, sehingga pemimpin dengan yang dipimpin bersama-sama adanya kepuasan dalam mencpai harapan-harapannya, tujuan atas dasar kebersamaan.
KARAKTER  KEPEMIMPINAN PEMERINTAHAN YANG BER ETIKA  ADALAH
1.       AKOMODATIF, seorang pemimpin pemerintahan harus dapat menerima kritik atau usulan dari berbagai pihak, hal ini harus dilakukan karena kebenaran itu tidak hanya datang dari satu pihak, tetapi dari semua orang.
2.       SENSITIF, karakter kepemimpinan ini ditandai dengan kemampuan untuk secara dini memahami dinamika perkembangan masyarakat, mengerti apa yang mereka butuhkan, dan mengusahakan agar menjadi pihak pertama yang member perhatian terhadap kebutuhan itu, dengan kata lain pemimpin yang baik harus turun dari kantor atau rumah, lalu melihat kekurangan-kekurangan yang dihadapi rakyat.
3.       RESPONSIF, karakter ini ditandai aktifnya pemimpin jika berhadapan dengan rakyat, pemimpin dalam hal ini lebih banyak berperan menjawab aspirasi atau tuntutan masyarakat yang disalurkan melalui media massa. Setiap usulan rakyat tidak hanya didengar saja, tetapi ditindak lanjuti dengan aksi.
4.       PROAKTIF, karakter ini ditandai sikap antisipasi terhadap kejadian-kejadian yang akan timbul yang akan merugikan masyarakat misalnya banjir, wabah penyakit, kelaparan dan sebaginya.
SEBALIKNYA KARAKTER KEPEMIMPINAN YANG TIDAK BER ETIKA ADALAH
1.       DEFENSIF, karakter kepemimpinan yang ditandai oleh sikap egoistik dan merasa paling benar, bila rakyat mengadukan suatu persoalan, bukan diterima dengan baik, tetapi malah sebaliknya dimarahi. Pemimpin yang ber etika seharusnya tidak akan marah jika diberi saran atau dinasehati rakyatnya.
2.       REPRESIF, karakter kepemimpinan ini ditandai sikap yang selain egoisti dan juga arogan, yang memandang kekuasaan sebagai sesuatu yang dimiliki, semakin besar kekuasaan semakin besar kewenangan semakin sewenang-wenang.

E.    PERBANDINGAN KEPEMIMPINAN PEMERINTAHAN DILUAR NEGRI
1. Kepemimpinan Pemerintahan Di Amerika Serikat
Amerika Serikat adalah negara federal, maka sistem pemeritahan daerahnya berbetuk negara bagian yang terpisah sama sekali dengan negara induknya bahkan di negara bagian mempunyai undang-undang sendiri. Kebebasan mausia sangat dijunjung tinggi. Di amerika sudah tidak kaget lagi ditemukan kasus perkosaan, pencabulan, seks bebas, judi, homosex, dekadensi moral dan lain-lain. Itu semua sudah menjadi rahasia umum karena di negeri ini kebebasan adalah yang utama.
2. Kepemimpinan Pemerintahan Di Jepang
politik kepemimpian pemerintahan Jepang tidak membicarakan perseorangan tetapi tim kerja. Bangsa Jepang sangat membanggakan groupnya, alamamaternya, bahkan negaranya. Begitu cintanya bangsa Jepang terhadap negerinya, maka siapa saja yang bersalah dituntut untuk bunuh diri. Jadi bila seorang pemimpin di Jepang bersalah, maka secara sadar yang bersangkutan mengundurkan diri secara sportif.
3. Kepemimpinan Di Arab Saudi       
politik Arab Saudi memperlihatkan bahwa kekuasaan masih akan sulit bergeser/pindah dari keluarga Ibnu Saud/keluarga kerajaan walaupun mereka saling membunuh. Tetapi bagaimanapun perilaku pimpinan pemerintahan negeri ini, pemimpin bisa berlaku adil dan umat islam di seluruh dunia selalu merindukan untuk mengunjungi negeri ini. Di negara ini tidak ada partai oposisi. Peradilan tertinggi dipegang oleh Mahkamah Banding yang sumber hukumnya berasal dari Al Qur’an. Hukum disini sangat dijunjung tinggi dan selalu ditegakkan
F.   PEMERINTAHAN DI INDONESIA

Sebelum Kemerdekaan
Di masa penjajaha/sebelum merdeka, perlawanan bagsa Indonesia selalu gagal meskipun berkali-kali melakukan perlawanan. Hal yang menyebabkan gagalnya usaha Idonesia adalah pemimpin peperangan bergerak sendiri-sendiri, tidak bersatu dengan pemimpin dari berbagai kerajaan. Pemimpin lebih suka bergerak sendiri dan atas nama daerahnya. Kebanyakan pemimpin kerajaan mudah diadu domba satu sama lain.
setelah merdeka

Masa Pemerintahan Presiden Soekarno
Dalam kepemimpinannya, Indonesia telah beberapa kali terjadi perubahan konstituante. Sistem pemerintahan juga berubah-ubah. Demokrasi liberal, demokrasi terpimpin, dicoba tapi semua gagal. Bahkan Pacasila sebagai dasar negara diringkas menjadi Tri Sila, dan akhirnya menjadi Eka Sila. Ada semboyan yang digembar-gemborkan masa itu untuk menggantikan pancasila yaitu Nasakom (nasioal, agama, komunis). Campur tangan Belanda masih sangat kental. Pada masa ini banyak sekali penyimpangan-penyimpangan yang dilakukan oleh Presiden. Presiden Soekarno cenderung ke komunis yang akhirnya menyebabkan pergolakan besar di negeri ini. Puncaknya adalah pemberontakan G30 SPKI.

Presiden Soeharto
Soeharto berkuasa di Indonesia selama 32 tahun. Gaya kepemimpinan beliau dianggap otokratis karena selama kepemimpiannya banyak sekali manipulasi, pengebirian DPR, korupsi dan semua perintah dan keinginannya selalu terpenuhi. Semua elemen dan lembaga negara tunduk dibawah kekuasaan beliau. Tidak ada yang berani mengkritik atau melawan karena bisa dihukum. Pada tiga dasawarsa, pembangunan yang dirancang beliau dinilai berhasil namun ada sebagian pihak yang mengatakan bahwa keberhasilan pembangunan itu bersifat semu dan kamuflase. Di dua tahun akhir kepemimpinannya mulai terjadi pergolakan yang menuntut beliau mundur. Akhirnya Soeharto berhasil dilengserkan pada tanggal Mei 1998.

 Presiden Habibie
Habibie menjadi presiden menggantikan Soeharto yang mengundurkan diri. Namun di masa kepemimpinan beliau, belum mampu membawa perubahan ke arah lebih baik. Pemerintahan Habibie memang tidak sama dengan Soeharto. Akan tetapi beliau mengucapkan bahwa beliau merupakan murid Soeharto. Karena ucapan tersebut, timbul pergolakan yang mengakibatkan Habibie tidak lama memerintah Indonesia
Abdurrahman Wahid, Megawati Soekarno Putri, dan susilo Bambang Yudhoyono
Ketiga tokoh itu adalah pemimpin yang mengemban tugas untuk meneruskan cita-cita reformasi. Masing-masing pemimpin memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Tetapi ketiga pemimpin tersebut belum mampu mewujudkan cita-cita reformasi. Bahkan pada masa Megawati Soekarno Putri, Indonesia kehilangan dua pulau yang berharga bagi Indonesia yaitu Sipadan dan Ligitan. Susilo Bambang Yudhoyono dipandang juga belum mampu mengubah kondisi bangsa Indonesia yang sudah terpuruk ini. Beliau dipandang tidak kompak dengan wakilnya Jusuf Kalla. Bahkan kepemimpinan beliau amat bertolak belakang dengan wakilnya tersebut. SBY dipandang cukup hati-hati dalam memutuskan sesuatu, bertele-tele, kurang tegas dan greget. Sedangkan Jussuf Kalla tegas, langsung ke tujuan tanpa basa-basi, cepat mengambil keputusan dan tegas. Ini dikarenakan SBY berasal dari suku Jawa sedangkan Jussuf Kalla berasal dari Makassar dimana orang-orangnya terkenal tegas.














BAB III
PENUTUP
A.      Kesimpulan
Kemimpinan (Leadership) adalah kemampuan dari seseorang (yaitu pemimpin atau leader) untuk mempengaruhi orang lain (yaitu yang dipimpin atau pengikut-pengikutnya), sehingga orang lain tersebut bertingkah laku sebagaimana dikehendaki oleh pemimpin tersebut. Adapun jenis-jenis kepemimpinan yaitu: kepemimpinan otoriter, kepemimpinan demokratis, kepemimpinan liberal, serta perkembangan kepemimpinan.
Dan fungsi dari kepemimpinan dalam kelompok yaitu, membantu menetapkan tujuan kelompok, memelihara kelompok, memberi simbol untuk identifikasi, dan mewakili kelompok terhadap kelompok lain. Dan yang terakhir teori-teori kepemimpinan dalam kelompo antara lain: greatman theory, environmental theory, personal-situation thery, interaction-expectation theory, humanistic theory, dan exchange theory.
B.       Saran
Penulis mengaharapkan semoga dengan penulisan makalah ini dapat memberi manfaat kepada pembaca terutama kita sebagai calon pendidik dan konselor dapat memahami mengenai pengertian kepemimpinan, jenis-jenis kepemimpinan, fungsi-fungsi kepemimpinan dalam kelmpok, serta teori-teori kepemimpinan dalam kelompok.








DAFTAR PUSTAKA


Abu Ahmadi. (2007). Psikologi Sosial. Jakarta: Rineka Cipta.

Bimo Walgito. (1999). Psikologi Sosial Suatu Pengantar. Yogyakarta: CV Andi Offset.
Harbani Pasolong, Kepemimpinan Birokrasi, (bandung : Alfabeta, 2010)
Burhanuddin, Analisis Manajemen dan Kepemimpinan Pendidikan, (Malang : Bumi  Aksara, 1994)
Dadang Sulaeman dan Sunaryo, Psikologi Pendidikan, (Bandung : IKIP Bandung,1983)
Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah (Tinjauan Teoritik danPermasalahannya, (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 1995



iii
 
DAFTAR ISI

Halaman Sampul ...........................................................................................      i
Kata Pengantar .............................................................................................     ii
Daftar Isi ......................................................................................................    iii
BAB I  PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang..................................................................................     1
B.     Rumusan Masalah.............................................................................     1
C.     Tujuan Penulisan................................................................................    1
D.    Manfaat Penulisan.............................................................................     2
BAB II PEMBAHASAN
A.    Pengertian Kepemimpinan.................................................................    3
B.     Jenis-jenis Kepemimpinan.................................................................    5
C.     Fungsi Kepemimpinan Dalam Kelompok.........................................    8
D.    Teori Kepemimpinan Dalam Kelompok...........................................    10
E.     Perbandingan Kepemimpinan Diluar Negri......................................    13
F.      Pemerintahan Di Indonesia...............................................................    14
BAB III PENUTUP
A.    Kesimpulan
B.     Saran
Daftar Pustaka



Tidak ada komentar:

Posting Komentar